20. Kesempatan

1.6K 129 113
                                    

Yang di multimedia adalah cover cerita terbaru gue yang masih coming soon. Bisa diliat blurbs-nya di chapter ini paling bawah atau bisa cek langsung ke works gue.

■□■□■□■□■□■

Chapter 20--Kesempatan

Belum juga tuntas gundah yang dirasakan Vio, kini sudah datang lagi masalah yang membebani pikirannya.

Tiga kalimat yang diucapkan Biel barusan cukup membuat perasaan Vio campur aduk.

"Vi, aku tau, aku emang gak tau diri. Tapi, aku sayang banget sama kamu. Kamu mau gak jadi pacar aku?"

Memang Vio akui bahwa dulu ia sempat kesal saat sahabatnya itu berpacaran dengan Retha. Namun, ia sendiri bingung apakah yang dirasakannya itu hanya rasa cemburu sebagai sahabat atau mungkin lebih dari itu.

Beberapa saat Vio hanya bergeming tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Hingga akhirnya Biel berdeham.

"Vi," panggil Biel.

"Eh, i--iya?"

"Gimana, Vi?" tanya Biel ragu-ragu.

Melihat Vio yang kembali terdiam, Biel melanjutkan ucapannya. "Aku tau status kamu masih pacarnya Jaffar. Tapi, aku tau juga kalo kamu pacaran sama dia cuman buat ngelindungin aku, 'kan? Nah, sekarang aku udah bisa ngelindungin diri aku sendiri, jadi kamu gak perlu ngelanjutin hubungan kamu sama dia."

Batin Vio langsung tersentil mendengar perkataan Biel. Benar yang dibilang Biel, bahwa hubungannya dengan Jaffar hanya sebatas karena Vio ingin melindungi Biel. Namun, hati kecilnya tidak rela apabila harus mengakhiri hubungan ini begitu saja. Setelah apa yang mereka lakukan bersama-sama, terutama saat Biel menjauh dari dirinya. Jaffar adalah satu-satunya orang yang ada di sisi Vio saat itu.

"I--iya, aku juga tau awalnya ini semua cuman cara buat ngelindungin kamu. Ta--tapi, aku gak tau semuanya masih sama atau gak sekarang. Waktu kamu ngejauhin aku, dia satu-satunya yang--"

Biel segera memotong ucapan Vio. "Dia cuman manfaatin kesempatan, Vi, supaya bisa deketin kamu! Saat aku gak bisa berkutik karena selalu dibayang-bayangin sama anceman Retha, dia dengan pinternya pake kesempatan itu buat nyingkirin aku dari kamu. Sadar, Vi!"

"Gak usah kamu jelek-jelekkin dia, Bi. Kamu gak tau, 'kan, gimana dia selama kamu jauhin aku. Ya, aku tau dia awalnya emang brengsek. Tapi, dia berubah, Bi," jelas Vio.

Rambut ikal Biel yang awalnya rapi kini diacaknya. "Gak adil! Aku sayang sama kamu, Vi. Aku udah jelasin semuanya ke kamu kenapa aku berubah. Terus apa lagi yang bikin kamu bingung buat jawab pertanyaan aku tadi?"

Vio memejamkan matanya beberapa saat untuk menenangkan diri. Setelah merasa tenang, Vio kembali membuka matanya dan bersiap menjawab pertanyaan Biel.

"Oke, kamu mau aku jawab? Jawabannya gak bisa, Bi. Kamu lupa kalo aku baru aja kecelakaan? Retha baru aja meninggal. Aku baru tau kalo ternyata ayah aku selama ini masih hidup. Kamu inget, 'kan? Aku butuh waktu buat nyelesaiin semua masalahku dulu. Dan sekarang bukan saatnya aku mikirin kayak gini.

"Dan satu lagi, kalo kamu bener-bener sahabat aku, aku mohon banget sama kamu buat dukung keputusan aku ini. Aku mau kita sahabatan kayak dulu lagi. Tanpa cinta-cintaan kayak gini. Aku sayang kamu juga, Bi, tapi sebagai sahabat. Tolong, ya, Bi. Kamu ngerti, 'kan? Tolong aku, ya, Bi, supaya bisa ngelewatin masalah-masalah aku?"

Sebuah tamparan keras langsung Biel rasakan tepat di hatinya. Kata-kata Vio barusan cukup membuatnya seperti orang bodoh. Bagaimana bisa ia mementingkan egonya saat gadis di depannya ini sedang dalam keadaan terpuruk? Sahabat macam apa ia ini?

My Girly BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang