Chapter 4 : Another Lily

764 78 11
                                    

Alvan Wincester masih berkutat dengan berkas-berkas tentang orang hilang di mejanya. Dengan hanya ditemani sebotol wiski, dia duduk di sana sendirian.

Hari sudah hampir tengah malam, selain para polisi yang bertugas berjaga, semua anggota timnya sudah pulang ke rumah masing-masing dan beristirahat. Tapi dia tidak! Dia memandangi wajah seorang gadis cantik dengan airmata menetes pelan.

"Lily, ini sudah dua tahun berlalu tapi aku masih belum menemukanmu. Kau baik-baik saja, kan? Kau masih hidup, benarkan?" Ujarnya dalam hati.

"Katakan bahwa kau baik-baik saja! Kau harus pulang dengan selamat." Lanjut Alvan dalam hatinya saat setetes air jatuh dari matanya ketika dia membelai foto di berkas itu.

Alvan mengingat kembali kejadian dua tahun silam. Kejadian sesaat sebelum kekasihnya menghilang ditelan bumi seperti sekarang.

Saat itu Lily berkata, "Aku tak punya hubungan apa pun dengannya. Aku hanya menolongnya karena seseorang ingin menyakitinya. Dia ketakutan, dia tak tahu harus minta tolong pada siapa." ujar Lily menjelaskan agar Alvan tak cemburu.

"Dan kenapa harus kau?" tanya Alvan masih cemburu.

"Gadis itu sangat berbahaya. Dia punya kekuatan, sama sepertiku. Dia hampir saja membunuh pria itu jika saja aku tidak menghalanginya. Bukankah kau bilang kita harus menolong orang?" bujuk Lily lagi.

"Aku tak mau kau terlibat dalam bahaya. Bagaimana jika seandainya gadis itu mengincarmu juga karena kau sudah menghalanginya? Biarkan polisi menangkapnya, okay?" bujuk Alvan khawatir.

"Baik. Siapkan anak buahmu. Jika aku sudah menemukan di mana gadis itu menyekapnya, aku akan memberitahumu." itu adalah ucapan terakhir Lily sebelum dia menghilang malam itu.

Saksi terakhir, Mark Davidson mengatakan bahwa dia melihat Liliana Richardson pergi meninggalkan apartmentnya pukul 23.00 malam, karena penasaran Mark mengikuti gadis itu berjalan masuk ke dalam sebuah hutan di pinggir kota.

Tapi sayang dia kehilangan jejak, dan saat keesokan harinya tim pencari dikerahkan ke sana, mereka tak menemukan apa-apa. Liliana Richardson dan pemuda itu bagai menghilang ditelan bumi.

Hasil penyelidikan menemukan bahwa pria yang disebut Lily sebagai temannya itu bernama Bryan Fillan, dia dilaporkan menghilang oleh keluarganya seminggu sebelum Lily menghilang dan hingga kini, mereka tak ditemukan.

Gadis yang terakhir kali ditemui Bryan Fillan pun, Rihanna Parker sudah meninggal. Sejak itu kasus ditutup karena tak ada bukti, saksi ataupun petunjuk lainnya.

Akhirnya hilangnya mereka pun hanya masuk dalam arsip X-FILES yaitu kasus-kasus yang tak bisa diselesaikan. Tapi Alvan Wincester tak rela, dia terus menyelidiki kasus ini diam-diam.

"Masih memikirkan Liliana Richardson?" tanya seorang pria tampan berpipi gembul yang tiba-tiba muncul di samping Alvan. Alvan mengangguk mantap.

"Bagaimana dengan hasil forensikmu hari ini?" tanya Alvan pada temannya yang berprofesi sebagai ahli bedah forensik.

"Pembunuhan, kecelakaan, bunuh diri, semua ini membuatku gila. Setiap hari aku hanya bertemu mayat. Itu sebabnya aku tak punya pacar hingga sekarang, semua gadis takut padaku." jawab temannya dengan nada pasrah seraya meneguk sebotol wiski yang ada di hadapannya.

Alvan hanya tersenyum pasrah saat melihat botol wiskinya habis dalam satu tegukan saja.

"Kevin, kau Dokter Ahli Bedah Forensik, kan? Benarkah selama dua tahun ini kau tidak pernah menemui mayat tanpa identitas dengan wajah hancur yang mirip Lily?" tanya Alvan dengan ragu. Kevin menggeleng pelan.

"Tidak. Sampai saat ini aku tak pernah menemukan mayat dengan wajah hancur yang mengidentifikasikan itu adalah Lily. Berdoalah semoga ada kemungkinan dia baik-baik saja." jawab Kevin memberi harapan.

"Tim Inteligent Alvan Wincester, kasus apa yang kau tangani hari ini?" Kevin mencoba mengalihkan perhatian agar temannya tak lagi sedih.

"Tak ada yang istimewa selain bertemu seorang gadis aneh yang mengaku memiliki visi dan bisa mendengar suara hantu. Kau percaya itu?" Jawab Alvan dengan sedikit malas.

"Dia meminta aku membantunya mencari tahu kenapa hantu itu tidak bisa pergi dari dunia ini. Ini gila, kan?" Lanjutnya lagi.

"Dia bahkan minta daftar orang hilang padaku. Dan yang lebih memusingkan lagi, dia memiliki nama yang sama dengannya," ujar Alvan sambil tertawa getir.

"Nama yang sama dengan siapa?" Kevin masih belum mengerti.

"Gadis aneh itu juga bernama Liliana," jawab Alvan lirih.

"Oh, I got it. Another Liliana. Jadi, apa kau mau membantunya?" tanya Kevin penasaran.

"Tentu saja tidak! Daftar orang hilang adalah arsip rahasia kepolisian. Kusuruh dia mencari Ghost Hunter saja atau mungkin cenayang." jawab Alvan ringan.

"Kau tahu, Alvan? Jika dia memang punya visi, kenapa tidak minta dia membantu kita?" Kevin memberikan usulan yang tersengar tidak masuk akal namun ada benarnya.

"Kau bantu dia berikan daftar orang hilang yang dia inginkan, dan sebagai gantinya..." Kevin terdiam sejenak.

"Sebagai gantinya, minta dia mencari tahu di mana Liliana Richardson berada." Usul Kevin.

"Bukankah itu pertukaran yang pantas?" Lanjutnya lagi, terdengar bagus dan menjanjikan.

Alvan berpikir dan berkata, "You're right, bro!"

"Tapi bagaimana jika dia hanya penipu seperti Mark Davidson? Seorang preman yang tidak jelas asal usulnya yang selalu berkata dia punya penglihatan tapi nyatanya dia tidak pernah membantu apa-apa." Lanjut Alvan skeptis.

"Kau punya James Carter, kan? James punya kekuatan membaca pikiran orang. Dia tahu mereka berbohong atau tidak." Ujar Kevin memberi saran.

"Mudah saja, bawa James bersamamu untuk melihat gadis itu berkata jujur atau bohong." usul Kevin, memberikan pencerahan.

"Oh ya, aku kemari ingin menyampaikan pesan dari Jaksa Henry O'Connel. Dia akan bertunangan akhir minggu ini, dia minta aku menyampaikan undangannya. Ini!" ujar Kevin lagi seraya menyodorkan sebuah undangan pertunangan.

Alvan menerimanya dan membacanya sekilas. "Thank you, bro. Aku akan datang bersama James." jawabnya berjanji, tanpa dia ketahui hal mengerikan akan terjadi di tengah pesta pertunangan itu.

To be continued...

The Face Of Terror (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang