Dia Kembali !

35 6 0
                                    

Kulangkahkan kaki dengan tergesa-gesa. Melewati banyak orang yg berlalu lalang disana. Entah sudah berapa orang yg aku tabrak. Aku sudah tidak perduli lagi, pikiranku terfokus mencari sosok perempuan bertubuh mungil dan sangat menggemaskan bagiku. Gadis China itu tlah membuat kesadaranku lenyap seketika. Aku yg biasanya santai dan tenang kini berubah menjadi sosok yg tidak sabaran dan agresif tentunya. Biarlah..aku sudah tidak perduli.

Tak kusangka dia kesini, kembali padaku. Setelah aku meninggalkannya. Mulai sekarang aku tidak akan menyakitinya lagi. Cukup sudah kesakitan yg aku berikan padanya. Aku tak sabar ingin segera melihatnya.

Flashback on!

"Drrrttt..."
Getaran Hanphone membuyarkan lamunanku ketika aku menatap Shia. Sedetik kemudian kubuka pesan yg terpampang di layar hanphone ku.

"Hai Vino... cepatlah ke Bandara. Aku takut disini sendirian. Aku tidak tahu harus kemana. Cepatlah! Aku menunggumu :* "

From : Reina

Mataku langsung melebar ketika melihat nama sipengirim pesan itu. Reina? Dia kesini?

Tidak ingin membuang waktu lebih lama, aku langsung mengambil tas ranselku dan meluncur ke bandara.

Flashback off!

****

"Vino!!!" Sapa perempuan yg telah ditunggu-tunggu Davino sejak tadi. Dia melambaikan tangan kirinya kearah Davino berdiri. Sedangkan tangan kanannya menyeret koper merahnya. Seulas senyum muncul diwajah Davino. Davino yg matanya berkaca-kaca langsung berhampur menghampiri sang gadis.
"Rein..." Davino memeluk gadis yg bernama Reina dengan sangat erat. Terlihat jelas betapa besarnya kerinduan Davino pada gadis itu.
"Vinoo...lepaskan! Aku tidak bisa bernafas" keluh Reina pada Davino yg sedari tadi tak melepaskan pelukannya. "Maafkan aku Rein..aku terlalu merindukanmu, sayang" Davino melepaskan pelukannya lalu mengelus pipi putih Reina yg mulus.
"Aku juga sangat merindukanmu, baby!" Kata Revina sambil mengacak-acak rambut Davino.

****

Davino dan Reina menuju tempat parkir untuk mengambil mobil Davino. Sepanjang perjalanan menuju tempat parkir, Davino terus menggandeng tangan Reina. Kekasih hatinya. Yah... Reina adalah kekasih Davino. Mereka berpacaran sudah hampir 3 tahun. Awalnya mereka adalah teman sekampus di Amerika, lama mereka berteman sampai akhirnya mereka saling memiliki rasa, dan pada akhirnya pertemanan mereka telah berlanjut ketahap yg lebih serius... yah apalagi kalau bukan berpacaran. Mereka saling menjaga satu sama lain. Hingga papa Davino menyuruh Davino untuk kembali ke Indonesia, untuk meneruskan perusahaan papanya. Kala itu juga yg menyebabkan Davino terpisah dengan Reina. Davino terpaksa meninggalkan Reina, tapi ia telah berjanji pada Reina bahwa dia tidak akan berpaling dari Reina saat dia sudah berada di Indonesia.

Tetapi Davino mengingkari janjinya. Selama dia di Indonesia dan menjadi pembimbing dikampus milik papanya, dia begitu dekat dengan seorang mahasiswi disana.
Benar saja, seiring berjalannya waktu Davino merasa nyaman didekatnya, walaupun sikapnya yg masih saja menyebalkan. Hmmm....siapa lagi kalau bukan Shiana. Gadis polos yg berpenampilan tomboy tlah membuat Davino mengingkari janjinya pada Reina.

Entah siapa yg akan dipilih oleh Davino nanti. Reina, kekasih yg sangat dicintainya atau Shiana, gadis polos yg menyebalkan tapi sangat menggemaskan baginya? Huuuh...pilihan yg amat sulit.

------"--------

Davino P.O.V

Kulajukan mobilku sepelan mungkin, dan sepanjang perjalanan akan kuhabiskan waktuku dengan melihatnya dan menikmati pemandangan yg indah bersama Reina. Aku akan mengajaknya ke pantai. Tempat yg sangat disukai Reina. Yaa...aku ingin membuatnya bahagia. Aku sangat merindukan gadis yg saat ini berada disampingku.
"Kamu mau ajak aku kemana, eh?" Reina yg penasaran karena sedari tadi ia tidak menemukan rumah atau bangunan disekelilingnya.
"Tempat terindah yg tidak pernah kau kunjungi sebelumnya my princess" godaku. "Oh ayolah Davino Alexander, aku sangat penasaran baby!" Katanya memelas sambil mengerucutkan bibirnya. Ya ampun...dia sungguh menggemaskan.
"Baiklah aku akan memberitahumu tapi ada satu syarat!" Kali ini aku tidak akan menyia-nyikan kesempatanku untuk mengambil keuntungan darinya. Haha...maafkan aku sayang.
"Oke, fine! Katakan apa syaratnya?" Cetusnya dengan lantang. Seketika itu aku langsung meminggirkan mobilku dan menghentikannya. "Cium aku!" Aku menyeringai sambil menatapnya lekat-lekat. Pipinya merona seketika. Hahaaa...dia sangat menggemaskan. "Ap...apaaa? Apa aku harus?" Tanyanya terbata. "Ya..kalau kamu tidak mau, yasudah aku tidak akan memberitahumu!" Kataku dengan nada mengejek.
Saat aku akan menghidupkan mobil lagi tiba-tiba dia menarik lenganku dan menciumku dengan lembut.
Ya..aku tau dia, dia akan melakukan segala cara untuk rasa keingin tahuannya itu. Benar-benar agresif.

Beberapa menitpun berlalu, Reina melepas ciumannya karena kehabisan oksigen.
Aku tersenyum puas karena mampu membuat wajahnya yg sudah seperti kepiting rebus itu. Kuacak rambutnya dengan gemas "Terimakasih sayang?" Aku terkekeh saat dia mengerucutkan bibirnya lagi. Haha...dia memang tidak suka diacak-acak rambutnya, tapi dia sendiri juga suka mengacak-acak rambutku. Huuuuffff....
"Baiklah sekarang kita lanjutkan perjalanan kita ke pantai!!!" Teriakku bersemangat. Reina terpana, dan detik berikutnya dia histeris dan memelukku dengan sangat erat. "Benarkah??? Aaaahhh... terimakasih baby!!! Aku mencintaimu"
"Aku lebih mencintaimu, Rein!"
Di melepaskan pelukannya dan aku tidak ingin membuang waktu lagi. Aku segera melajukan mobilku menuju pantai.
Disela-sela perjalanan kami saling mengobrol dan menceritakan aktifitas masing-masing selama kami terpisah.

"Oh iya, kamu tadi lagi dimana sih?" Tanyanya dengan wajah yg sangat lucu. "Aku tadi habis bersih-bersih di ruang tempat ekskulku mengajar" jawabku sambil mengulas senyum.
"Eh...tunggu! Diruang ekskul tadi kan....astagaaaaaa!!" Gumamku seraya menepuk dahiku dengan telapak tanganku.
"Ada apa Vin?" Tanya Reina lagi. "Eh...itu..emmm Rein? Bisakah kita pulang sekarang? Ada sesuatu yg harus kulakukan." Pintaku dengan wajah menyesal. "Lalu bagaiman dengan pantainya? Oh ayolah, aku sangat ingin kesana Vino... aku ingin melihat sunset bersamamu, baby!" Reina memohon padaku dengan wajah memelas. Sungguh aku tidak ingin membuat Reina kecewa, tetapi bagaimana dengan Shia? Aku benar-benar bodoh, aku telah melupakannya, aku baru sadar bahwa aku meninggalkannya diruangan itu sendirian setelah.....Aggggghhhh...aku benar-benar laki-laki brengsek.
"Rein..maafkan aku, tetapi ini sangatlah penting. Aku janji, kita akan menghabiskan waktu bersama dipantai selama satu minggu tapi ijinkan aku pergi kesuatu tempat. Hanya untuk kali ini saja Rein, tolonglah!" Pintaku sambil mengguncangkan bahu Reina.
"Hmmm...baiklah tapi kau harus menepati janjimu!" Seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Kutautkan jari kelingkingku dijari kelingkingnya sebagai bukti janjiku padanya.

****

Setelah aku mengantarkan Reina ke apartementku, aku langsung bergegas kekampus. "Sudah pukul 8 malam, apa Shia masih disana ya?"
Aku terus memukul setir mobil. Aku benar-benar bersalah padanya. Aku menciumnya dan pada saat itu juga aku langsung meninggalkannya karena menemui kekasihku. "Damn!!!! Aaaaaaggghhh!!!"

****

Kubuka perlahan pintu ruangan ini, kulangkahkan kaki perlahan hingga tak menimbulkan bunyi sama sekali. Langkahku terhenti, dadaku sesak. Emosiku mendadak membuncah saat melihat seorang gadis yg amat rapuh bersandar dikaki kursi yg biasa kududuki saat memainkan piano. Hatiku serasa teriris melihatnya terbujur lemah disana. Tes....
Sebulir kristal bening tlah jatuh dipipiku. Apa?? Aku menangis??? Kenapa aku menjadi selemah ini, aku tidak pernah meneteskan air mataku dengan cuma-cuma. Bahkan setelah aku meninggalkan Reina, setetespun air mataku tidak keluar. Tapi...kenapa, kenapa aku menangis saat melihat gadis rapuh ini. Mengapa pertahananku runtuh seketika saat melihatnya berantakan seperti ini. Ada apa denganku?? Kenapa sesakit ini?

Kudekatkan tubuhku kearah gadis itu. Kujatuhkan kakiku sehingga lututku sebagai penyangganya. Kupeluk gadis itu dari belakang, kueratkan pelukanku saat dia bergumam memanggil namaku. "Davin...?" Gumamnya hingga terdengar seperti bisikan. Ada kesakitan mendalam disana. Hmmm... yah benar aku lah yg membuat goresan itu. Goresan yg mampu membuat luka yg amat dalam dihatinya. Entah apa yg akan kuterima saat Shia sudah bangun nanti. Cacian, pukulan, tamparan, atau apapun itu akan kuterima dengan lapang. Karena ini semua memang salahku. Salahku yg meninggalkannya setelah aku menciumnya. Aku benar-benar memperlakukannya dengan sangat buruk.
Kudekatkan kepalaku ditelinganya dan berbisik memanggilnya
"Shiaaaa...?"

Tidak ada jawaban.

"Maaf...maafkan aku!" Aku yg tak mampu menahan kesakitan didadaku membuat tangisku pecah. Aku mengeratkan pelukanku hingga membuat Shia sedikit menggeliat, kemudian kembali terlelap. Entah kenapa aku sangat ingin berada disampingnya untuk saat ini, aku terus memeluknya dari belakang sampai akhirnya rasa kantukku mulai merambat. Hingga aku tertidur lelap...sangat lelap. Seperti halnya gadis yg sekarang berada dipelukanku. Posisi seperti ini membuatku merasa sangat nyaman. Yah...benar-benar sangat nyaman...

*****

Haiii reader... ? Ketemu lagi nih, Gimana ceritanya? Menarik nggak? Kalian pasti baper donk :) aku harap sih gitu hehe...
Sampai disini dulu ya... Authornya lagi sakit nih...jadi belum bisa buat part selanjutnya :(
Kalian sabar buat nunggu kan?
Maafin author yaa...

-Selamat Membaca-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Semusim (Remake) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang