6. Siap-siap

1.8K 226 75
                                    

Chapter 6-Siap-siap

Jam beker yang berbunyi nyaring langsung membangunkan Biel dari tidurnya. Sekarang masih pukul empat pagi. Langit di luar pun masih gelap. Tidak biasanya Biel bangun sepagi ini di hari sekolah, apalagi hari senin.

Sengaja Biel memasang bekernya lebih pagi karena ingin bertemu Vio terlebih dahulu sebelum sahabatnya itu benar-benar meninggalkannya selama sebulan.

Dengan gerakan cepat, Biel segera beranjak dari kasurnya dan menuju kamar mandi untuk mencuci muka.

Tak sampai lima menit, Biel sudah keluar dari kamar mandi dan bergegas ke luar rumah. Sepi. Itulah yang pertama kali Biel rasakan saat baru menjejakkan kaki di teras rumahnya.

Biel terus memandang rumah yang ada di seberangnya. Ia hanya bisa berharap semoga sahabatnya itu belum pergi.

Lima belas menit berlalu. Tanda-tanda kehisupan belum terlihat dari rumah Vio. Hal itu tidak membuat Biel patah semangat. Ia masih setia berdiri di teras rumah dengan udara pagi yang cukup membuatnya menggigil.

Penantian Biel ternyata tidak sia-sia. Orang yang Biel tunggu-tunggu akhirnya keluar dari dalam rumah dengan menarik sebuah koper besar di belakangnya.

Biel segera membuka pagar rumahnya dan menghampiri Vio yang sekarang sedang memasukkan barang-barang ke bagasi mobil.

"Vi!" seru Biel saat sampai di depan rumah Vio.

Kontan Vio menghentikan aktivitasnya lalu menoleh ke sumber suara. "Biel?"

Biel menarik napasnya dalam-dalam. "Vi, hati-hati di perjalanan, ya. Semoga selamat sampai ke tujuan. Maaf aku egois udah ngelarang kamu pergi. See you soon!"

Kerutan langsung terlihat di kening Vio. Sudah sejak dua hari lalu Biel mendiamkan Vio karena kepergiannya yang cukup lama. Awalnya Vio sudah pasrah kalau sahabatnya itu memang tidak mau berbicara dengannya sampai kepergiannya ke Jogja, namun ternyata Vio salah. Biel malah datang ke rumah Vio pagi ini dan mengucapkan salam perpisahan padanya.

"Kamu gak usah mikirin aku selama di sana, ya. Aku pasti baik-baik aja kok di sini walaupun gak ada kamu." Biel sendiri tidak yakin dengan kalimat terakhir yang ia ucapkan. Tidak mungkin ia akan baik-baik saja. Bukannya pesimis, tetapi Biel sudah punya firasat yang kuat akan apa yang terjadi dengan dirinya nanti.

Vio mendekati Biel yang berada di balik pagar rumahnya. "Makasih, ya, Bi. Pokoknya kalo ada yang ngapa-ngapain kamu--"

"Vi," potong Biel.

"Oke, oke. Kamu bakalan baik-baik aja. Ya, kamu pasti gak bakalan kenapa-napa," ucap Vio terlebih untuk meyakinkan dirinya sendiri agar tidak terlalu khawatir dan berpikiran negatif pada sahabatnya.

Vio mengulas senyumnya. "Pokoknya kamu harus janji jaga diri baik-baik, ya, Bi."

Biel mengangguk. "Pasti."

■□■□■□■□■□■

Sarapan di depan Biel sama sekali tidak tersentuh oleh laki-laki itu. Entah mengapa nafsu makannya serasa hilang.

Bri yang sejak tadi memerhatikan anaknya hanya bisa geleng-geleng kepala. "Kenapa? Masakan Mama gak enak?"

Biel hanya bergumam sebagai jawaban dari pertanyaan ibunya itu.

"Bukannya kamu udah ketemu Vio tadi pagi? Udahlah, Sayang, Vio juga nanti balik kok. Gak usah dipikirin terus makanya, nanti malah berasanya lama." Bri berusaha menyemangati anaknya.

Biel meletakkan sendok dan garpunya di atas piring. "Ma, aku ke sekolah naik apa?"

Bri tampak berpikir sebentar. "Mama anterin aja, ya? Daripada kamu susah nyari angkutan buat ke sekolah. Nanti malah telat lagi."

My Girly BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang