Teo Halm as Levi Adhitya is on mulmed.
~
"Hai, Levi!" sapa Nidya ceria saat Levi membuka pintu rumahnya.
Levi menatap Nidya aneh. "Ngapain lo kesini?"
"Ih, emangnya nyokap lo belom bilang?" tanya Nidya.
"Apaan?"
"Kan gue mau belajar bareng sama lo,"
Belum sempat Levi membalas jawaban Nidya, tiba-tiba mamanya menghampirinya dan Nidya.
"Kok malah ngobrol disini? Jadi dong belajar barengnya?" tanya Meli.
"Jadi dong, tante," jawab Nidya.
Meli tersenyum. "Lev, kamu kok malah diem? Udah ajak masuk, terus belajar ya,"
Levi memutar kedua bola matanya malas lalu mengangguk.
"Mau belajar apaan lo?" tanya Levi dingin.
"Dingin amat kaya kutub," cibir Nidya.
"Lo mau belajar atau mau ngomentarin gue?" tanya Levi lagi tidak suka.
"Iya maap, lo serius amat. Lev, kan minggu depan ulangan kimia, ajarin dong," ucap Nidya.
Tanpa menjawab, Levi langsung pergi meninggalkan Nidya.
"Lev, kok lo malah pergi?!"
"Ngambil buku!"
Tidak lama, Levi menghampiri Nidya dan membawa beberapa buku. Nidya yang melihatnya langsung menarik nafas panjang.
"Banyak amat nih buku. Perasaan gue cuma minta diajarin kimia doang deh," ucap Nidya.
"Ini semua buku kimia," jawab Levi.
Nidya cengo dan menatapnya tidak percaya. Berapa banyak buku yang dimiliki Levi?
"Ini lo ngerti gak?" tanya Levi lalu diikuti oleh gelengan kepala Nidya.
"Dengerin, biar gue jelasin," ucap Levi.
Nidya membuka salah satu buku juga disana. Agar terlihat memperhatikan saja.
"Jadi, laju relaksi bisa dikendalikan, lo mau melambatkan reaksi yang merugikan atau menambah reaksi yang menguntungkan. Faktor yang mempengaruhi itu ada konsentrasi pereaksi, suhu, tekanan, katalis, dan luas permukaan sentuh. Ngerti gak ini?" jelas Levi panjang lebar.
Nidya yang sedari tadi memerhatikan wajah Levi, entah apa yang dijelaskan Levi masuk ke otaknya atau tidak.
"Woy! Lo mau belajar apa ngeliatin gue?" Levi menyadarkan Nidya dari lamunannya.
Nidya tersentak lalu terkekeh. "Iya maaf hehe,"
"Tadi gue ngejelasin apa?" tanya Levi.
"Uhm, i-itu kan, apa yang kimia itu-" Sepenuhnya apa yang dijelaskan memang tidak masuk ke otaknya.
"Lo baca, terus pahami. Gue mau ke kamar," ucap Levi.
"Lah kok gue ditinggalin?!"
"Nanti gue balik lagi. Baca aja dulu!"
***
"Penting banget apa ngamatin struktur atom, termokimia, larutan apalah itu. Nyusahin aja," omel Deva yang sedang berusaha
"Tai nih emang. Otak gua kaga nyampe," sambung Rezki.
"Bego aja sampe mampus," ucap Belfa.
Deva menjitak kepala Belfa. "Sialan lo, bel,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexplainable
Fanfiction"Sometimes people don't know that they love someone until the thought is actually presented to them." Sulit untuk dijelaskan, semua terjadi begitu saja. Disaat perasaan itu mulai tumbuh dan kami menyadarinya, sebuah hal terungkap.