Chapter 5 : The New Girl

685 77 8
                                    

Karena semalam tak bisa tidur akibat visi itu, juga karena berkali-kali menggambar wajah seorang pria yang sudah mati, hari ini Lily terlambat ke kampus.

Dengan tergesa-gesa dia berlari masuk ke kelasnya. Namun dalam perjalanan, dia tak sengaja menabrak seorang gadis sehingga membuat isi tas mereka berhamburan keluar.

"Maaf. Aku sedang mengejar kelas." ujar Lily seraya berlutut dan memunguti barang-barangnya juga barang-barang gadis itu yang berserakan karena ditabraknya.

Tanpa melihat wajah orang yang ditabraknya, Lily buru-buru berlari setelah membantu membereskan barang-barangnya.

Tanpa dia sadari, lembaran kertas yang terdapat gambar pria misterius itu terjatuh dari dalam buku sketsanya.

Gadis itu tak sengaja melihatnya. Matanya terbelalak saat menyadari gambar dalam kertas itu.

"Lukisan ini? Dia...Tak mungkin! Tak ada yang tahu soal ini. Kau! Siapa kau sebenarnya?" batin gadis itu seraya meremas lukisan wajah pria yang sudah mati itu sambil menatap penuh kebencian pada Lily yang sudah berlari meninggalkannya.

"Apa ini? Undangan pertunangan? Oh, Belinda Collins akan bertunangan dengan seorang Jaksa dan dia mengundang seluruh kampus. Hebat sekali! Aku bahkan tak kenal dia, tapi dia mengundangku." tambah Lily dalam hati saat dia melihat undangan pertunangan ada di atas mejanya.

Setelah kuliahnya selesai, Lily menuju ke kantin untuk memesan sesuatu. Dia berpikir sebelum mencari Officer Wincester lebih baik dia makan dulu.

"Sepertinya enak. Aku sudah lama tak makan itu." seru hantu itu lagi, terdengar sedih.

"Kapan terakhir kali kau memakannya?" tanya Lily sambil melahap burgernya.

Belum sempat si hantu menjawab, seorang gadis muda tiba-tiba mendekati Lily dan berkata ramah, terlalu ramah malah.

"Boleh aku duduk di sini? Semua tempat duduk sudah penuh." ujarnya seraya mengedarkan pandangannya ke sekeliling kantin itu, Lily hanya bisa mengangguk ragu.

"Aku tak suka padanya. Entah kenapa sepertinya dia berbahaya." ujar si hantu dengan nada memperingatkan.

"Jangan sok tahu! Mana bisa kau menghakimi orang yang baru kau temui?" omel Lily tanpa sadar.

"Maaf. Apa kau bicara denganku?" tanya gadis yang duduk di depannya.

Seketika Lily sadar kalau dia sedang bicara dengan hantu dan tak seorangpun tahu yang dilakukannya.

"Tidak. Aku bergumam sendiri," jawabnya bingung.

"Kenalkan! Aku siswa pindahan baru. Namaku Rihanna Parker," ujar gadis itu ceria seraya menyodorkan tangannya mengajak bersalaman.

Lily dengan ragu membalasnya.
"Liliana Dawson, mahasiswa jurusan animasi." jawab Lily memperkenalkan diri.

"Oh, kau yang suka melukis itu, kan? Lukisan yang tergantung di ruang seni itu milikmu, kan? So scary but amazing." ujar Rihanna memuji. Lily hanya tersenyum berterima kasih.

"Aku seperti pernah melihatnya di suatu tempat. Jangan terlalu dekat dengannya. Aku merasakan sesuatu yang tidak beres padanya." ujar hantu itu kembali memperingatkan Lily.

Rihanna terus mengoceh tak jelas, Lily jelas terlihat tak tertarik mendengarkannya.

Tapi mendadak kalimat gadis itu berhenti dan dia segera bergegas pergi dari sana.

Sebelum pergi, gadis itu berkata dengan gugup, "Aku masih ada kelas. Sampai Jumpa Lily." ujarnya lalu buru-buru pergi seperti orang ketakutan.

"Maaf, apa aku mengganggumu Nona?" tanya seorang pria yang tiba-tiba muncul di belakangnya.

Lily menoleh ke belakang dan dia begitu senang melihat Officer Wincester ada di sana.

"Alvan, aku baru saja akan ke kantor polisi mencarimu. Dari mana kau tahu aku ada di sini?" tanya Lily penasaran.

"Kami polisi, tentu saja kami tahu," jawab James ramah.

"Kau bilang kau ingin mencariku, kan? Ada apa?" tanya Alvan Wincester to the point.

"Tapi nyatanya kalian yang datang mencariku. Katakan saja urusan kalian lebih dulu." jawab Lily mempersilahkan.

"Baiklah. Aku kemari untuk memberikanmu ini." ujar Alvan seraya menyodorkan sebuah berkas berisi banyak file di dalamnya.

"Ini apa?" tanya Lily bingung.

"Berkas berisi data-data orang hilang dan kasus tak terpecahkan," jawab Alvan Wincester santai seraya duduk di kursi di depan Lily.

"Kau berikan padaku?" tanya Lily senang.

"MEMINJAMKAN! BUKAN MEMBERIKAN, Nona!" Alvan Wincester menegaskan dengan raut wajah galak.

"Bukankah kau ingin meminjam data orang hilang untuk membantu hantu itu mencari tahu kenapa dia tak bisa pergi dari dunia ini?" Jawab Alvan menjelaskan.

"Sekarang kupinjamkan padamu. Carilah apa yang kau mau, kami akan menunggu. Tapi, benarkah kau memiliki visi?" tanya Alvan Wincester ragu.

Mendengar kata visi, Lily seketika ingat tujuannya ingin mencari Officer Wincester. Dia segera mengeluarkan sketsa wajah yang dilukisnya semalam.

"Semalam aku melihat visi. Tepatnya visi sebuah pembunuhan. Aku melihat seorang pria disiksa sampai mati oleh seorang wanita berpakaian serba hitam di sebuah rumah kecil di tengah hutan." Ujar Lily dengan suara berbisik pelan.

"Aku melihat jam dinding kuno di salah satu sudut ruangan, juga sebuah kalender tergantung di sebelahnya, lalu sebuah meja makan kecil yang di atasnya terdapat sebuah cambuk." Lanjutnya, menceritakan apa yang dilihatnya dalam visinya.

"Aku melihat wanita itu mencambuk pria muda yang malang itu lalu menikam dada pria itu dengan sebuah pisau perak," Lily dengan semangat menceritakan visinya.

Officer Alvan Wincester dan James Carter hanya terdiam mendengar ceritanya.
"Dia jujur. Aku membaca pikirannya dan dia tidak berbohong sama sekali," bisik James di telinga Alvan.

"Kau ingat wajah mereka?" tanya Alvan terlihat tertarik, dia mencondongkan sedikit tubuhnya ke depan Lily dengan tatapan mata penuh minat padanya.

"Aku tak bisa melihat wajah sang pembunuh, tapi aku bisa melihat dengan jelas wajah sang korban." jawab Lily seraya mengeluarkan sketsa itu dan menyodorkannya pada kedua polisi tampan itu.

"Ini! Setelah aku melihat visi itu, tanpa sadar aku melukis wajahnya." Ujar Lily seraya menyodorkan selembar kertas di dalam buku sketsanya.

"Padahal awalnya, bukan dia yang ingin kulukis, tapi tanganku bergerak sendiri seolah ada sebuah kekuatan yang tak terlihat yang memaksaku terus melukis." Lanjutnya dengan wajah sedikit memucat.

"Dia pria yang kulihat dalam visiku, pria yang mati itu. JUMAT, 12 APRIL 2012 pukul 23.47. Tiga belas menit sebelum tengah malam, dia terbunuh." ujar Lily dengan wajah serius.

Alvan Wincester dan James Carter menarik napas berat. Gadis ini, siapapun dia, memang memiliki kemampuan melihat ke masa lalu.

Tanpa banyak kata, Alvan meraih kembali berkas orang hilang dan kasus tak terpecahkan itu lalu mulai membalik-balik halaman demi halaman, sampai akhirnya dia menunjuk pada satu file dengan foto pria tampan di sana.

"Apa dia yang kau lihat dalam visimu?" tanya Alvan Wincester pada Lily seraya menunjuk sebuah foto seorang pria yang ada di dalam file tersebut, menatapnya penuh harap.

To be continued...

The Face Of Terror (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang