Pengakuan

126 9 0
                                    

Pagi ini Taekwoon bangun dari tidurnya, sedikit menggeliat dan ketika melirik ke samping hampir saja dia terjungkal dari tempat tidur saat melihat Hakyeon tidur di sampingnya dengan memeluk pinggangnya

"Aishh" Dia mencoba menendang Hakyeon tapi hanya ruang kosong dan hampa yang ia tendang.

"Yak, Palli irona ?" Hakyeon sedikit menggeliat lalu membalas tatapan membunuh Taekwoon dengan wajah polos bangun tidurnya.

"Pagi Taekwoon-i" Sapanya lalu mencoba menarik selimut menutupi tubuhnya.

"Ini masih dingin, kenapa kau bangun sepagi ini hah ?"

"Minggir sana , aku mau mandi ?" Taekwoon bangkit tidak memperdulikan Hakyeon yang sekarang mungkin sudah terlelap kembali.

Taekwoon sadar mungkin hidupnya akan lebih susah lagi mulai sekarang. Bulum habis masalah pribadinya sekarang di tambah Hakyeon dan Kim Ran yang masuk ke kehidupannya. Rasanya ia ingin loncat ke jurang seperti dulu yang ia hendak lakukan.





Jurang ?








Haruskan dia memikirkan dan melakukan hal bodoh itu lagi. Saat seseorang sudah mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkannya. Haruskah dia menyianyiakan hidupnya lagi. Lalu bagaimana dengan pengorban orang yang menyelamatkannya.

Apakah orang itu hanya mati sia-sia. Tentu tidak Taekwoon sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk menghargai orang itu. Menghargai orang yang telah menyelamatkan nyawanya.



Flasback



Desember dua tahun silam.


Taekwoon merasakan dunianya sudah hancur tak tersisa. Dirinya sekarang bagaikan daun kering yang terinjak dan terabaikan. Ibunya meninggal jadi sekarang dialah yang bertanggung jawab mengurus adiknya Jung Hana yang masih berumur 17 tahun. Hana gadis yang cantik dan baik. Taekwoon sangat menyayanginya melebihi apapun bahkan kalau bisa dia rela menggantikan Hana menanggung penyakit brengsek yang bersarang pada tubuh adiknya itu. Jantung Hana lemah. Dia sering pingsan dan setiap bulannya harus pergi ke rumah sakit untuk menebus obat yang harganya selangit bagi Taekwoon.

Dia hampir menyerah saat itu.
Dia merasa sakit ketika melihat Hana meringkuk kesakitan dengan wajah pucat pasinya. Dia merasa tidak berguna sama sekali sebagai seorang kaka.

Jadi malam itu pikirannya sudah tak terkendali. Ia bagaikan bukan dirinya. Ketika Hana tidur terlelap dia pergi seorang diri memuju puncak gunung. Sampailah dia pada tepi jurang. Pikirannya sudah kosong hanya tinggal satu langkah lagi dia akan mati. Tidak ada yang mencarinya, dan tidak ada yang merasa kehilangannya kecuali Jung Hana. Tapi tidak usah khawatir dia sudah menitipkannya pada Jaehwan sahabatnya yang seorang mahasiswa kedokteran yang sebentar lagi lulus dan akan mengobati Hana. Itu janji Jaehwan ketika sedikit ia ancam.

Di hembuskan nafasnya pelan. Lalu di pejamkan matanya sebentar lagi ia akan merasakan kebebasan yang sebenarnya persetan dengan dunia yang hanya tertawa melihat penderitaannya. Taekwoon benci itu.

Sampai ketika di pijakan terakhir seseorang menarik tubuhnya. Tapi karena posisi mereka terlalu berbahaya berada tepat di tepi jurang. Orang itu terpeleset dan jatuh ke bawah. Taekwoon belum sempat melihat wajahnya kejadiannya terlalu cepat di tambah dengan minimnya cahaya.

Nafasnya masih memburu, siapa orang itu ?, apa dia mati ? , apa dia membunuhnya ?, tidak. Dia tidak membunuhnya orang itu jatuh terpeleset karena menyelamatkannya.

Sejak saat itu Taekwoon bersumpah akan hidup untuk orang yang menyelamatkannya. Hidup untuk orang yang menyadarkannya akan tindakan bodoh.

Setelah kejadian itu Taekwoon berhari-hari mencari berita di TV maupun koran tentang korban yang jatuh di jurang tapi ternyata tidak ada beritanya sama sekali. Entah orang itu selamat atau tidak Taekwoon berjanji akan menyerahkan hidup selanjutya untuk dia.

"Oppa, melamun lagi" Hana menggeser pintu kamarnya. Mengambil sebotol air putih lalu menuangkannya dalam gelas. Duduk bersila di depan Taekwoon yang sedang menikmati kopi paginya.

"Sehun bilang akhir-akhir ini kau sering melamun, apa karena kecelakaan itu ? , maaf oppa bukannya aku tidak bisa menemanimu Kau tahu sendirikan Aku sibuk akhir-akhir ini menyiapkan keperluan Kuliah di Universitas Seol. Tak usah di fikirkan biayanya aku dapat beasiswa jadi Oppa tidak usah Khawatir" Hana mengambil selembar kertas dari sakunya dan menyerahkannya pada Taekwoon.

Taekwoon tersenyum ketika membacanya. Begitu pula Hana.

"Kerja bagus Hana, kau pasti bisa mengalahkan Jaehwan di fakultas kedokteran" Taekwoon mengacak rambut Hana lalu mencium kening adik tersayangnya. Apapun ingin dia lakukan asal selalu melihat senyum di wajah adiknya ini.

Hakyeon melihat semuamya, melihat apa yang di lakukan Taekwoon. Ternyata manusia sedingin Taekwoon bisa bersikap lembut dan manis juga pada perempuan.

Sebaiknya dia pergi karena tidak mau mengganggu kedua kaka beradik ini. Melihat wajah Ran yang cantik sepertinya lebih menarik untuknya.

Tapi ternyata fikirannya salah besar. Di lihatnya Ran sekarang yang baru bangudengan rambut seperti sayang burung atau mungkin sayang burung lebih indah menurut Hakyeon dan apa itu matanya sembab dengan lingkaran hitam yang menggenang di bawah matanya.

"Seburuk itukah ciuman dari bibir Taekwoon" Hakyeon bertanya tapi tentu tidak ada jawaban dari Ran. Dia tidak melihat atai mendengar apapun karena Taekwoon hanyalah bayangan. Di ambilnya ponsel yang tergeletak di nakas samping tempat tidurnya. Tidak ada SMS ataupun telfon dari Jung Taekwoon.

Tunggu apa dia mengharapkan di telfon oleh Taekwoon setelah kejadian semalam yang membuatnya tidak bisa tidur sampai pagi.

Sebaiknya dia bersiap-siap ke kampus terlambat bukan kebiasaannya. Di bukanya kancing baju piayama dan hanya menyisahkan dalaman yang membalalut tubunya.

Hakyeon melihat semuanya. Seperti kehilangan arah dia melayang keluar kamar Ran.

"Apa aku gila, aku baru tahu kalau Ran ?" Fikiran kotor dan kata-katanya terhenti ketika melihat Taekwoon sekarang sedang berdiri di depan rumah Ran. Dan mata sipitnya tepat melihat ke arah kamar Ran.
Lalu menghela nafas berat dan pergi dari tempatnya berdiri.

"Kenapa dengan anak itu ?"




_TBC_

Kiss Me, Leave MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang