Chapter 1 : Hello, Mr Ghost!

1.2K 102 16
                                    

"Masih memikirkan mimpi itu?" seru suara tanpa wujud padaku.

Suara tanpa wujud? Yeah right... Beberapa bulan ini aku sial sekali, seolah memiliki Visi sama sekali belum cukup bagiku.

Benar, sejak kecil aku memiliki Visi, sebuah kekuatan untuk melihat rahasia masa lalu dan hal mengerikan yang akan terjadi.

Aku bisa melihat apa yang seharusnya tidak bisa kulihat, lalu tiba-tiba beberapa bulan ini tanganku bergerak sendiri dan menggambar seraut wajah seorang pria yang tidak kukenal, sekarang entah sejak kapan, ada sesosok hantu gentayangan yang mengikutiku ke mana pun.

Berbisik di telingaku dan membuatku hampir ketakutan setengah mati. Bagaimana tidak? Bagaimana jika seandainya kau ada di posisiku? Diikuti oleh sesosok hantu yang tak bisa kau lihat wujudnya tapi selalu mengikutimu ke mana pun, seolah mendapat penglihatan tidaklah cukup.

"Santai saja, Lily. Aku tidak akan menyakitimu," ujarnya lembut padaku. Mendadak bulu kudukku meremang.

"Bagaimana mungkin aku tidak takut? Kau selalu mengikutiku," sentakku frustasi.

"Apa kau tahu kalau gara-gara kau, aku hampir saja masuk Rumah Sakit Jiwa? Semua orang mengira aku gila," aku benar-benar frustasi setiap aku mengingat ada hantu pria yang mengikutiku ke mana pun juga.

"Aku minta maaf," jawabnya terdengar sedih.

"Kenapa kau selalu mengikutiku? Apa yang kau mau dariku? Kenapa kau pilih aku?" jeritku frustasi.

"Karena hanya kau yang bisa mendengarku dan hanya kau yang bisa membantuku," jawabnya yakin.

"Dan kenapa kau berpikir aku bisa membantumu?" aku balik bertanya dengan kesal, kenapa dari jutaan bahkan milyaran orang, hantu ini harus memilih menghantuiku.

"Aku tidak pernah menghantuimu. Bukankah selama ini aku selalu menolongmu?" ujarnya seolah mengerti apa yang kupikirkan.

"Tapi nyatanya kau hantu kan? Kau tak punya wujud. Aku tak tahu bagaimana wajahmu. Kau hanya berupa suara. Lalu bagaimana aku harus menyebutmu jika bukan menghantui?" jawabku membela diri.

"Apa kau mau aku muncul di hadapanmu? Kau ingin melihat wujudku?" tanya si hantu tanpa dosa.

Seketika bulu kudukku meremang. "Yang benar saja? Melihat hantu? TIDAK!" batinku semakin takut.

"TIDAK! AWAS KALAU KAU BERANI MUNCUL DI HADAPANKU!" ancamku setengah ketakutan.

Tanpa sadar entah mengapa aku merasa udara di sekitarku mendadak menjadi lebih dingin dari sebelumnya, atau mungkin itu hanya perasaanku saja.

"Lalu aku harus bagaimana?" tanya si hantu lagi, dengan suara memelas.

"Pergilah dari hidupku selamanya! Jangan menghantuiku dan carilah orang lain!" jawabku kesal seraya berjalan ke arah jendela kamarku dan menutupnya rapat-rapat.

Awal musim dingin telah tiba, udara menjadi semakin dingin dan angin malam yang berhembus kencang membuatku tidak nyaman.

"Tidak bisa! Aku tidak bisa pergi dari dunia ini. Aku tak bisa ke Surga ataupun ke Neraka. Ada sesuatu yang memaksaku untuk tetap tinggal," jawabnya lirih, entah kenapa aku mendengar nada sedih dalam suaranya.

"Itu sebabnya kau harus menolongku. Hanya kau yang bisa membantuku. Tolonglah!" ujarnya memohon.

"Kenapa dari jutaan bahkan milyaran orang kau harus memilihku?" lagi, pertanyaan yang sama terlontar.

"Karena hanya kau yang memiliki kemampuan itu. Visi. Kau bisa melihat rahasia masa lalu dan hal mengerikan yang akan terjadi kan? Tolong lihat apa yang terjadi di masa laluku."

"Aku ingin tahu apa yang terjadi sehingga aku seperti ini. Aku tak bisa pergi, aku juga tak bisa kembali. Lalu aku harus bagaimana lagi saat ini? Ada sesuatu yang menahanku untuk tetap di sini. Jika saja kau bisa membantuku, aku janji akan segera pergi," ujarnya mengiba.

Aku terdiam berpikir, hantu ini benar. Dia tak bisa meninggalkan dunia ini pasti karena ada sesuatu yang menahannya untuk tetap di sini.

"UNFINISHED BUSSINESS" begitu mereka menyebutnya.

"Baiklah. Aku harus mulai dari mana?" tanyaku, memutuskan membantunya. Aku tidak mau dia menghantuiku seumur hidupku.

"Aku tidak ingat masa laluku, aku tidak tahu kenapa aku bisa mati, aku tidak punya petunjuk apa pun, tapi aku punya satu ingatan kecil, walaupun aku sendiri tidak yakin." ujarnya terdiam.

"Apa itu?" tanyaku tak sabar.

"Pisau perak. Hal terakhir yang kuingat adalah sebuah pisau perak." jawabnya mengulangi, jelas terdengar nada tak yakin dari suaranya.

To be continued...

The Face Of Terror (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang