Kerja sama

85 9 0
                                    

Malam ini di sebuah taman rumah sakit Dua orang laki-laki tampan sedang duduk berdua di bangku taman dengan sedikit cahaya lampu dan bintang sebagai penerang. Di mata Taekwoon mereka berdua karena ada Hakyeon di sampingnya tapi di mata manusia normal mereka hanya melihat seorang pemuda tegap bermata sipit yang sedang duduk sendirian di temani dua cup Coffe di sampingnya. Hanya diam yang menyelimuti keduanya. Sampai salah satunya membuka suara.

"Cha Hakyeon ?"

"Hmm"

"Mari berbagi tubuh" Sedikit tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Hakyeon menatap bodoh orang di depannya. Apa mungkin Taekwoon tersambar petir di malam  yang cerah ini Atau mungkin korea utara akan mendeklarasikan perang ke korea selatan sehingga merubah jalan fikir lelaki bermata sipit ini.

"Kau yakin ?" Hakyeon sedikit tergagap entah kenapa malah sekarang dirinyalah yang agak ragu dengan ide yang di katakan Taekwoon tadi.

Di lihatnya Taekwoon yang terpejam menghadap dirinya dengan kedua tangan di rentangkan seakan ingin minta di peluk. Hakyeon yang tidak mengerti maksud Tekwoon hanya diam sambil memasang wajah Inocent yang kata Jaehwan sangat menjijikan.


"Kenapa belum masuk juga" Taekwoon mendesah pelan di sertai tatapan membunuh. Dia sudah bersiap dengan sebaik mungkin dan sedikit menurunkan harga dirinya tapi Hakyeon malah diam.

"Aku tidak tahu caranya"

"Huft, lalu kemarin bagaimana caranya kau masuk ke tubuhku Cha Hakyeon" Sedikit Frustasi Taekwoon meremas rambutnya pelan. Kalau bukan dalam wujud bayangan sudah di pastikan Hakyeon babak belur di buatnya.

"Waktu itu kejadiannya tidak sengaja. Aku terdorong dan masuk ke tubuhmu. Lalu ya begitulah, Kau sendiri bagaimana bisa masuk ke tubuhmu lagi ?" Hakyeon balik bertanya tapi Laki-laki di depanya hanya diam dengan sedikit serumbat merah di pipinya. Bagaimana ia tidak malu mengingat kejadian ketika ia kembali ke tubuhnya adalah ciuman dari Ran.

"Aku juga tidak tahu" Dia memalingkan wajahnya takut Hakyeon bisa melihat wajah merah bagai tomat yang muncul di pipi putihnya.


"Lalu bagaimana, apa mungkin Kiss"

"Kiss ?"

Keduanya saling menatap. Presepsi mereka belum sepenuhnya benar tanpa pembuktian. Tapi sekarang mereka malah mendesah bersama. Mungkin ide gila telah masuk ke fikiran keduanya membuat sedikit frustasi.

"Ini harus di buktikan, tapi aku tidak rela kamu mencium Ran ku ? "

"Ran ku, Cih"


"Kenapa dia memang milikku ?" Tak mau kalah Hakyeon mendelik sebal dengan raut kesal yang menghias wajah pucatnya yang di tanggapi malas oleh Taekwoon.


Di sesapnya Coffe yang sudah mulai agak dingin. Ran memang milik Hakyeon tapi sekarang dia bukan milik siapa-siapa jadi apa salahnya dia mulai mencoba mendekati gadis manis berlesung pipit itu.


"Minumlah" Di gesernya Satu cup coffe pada Hakyeon. Sebenarnya tujuannya hanya untuk 
mencoba menyadarkan Hakyeon kalau dia hanya sebuah bayangan yang tak mungkin bisa menjaga dan menyentuh Ran tanpa bantuan tubuhnya. Agak jahat memang tapi rasa cemburu membuatnya agak keterlaluan. Dia cemburu pada Hakyeon yang sudah meninggal.


"Oh ya, Kenapa kamu meninggal ?"

"Aku juga tidak tahu" Ada raut kecewa dan menyedihkan di wajahnya. Hakyeon mendongakkan wajahnya ke atas melihat bintang di antara celah jemarinya yang trasparan. Senyum sinis terukir di bibirnya. Dia sudah mati dan apa mungkin dia masih mengharapkan Ran yang jelas-jelas dunia mereka sudah berbeda.


"Maaf dan Terima kasih Cha Hakyeon" Mata Hakyeon manatap tak percaya laki-laki di sampingnya pasalnya setahu dia Taekwoon adalah orang yang paling pantang bilang kata maaf dan terima kasih walaupun dia salah.

"Yak, jangan bilang seperti itu kau membuatku takut"

"Maaf untuk Ran dan Terima kasih sudah menyelamatkan adikku" Ucap Taekwoon lalu meminum satu tegukan Coffe terakhirnya.

Hakyeon sadar kalau manusia dingin di sampingnya juga mempunyai sisi manis yang orang tidak tahu. Entah kenapa dia sekarang merasa kasihan pada Teekwoon yang termasuk ke dalam orang yang tidak bisa mengungkapkan apa yang dia rasakan.

"Berbagilah denganku kalau kau punya masalah Tuan Jung, jangan kau pendam sendiri. Manusia di dunia ini ada jutaan dan salah satu dari mereka pasti ada yang mau menjadi tamanmu"

Kata-kata Hakyeon membuat sedikit hatinya terasa sakit. Tapi dia benar. Seharusnya dia lebih terbuka lagi dengan orang-orang yang mengenalnya. Walaupun itu sulit. Mungkin Taekwoon bisa mencobanya.

Mencoba untuk berani mengungkapkan apa yang ia rasakan.

Dia bangun dari duduknya lalu menatap Hakyeon yang sekarang masih terduduk menatapnya. Matanya seolah berkata ingin kemana malam-malam begini.

"Kita ke rumah Ran besok dan membuktikannya apakah dengan ciuman kau bisa kembali ke tubuhku" Nada bicara Taekwoon sangat santai sampai-sampai Hakyeon ingin sekali memukulnya seolah mencium bibir Ran bukanlah hal yang sulit. Padahal waktu pertama kali mereka berciuman Hakyeon nyaris masuk UGD karena melihat Ayah Ran berlari ke arah mereka sambil mengacungkan tongkat golf ke arahnya.













Sedangkan gadis yang sedang mereka bicarakan sekarang sedang duduk diam di teras kamarnya yang menghadap langsung ke taman hijau dengan ayunan yang dulu sering ia gunakan sebagai tempat bertukar fikiran bahkan bertukar kasih sayang dengan Hakyeon.

Dulu di situ selalu ada canda tawa dan lelucon aneh Hakyeon yang menghiasi harinya.


"Maaf karena sampai sekarang aku masih merindukanmu Cha Hakyeon"

____TBC____

Terima kasih yang sudah masih membaca cerita gaje ini.

Di tunggu vote and coment y makasih.

Kiss Me, Leave MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang