Bailee Madison as Belfa Shakira is on mulmed.
~
"Lo dapet berapa?" tanya Nidya pada Raka, teman sekelasnya.
"Dapet 7 nih gua. Lumayan lah," jawab Raka.
"Liat nih gue dapet 8,5. Jarang jarang gue dapet segini," ucap Nidya bangga.
"Wah nyontek dimana lu?" tanya Raka.
Nidya berdecak kesal. "Enak aja lu, gak liat pas gue ngerjain sendiri,"
"Yaudah serah lu," balas Raka pasrah.
Nidya bergumam. "Oiya, lo liat Levi gak?"
"Hah, gatau dah."
"Yaudah, gua cabut dulu yak," kata Nidya lalu pergi meninggalkan Raka.
Nidya berjalan memasuki kelasnya, tapi tiba-tiba ada yang menarik rambutnya.
"Anjir sakit woy!" pekik Nidya.
Deva merampas kertas ujian kimia yang ada di tangan Nidya. "Hoki lu dapet 85,"
"Demi apa Nidya dapet segitu?" tanya Belfa melihat ke arah kertas Nidya.
Rezki yang mendengar perkataan temannya langsung merampas kertas itu dari Belfa. "Nyontek siapa lu?"
"Pas ulangan aja gue diem. Gimana mau nyontek," jawab Nidya.
"Oh berarti, belajar di dukun mana lo?" tuduh Rezki lagi.
Nidya menjitak kepala Rezki. "Lo kira gue tukang nyantet pake dukun segala? Ya gue belajar, lah."
"Nidi, lo gak mungkin belajar, gak mungkin lo belajar sendiri. Jangan-jangan lo belajar sama Levi lagi," ucap Belfa.
"Levi? Yakali. Lo kan tau Levi gimana sama gue," balas Nidya berdusta.
"Aneh bin ajaib, Nid," ucap Deva.
"Jangan alay deh, Dev," kata Belfa.
Nidya mendengus. "Ye, yaudah kalo gak percaya,"
***
Nidya berjalan menuju rumah Levi. Berharap Levi akan suka dengan APA yang ia bawa. Nidya pun menarik nafas panjang sebelum mengetuk pintu rumah Levi.
"Permisi, Levi!" seru Nidya.
Tak lama, Levi membuka pintu rumahnya. "Ngapain lo disini?"
"Eh, coba liat deh gue bawa apa. Gue bikin sendiri nih, sebagai ucapan terima kasih gue karena lo udah mau ngajarin gue dan bikin nilai kimia gue jadi 85," jelas Nidya.
Levi melihat apa yang dibawa Nidya. Ia mengernyitkan dahinya bingung.
"Ini namanya pudding cinta. Warnanya pink, terus berbentuk love lagi. Kaya perasaan gue ke lo gitu," lanjut Nidya.
"Ngomong ngasal lo ya," ucap Levi.
"Enggak lah. Mau cobain gak?" tanya Nidya.
"Sorry, tapi gue gak suka pudding," jawab Levi.
Nidya menaikkan satu alisnya. "Lo mau boong sama gue? Jelas-jelas nyokap lo bilang sama gue kalo setiap lo ulang tahun, lo selalu minta bikinin pudding,"
"Jangan bilang lo nanya ke nyokap gue lagi?!"
"Ya iyalah, abis gue mau nanya sama siapa lagi coba. Nih," jawab Nidya lalu menyodorkan pudding buatannya.
"Gue kan udah bilang gak suka. Gak mau," kata Levi.
"Tapi kan gue udah bikinin. Cobain dong, dikit aja," pinta Nidya.
"Gue bilang gak mau, ya enggak," Levi mempertegas.
"Levi, kamu gak boleh gitu dong. Nidya kan udah susah-susah bikin buat kamu. Hargain dong," ucap Meli yang tiba-tiba sudah ada di sebelah anaknya.
Levi mendengus pasrah. "Iya, ma,"
Levi mengambil piring yang berisikan pudding itu dari tangan Nidya. Ia menotongnya sedikit lalu memasukkan potongannya ke dalam mulut. Nidya yang melihatnya tersenyum puas.
"Enak gak?" tanya Nidya.
Levi tidak menggubrisnya namun langsung menatap mamanya. "Enak, ma,"
"Tuh, kan. Lagian kenapa tadi nolak sih," balas Meli tersenyum menatap keduanya.
"Nidya, makasih ya," lanjut Meli.
"Iya tante," jawab Nidya berbinar.
***
Nidya merebahkan dirinya di kasur kesayangan miliknya. Ia membenarkan posisinya dan menarik selimutnya.
"Duh, kira-kira cara apa lagi yang bisa bikin Levi tertarik sama gue ya? Gue harus gimana lagi nih," gumam Nidya.
Dari luar kamarnya, Linda -mama Nidya- mengetuk pintu kamarnya.
"Nid, Nidya!" panggil Linda dari luar kamar Nidya.
"Masuk aja, ma!" seru Nidya dari dalam kamarnya.
Linda pun masuk dan menghampiri anak satu-satunya itu.
"Liat deh foto mama sama tante Meli. Bagus-bagus, deh," ucapnya seraya memperlihatkan beberapa lembar foto cetak.
"Loh, emangnya ini foto dimana, ma?" tanya Nidya.
"Ya dirumah lah," jawab Linda.
Nidya melihat satu per satu lembar foto itu. "Fotonya keren juga, ma. Pasti yang fotoin tukang foto keliling ya?"
"Hush, enak aja. Mana ada tukang foto keliling pake foto digital,"
"Terus siapa dong?"
"Ya, Levi dong,"
"Hah, Levi? Mama serius?"
"Serius. Ternyata Levi itu hobi fotografi, dan kata tante Meli hasil fotonya juga bagus-bagus. Liat aja itu buktinya," jelas Linda.
"Iya sih ma," gumam Nidya.
"Ah yaudah, mama titip dulu ya fotonya. Mama mau nyiapin makanan dulu," kata Linda dan diikuti anggukan kepala Nidya.
*****
Hae balik lagi! Ini rada pendek karena gue fikir lanjutannya lebih cocok buat chapter selanjutnya.
So, stay tune! Don't forget to vote and comment(s)!
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexplainable
Fanfiction"Sometimes people don't know that they love someone until the thought is actually presented to them." Sulit untuk dijelaskan, semua terjadi begitu saja. Disaat perasaan itu mulai tumbuh dan kami menyadarinya, sebuah hal terungkap.