Chapter 2

78 36 8
                                    

Saat ini memang istilah car free day sudah digemari banyak orang. Begitu juga Nidya dan ketiga teman dekatnya, Belfa, Rezki, dan Deva. Mereka sedang beristirahat setelah berjalan cukup jauh saat car free day.

"Eh Nid, jadi bener sekarang si Levi itu tetangga baru lo?" tanya Rezki.

"Hah? Beneran?" tanya Belfa terkejut.

"I-iya nih. Gue juga bingung deh," jawab Nidya.

"Berarti sekarang kemungkinan lo buat dapetin Levi semakin besar dong," ucap Deva.

"Dan kita harus nyiapin buat hotel sama tiket lo," tambah Belfa. Perkataannya diikuti anggukkan dari Rezki dan Deva.

"Eh tapi nih ya, gue tuh agak harap harap cemas gitu. Ya namanya tetangga kan, kalo misalnya gue berantem sama dia nih, pasti urusannya bukan gue sama dia aja kan," jelas Nidya.

Pemikiran Nidya memang benar. Ternyata tidak semudah bayangan teman-temannya itu.

"Iya juga sih. Pasti orang tua lo juga ribet," ucap Deva.

Otak Belfa berfikir berharap mendapatkan jalan keluar. "Ya terus gimana dong?"

Nidya menatap teman-temannya bergiliran lalu mengangkat kedua bahunya. Tanda ia tidak tahu apa yang harus diperbuat.

***

Levi membaca soal di buku cetaknya. Dipahami soal-soal yang tertera disana. Tidak lupa ia juga menulis jawabannya di buku tulis.

Saat ia menemukan salah satu soal mudah baginya disana, tiba-tiba ponselnya berdering. Dilihatnya layar ponsel miliknya ada satu pesan masuk.

From: Unknown Number
Haiii, akhirnya kita tetanggaan yaaa!

Levi mengernyitkan dahinya saat membaca pesan yang didapat. "Siapa nih?"

Otaknya berusaha berfikir dan sebuah nama muncul di otaknya. "Oh jangan jangan. Dia dapet dari mana nomer gue ya,"

"Bodo ah," ucap Levi akhirnya lalu kembali meletakkan ponselnya.

"Levi," panggil Meli.

"Iya ma," sahut Levi.

"Ini susu angetnya diminum dulu," kata Meli seraya meletakkan bawaannya diatas meja.

Levi tersenyum pada mama nya itu. "Makasih ya, ma,"

Setelah itu, Meli memutuskan untuk duduk di sebelah anak laki-laki nya itu. "Levi, ternyata kamu itu satu sekolahan ya sama Nidya,"

Levi tersedak saat sedang meminum susunya. Ucapan mamanya cukup membuatnya terkejut.

"Kamu kenapa? Hati-hati dong," ucap Meli khawatir seraya mengelus pundak anaknya itu.

"Kok mama tau sih?" tanya Levi langsung.

"Ya tau lah. Tadi mamanya Nidya kesini nganterin buah-buahan buat kita, terus dia cerita. Tapi mama seneng, ternyata kamu punya temen juga," cerita Meli.

"Ya terus biar kita lebih deket, kita tukeran nomer handphone deh. Nomer kamu, nomer Nidya. Jadi kalo ada apa-apa kamu di sekolah, mama kan bisa tau. Tapi mama bersyukur banget sih," lanjut Meli lagi.

Levi hanya menggerutu, ia mengetukkan pulpen di tangannya.

"Lev, ternyata Nidya itu orangnya baik ya, cantik lagi. Mama suka loh sama dia," kata Meli lagi.

Levi yang mendengar perkataan mamanya itu bergidik geli. "Mama ada-ada aja,"

***

Keesokan harinya.

"Levi berangkat ya ma," seru Levi pada mamanya.

"Pagi Levi," sapa seseorang saat Levi sampai di teras rumahnya.

Levi terkejut saat mengetahui siapa orang yang ada disana. "Lo ngapain disini?"

"Ya mau ngajak bareng lah," jawab Nidya.

"Gue kan bawa motor," kata Levi.

"Dari sini ke sekolah kan deket, gausah bawa motor kali. Lagian sekarang kita kan udah tetanggaan nih, masa lo tega ngebiarin gue jalan sendirian. Lagian tadi gue udah izin kok sama nyokap lo," jawab Nidya panjang lebar.

"Boong lo ya? Kita mendingan jalan sendiri-sendiri aja deh ke sekolah," kata Levi.

"Ih beneran tadi gue udah izin. Mau gue tanyain?"

"E-eh, yaudah yaudah gausah,"

Levi berjalan mendahului Nidya. Sebenarnya ia malas sekali harus berangkat sekolah dengan perempuan keras kepala itu.

Sepanjang perjalanan, hanya Nidya yang selalu mengoceh. Sementara Levi malas mendengarkan nya dan juga hanya menjawab pertanyaan Nidya sesingkatnya.

"Ya seenggaknya sekarang gue itu punya temen ngobrol, temen diskusi, temen curhat. Ya pokoknya temen segalanya deh," cerocos Nidya.

Disamping itu teman dekat Nidya -Belfa, Rezki, dan Deva- melihat Nidya yang berjalan ke sekolah berdua dengan Levi.

"Gila ya si Nidi, mental nya baja juga ya," ucap Rezki seraya terkekeh.

"Eh lama-lama gue kasih deh sama Nidya. Ngejarnya sampe kaya gitu. Gimana kalo kita kasih aja tiketnya?" tanya Belfa.

"Yaelah, udah biarin aja lagi. Kan percuma kalo misalnya kita sebut dia itu ratu modus sejagat," jawab Deva.

Belfa dan Rezki tertawa mendengar jawaban Deva. "Iya bener bener,"

"Tapi gue kesel sama si Levi. Seenaknya aja sama si Nidya," kata Belfa.

"Yaudah lah biarin aja. Biar dia usaha terus," balas Rezki. Lalu diikuti petikan jari Deva, tanda ia setuju.

Saat istirahat pertama di sekolah, Nidya menghampiri Levi yang sibuk dengan tab-nya. "Hai Levi,"

"Mau ngapain lo?" tanya Levi sinis.

"Sinis banget sama tetangga," balas Nidya.

"Gue lagi belajar,"

"Yang bilang lo lagi nyuci kaos kaki itu siapa? Mata gue masih sehat kali ngeliat lo lagi ngapain,"

Levi menghela nafasnya. "Yaudah kan udah tau, gue gamau diganggu ya,"

"Siapa yang mau ganggu. Gue itu kesini cuma mau ngasih lo pisang goreng buatan gue. Nih cobain ya," pinta Nidya seraya memberi tempat makan berwarna biru.

Levi menatap Nidya aneh. "Hm sorry, gue gak suka pisang goreng,"

"Ah gausah boong kenapa sih. Orang nyokap lo sendiri yang bilang, kalo lo itu suka pisang goreng. Cobain ya,"

"Lo introgasi nyokap gue, ya?" tanya Levi geram.

"Ya namanya juga cinta, apapun bakal dilakuin. Cobain dong," pinta Nidya kesekian kalinya.

Levi yang sudah lelah dan malas menghadapi perempuan di depannya itu memilih bangkit dari tempatnya. Lalu ia membalikkan tubuhnya dan pergi.

"Lev, cobain dulu. Levi lo mau kemana," seru Nidya tanpa hasil. Ia menghentakkan kakinya kesal. Ini sudah kesekian kalinya ia gagal.

*****

Haaii! Gimana nih chapter 2 nya? Ditunggu vomments nya yaaa

UnexplainableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang