8. Pelajaran Pertama

2K 260 80
                                    

Chapter 8 - Pelajaran Pertama

"Vi ... aku minta maaf. Gak seharusnya aku ngomong gitu. Vi, maafin aku ...," ucap Biel.

Seperti tidak terpengaruh dengan raut penyesalan pada wajah Biel, Vio tetap diam seribu bahasa.

Biel menggamit tangan Vio. "Vi, maafin ya? Aku gak maksud ngomong gitu. Aku--"

"Bi, aku gak nyangka--" Baru saja Vio membuka mulut, Biel langsung memotong ucapannya.

"Iya, aku tau. Kamu pasti masih marah sama aku. Aku salah sampe ngebentak kamu. Aku salah karena nyusahin kamu terus selama ini. Aku tau kamu ngelakuin semua ini buat aku," ucap Biel lirih. "A--aku janji bakal berubah kayak yang kamu mau. Aku janji bakal--"

Kali ini Vio yang memotong ucapan Biel. "Bi! Aku gak nyangka kamu bisa ngebentak aku! Ak--aku gak nyangka kamu akhirnya bisa ngelawan sama apa yang gak kamu suka. Wow, awal yang bagus buat kamu berubah, Bi."

"A--apa?" Biel membulatkan mata tak percaya.

Vio bangkit dari kasur Biel dengan wajah semringah. "Akhirnya setelah bertahun-tahun, kamu mau berubah juga. Kenapa gak dari dulu aja aku panggil kamu Arsenio, ya?"

Apa yang diucapkan Vio semakin terdengar tidak masuk akal di telinga Biel. "A--aku gak ngerti. Jadi, kamu gak marah?"

Vio menggelengkan kepala sambil menunjukkan deretan giginya.

Seperti baru menyadari semuanya, Biel ikut bangkit dari kasur sambil mengacak-acak rambut ikalnya. "Astaga, Vi. Aku kira kamu diem karena marah sama aku. Aku gak tau lagi harus ngomong apa."

"Besok kita mulai pelajaran pertamanya, ya," ucap Vio.

"Pelajaran apa?" tanya Biel.

Seringaian menghiasi wajah Vio. "Pelajaran buat jadi cowok beneran. Sampe ketemu besok, Bi!" Tanpa menunggu persetujuan Biel, Vio berlari ke luar kamar lalu berpamitan pada Bri.

Biel hanya termangu dalam kamarnya sejak Vio pergi. Entah ini akan menjadi sesuatu yang baik atau buruk. Namun, janji sudah terlanjur terucap dari bibir Biel. Walaupun masih tidak yakin dengan keputusannya untuk berubah, Biel berusaha memantapkan hatinya demi membalas pengorbanan Vio selama ini.

■□■□■□■□■□■

Sejak satu setengah jam yang lalu, Vio tak hentinya memandangi langit-langit kamarnya. Bukan melamun, melainkan ia hanya sedang menyusun rencana untuk mengubah sahabatnya itu menjadi laki-laki sesungguhnya.

Setelah semua rencana tersusun rapi di otak Vio, ia akhirnya bangkit dari tempat tidur dan cepat-cepat pergi ke lantai bawah untuk menghampiri ibunya.

Orang yang Vio cari ternyata ada di ruang keluarga. Vio segera mendatangi Salsa lalu duduk di samping ibunya itu.

"Eh, Sayang. Ada apa?" Tampaknya Salsa sedikit terkejut dengan kedatangan Vio.

"Mama punya nomornya Om Fakhri gak?" tanya Vio.

Salsa mengerutkan kening. "Om Fakhri yang punya tempat kursus Muay Thai itu?"

Vio mengangguk antusias.

"Ada, sih ... buat apa emang? Kamu mau ikut kursus Muay Thai? Emangnya kurang waktu dulu kamu ikut kursus taekwondo?" tanya Salsa.

"Eh? Bu--bukan aku, sih, tapi ... Biel."

"Hah? Biel? Emangnya dia mau? Kamu paksa dia, ya? Bri emang ngebolehin?" Saking tidak percayanya, Salsa langsung membombardir Vio dengan pertanyaan.

Cepat-cepat Vio menggeleng sebelum ibunya salah paham. "Gak kok, aku gak maksa dia. Aku bagi nomornya, ya, Ma?"

Salsa mengembuskan napas. "Ya udah. Nih, catet."

My Girly BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang