Pelita Indonesia

678 25 1
                                    

Syukuri apa yang ada,

Hidup adalah anugerah,

Tetap jalani hidup ini,

Melakukan yang terbaik...

(D' Masiv - Jangan Menyerah)

Sepenggal lagu dari D' Masive terdengar oleh Lena, ia bertanya, siapakah pemilik suara merdu ini? Jujur saja, Lena sangat menyukai lagu ini sejak tahun 2009. Bisa dibilang, ini adalah lagu legendaris yang sangat amat sekali memotivasi Lena. Kini ia sedang menghadiri acara amal untuk para penderita down syndrome yang entah diadakan oleh siapa.

Suatu kisah hebat berawal dari tanggal 21 Maret 2010

SENJA. Satu waktu yang entah mengapa sangat Lena sukai, padahal ia tidak begitu mengerti apa itu pagi, siang, sore, bahkan malam. Tetapi, ia sangat menyukai warna jingga yang diperkenalkan oleh Bu Nurul, salah satu guru pembimbing Lena dan teman-temannya. Dan sore adalah waktu ketika jingga tampak.

Dan di sore hari pula Lena hanya ingin berdua saja dengan langit di balkon tempat ia singgah itu. Tempat singgah yang hanya-semoga-untuk singgah saja. Semua orang normal pasti menginginkan Lena dan teman-teman senasibnya untuk segera sembuh dan keluar dari rumah tinggal itu, Kasih Indonesia, salah satu tempat singgah para anak-anak yang memiliki keterbelkangan mental, dan Lena adalah salah satunya.

Lena tak tahu mengapa ia menyukai saat sore, Bu Nurul pernah bilang sesuatu, bahwa sore adalah waktu ternyaman untuk menatap langit. Saat itu Lena tidak tahu apa-apa, ia tidak begitu mengerti yang dimaksud oleh Bu Nurul. Tetapi ia mengetahui bahwa sore adalah saatnya ia untuk memandang langit.

Di balkon, tempat Lena menyempatkan dirinya untuk melihat jingga sore. Kalau di saat seperti ini, balkon sangatlah sepi. Tapi, di hari ini ada seorang yang datang. Ia tak kenal itu siapa, karena yang ia kenal hanyalah Bu Nurul dan Egi teman satu kamarnya.

Dia siapa? Apakah ia akan mencuri jingga-ku? Lena bertanya-tanya, tapi ia hanya acuh tak acuh pada lelaki itu, pun dengan lelaki itu. Tapi, tiba-tiba lelaki itu datang ke hadapan Lena dengan posisi berdiri sedangkan Lena sedang duduk membuat Lena tak dapat melihat langit jingga sepenuhnya karena tertutup oleh lelaki menyebalkan itu.

"Apa kamu? Jangan menutupi jingga-ku. Kau tak boleh memilikinya!" bentak Lena pada lelaki menyebalkan itu.

Lelaki itu bingung, ia menatap ke arah langit sekilas kemudian duduk disamping Lena. Dan Lena? Ia tak merasa terganggu sekarang, karena yang terpenting adalah ia dapat menatap langit jingga-nya hari ini.

"Aku Leo, hari ini aku berulang tahun. Maukah kamu turun ke bawah untuk melihat aku meniup lilin?" tanya lelaki itu, Lena berpikir sejenak meski sebenarnya ia tak benar-benar sedang berpikir. Ia bertanya, siapa dia? Untuk apa? Kenapa dia?

"Memangnya sepenting apa, sampai aku harus meninggalkan jingga-ku?"

"Aku tidak tahu. Kalau kamu mau tahu, ini adalah hari terakhirku ada di sini. Apa kamu mau melewatkannya?"

"Memangnya siapa sih, kamu? Kok berani sekali suruh-suruh aku untuk menyaksikan kamu meniup lilin, kan meniup lilin di sini juga bisa!"

"Ya sudah, tunggu sebentar."

Lelaki itu pergi meninggalkan Lena, Lena tetap bersikap masa-bodo pada lelaki itu, karena ia berpikir kalau dia saja tak mengenalnya, jadi untuk apa dipedulikan. Sampai tiba-tiba ia mendengar beberapa langkah manusia menuju balkon.

"Hai Lena, Leo ulang tahun sekarang. Mari bergabung!" ajak Bu Nurul pada Lena.

Leo? Siapa Leo? Leo?! Leo yang dulu juga mengidap down syndrome seperti Lena, ia mau meninggalkan tempat ini? Leo memanglah teman pertama Lena di tempat ini, Lena memang tidak memedulikan itu, tapi sudah banyak sekali kejadian Lena dan Leo yang-kebetulan-Lena ingat. Lena terdiam dan berpikir keras untuk mengingat Leo.

Down Sindrome DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang