7. Tidak Ada Jawaban

1.8K 246 47
                                    

Gue cuman mau ngasih tau kalo alur ini gak dicepetin kalo kalian mikirnya gitu. Emang gue udah rencanain dari awal gak mau nyeritain lama-lama tentang Biel di-bully selama Vio gak ada karena bakal bosenin banget pasti dan inti ceritanya bukan di situ. Jadi gue emang sengaja langsung skip sebulan. Dan gue udah bilang kan kalo prologue gue itu cuplikan kejadian yang bakal ada di suatu chapter? Nah chapter itu adalah ini. Jadi emang chapter ini mirip-mirip sama prologue. Oke, selamat membaca!

■□■□■□■□■□■

Chapter 7 - Tidak Ada Jawaban

Vio akhirnya tiba di SMA Megantara setelah kurang lebih satu bulan ia meninggalkan kota metropolitan ini. Ia menarik napasnya dalam-dalam. Rasanya seperti baru masuk sekolah saja.

Dengan langkah pasti, Vio turun dari sepeda dengan boncengan di belakangnya itu. Ah, Vio jadi teringat dengan Biel. Biasanya, Biel akan duduk di boncengan sepedanya dengan tangannya yang melingkari pinggang Vio.

Padahal hanya sebulan Vio tidak bertemu Biel, tetapi rasanya seperti bertahun-tahun. Vio jadi merasa tidak enak pada Biel karena harus meninggalkannya sendiri selama sebulan.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Vio berjalan menyusuri koridor SMA Megantara. Baru beberapa langkah berjalan di koridor ini, Vio langsung disambut oleh bisikan dan tatapan dari murid-murid yang sedang berlalu-lalang di koridor ini. Vio tidak menghiraukan bisikan dan tatapan dari mereka, bahkan ia tidak merasa risih atau terganggu sedikit pun.

"Eh, itu bukannya Vio, ya?" ucap salah satu murid yang ada di koridor dengan temannya. "Dia udah balik?"

Vio tertawa sinis. Pertanyaan yang tidak bermutu.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba ada yang menabrak Vio dari belakang. "Eh, eh, maaf." Orang yang menabrak Vio itu kembali berlari tanpa menunggu balasan darinya.

Vio mendengus kesal. Pagi-pagi begini sudah ada saja orang yang menghancurkan suasana hatinya.

Selang beberapa menit kemudian, Vio melihat banyak murid yang sedang berlari ke arahnya. Vio menghindar ke pinggir koridor agar tidak tertabrak seperti tadi. Ia mengerutkan keningnya heran. Mengapa banyak murid yang berlarian pagi ini?

Akhirnya karena penasaran, Vio mengikuti murid-murid yang berlarian itu dari belakang. Sampailah Vio di depan papan mading. Di sana banyak murid yang berkerumun membentuk sebuah lingkaran besar. Postur tubuh Vio yang tidak mendukung pun membuat ia tidak bisa melihat apa-apa dari tempatnya berdiri ini.

Tanpa membuang tenaga yang berarti, Vio berhasil membelah lautan murid-murid sehingga ia berada di barisan paling depan kerumunan itu.

Alangkah kagetnya Vio saat melihat pemandangan di depannya. Dengan mudahnya, emosi Vio tersulut dan ia tidak bisa berpikir jernih. Vio mendatangi orang yang sedang menjadi bahan pertunjukan ini dan melayangkan tinjunya pada rahang orang tersebut.

"Berenti!" seru Vio. "Berenti gak sekarang juga!"

■□■□■□■□■□■

Satu bulan ini serasa satu tahun bagi Biel sejak kepergian Vio. Hari demi hari ia lewati dengan Jaffar yang sekali pun tidak pernah absen membuat hidupnya menderita di sekolah. Seperti saat ini.

"Mau ke mana lo?" Jaffar dan ketiga temannya berdiri di hadapan Biel yang sedang berjalan menuju kelas.

Biel langsung menghentikan langkahnya. "Ke kelas."

"Gue lagi butuh hiburan, nih," ucap Jaffar. "Lo mau, kan, ngehibur gue?"

"A-aku mau ke kelas dulu, u-udah mau bel." Biel berusaha menerobos Jaffar dan teman-temannya, namun sayang, Jaffar segera mendorong bahu Biel sebelum ia berhasil melewati mereka.

My Girly BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang