Alkisah Umar bin Abdul Aziz memiliki seorang kurir yang sangat loyal serta memiliki komitmen tinggi dalam menjalankan tugas. Tak seorang pun yang menitipkan surat padanya kecuali ia akan membawa dan menghantarkan surat itu ke alamat tujuan.
Pada suatu ketika sang kurir akan meninggalkan Mesir. Kabar keberangkatannya meninggalkan Mesir tersebar ke penduduk disekitar tempat tinggalnya. Fartunah salah seorang budak Dzi Sabah pun mendengar mengenai hal itu. Perempuan itu kemudian buru-buru mendatangi rumah sang kurir dan menitipkan sepucuk surat untuk khalifah Umar bin Abdul Aziz. Sesudah melangkahkan kakinya akhirnya ia sampai di depan pintu rumah sang kurir. Ia mengetuk rumah itu. Beberapa saat kemudian seorang laki-laki muncul dari dalam rumah. Ia mengucapkan salam sambil tersenyum dan menanyakan apa gerangan yang bisa ia bantu. Fartunah pun langsung mengutarakan niatannya,
"Sudikah kiranya Anda membawakan surat ini untuk khalifah?" ujarnya sambil menyodorkan sehelai kertas lepada sang kurir. Wanita berkulit hitam itu sebenarnya sudah lama ingin berkirim surat kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz. Namun baru kali ini ia kesampian. Sang kurir pun tersenyum sambil mengulurkan tangannya, menerima surat yang disodorkan kepadanya,
"Baiklah akan aku bawa dan hantarkan amanahmu kepada khalifah sesampaiku nanti," Fartunah tersenyum bahagia sesudah menyampaikan surat yang ia tulis sampai kepada kurir yang terkenal jujur dan dapat dipercaya. Sesaat kemudian Fartunah undur diri dan pergi dari rumah sang kurir.
Keesokan paginya, sang kurirpun berangkat dengan berbagai amanah yang dibawanya, termasuk amanah untuk menyampaikan surat yang diberikan oleh salah seorang rakyat jelata bernama Fartunah untuk khalifahnya yang mulia dan dicintai oleh rakyatnya, Umar bin Abdul Aziz. Menjelang sore sang kurir sampai dirumah dinas Umar bin Abdul Aziz. Ia pun langsung menyampaikan amanah-amanah yang dibawanya termasuk surat yang ditulis oleh Fartunah. Berikut isi surat itu,
Bissmilahriahmanirahim
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Yth: Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Semoga Allah senantiasa memberkahi dan memberikan ampunannya kepada khalifah. Perkenalkan aku adalah salah seorang rakyatmu yang menjadi budak. Melalui surat ini saya ingin menyampaikan kepada khalifah mengenai kondisi kehidupan saya terutama berkenaan dengan rumahku. Ketahuilah wahai khalifah yang mulia bahwa dinding rumahku sangat rendah, rapuh, dan mudah dibobol maling. Sebagai bukti aku ingin menceritakan kepada khalifah bahwa banyak sekali ayam-ayam yang aku pelihara dicuri oleh maling. Sudilah kiranya khalifah menanggapi keluh-kesah hambamu ini.
Wssalam
Fartunah di Bumi Allah
Sesudah membaca surat itu Umar bin Abdul Aziz yang terkenal sangat mencintai dan memperhatikan kesejahteraan rakyatnya itu langsung membuat balasan atas surat Fartunah. Disamping beliau juga langsung menulis surat kepada pejabat berwenang di Mesir untuk secepatnya menindaklanjutin pengaduan Fartunah mengenai kondisi rumahya yang memprihatinkan itu. Berikut dua surat yang dikirimkan oleh Umar bin Abdul Aziz kepada Fartunah dan pejabat berwenang di Mesir,
Bismillahirrahmanirrahim,
Dari hamba Allah, Umar bin Abdul Aziz Amirul Mukminin,
Kepada Yth:
Fartunah di Bumi Allah
Telah sampai kepadaku surat dan pengaduanmu, tentang dinding rumahmu sangat rendah, mudah roboh, dan sangat berpotensi terhadap tindak kejahatan. Juga mengenai ayam-ayam yang kau pelihara dan sering dicuri maling. Maka untuk menyelesaikan masalahmu itu, aku telah menulis surat kepada Ayyub bin Syurahbil (Ayyub adalah pejabat berwenang atas kemaslahatan Mesir), aku menyuruhnya untuk memperbaiki rumahmu, agar kau merasa aman dari segala hal yang kau khawatirkan, insyaallah. Wassalam.
Umar bin Abdul Aziz
Adapun surat yang dikirimkan kepada Ayyub bin Syurahbil:
Dari Hamba Allah, Umar bin Abdul Aziz Amirul Mukminin,
Kepada : Ibnu Syurahbil
Amma ba'du: Sesungguhnya Fartunah budak Dzi Asbah telah menulis surat kepadaku, ia mengadukan tentang dinding rumahnya yang sangat rendah, mudah roboh, dan sangat berpotensi terhadap tindak kejahatan, bahkan ayam-ayam yang dipeliharanya sering sekali dicuri. Dia meminta agar dinding rumahnya ditinggikan, agar bisa memberikan perlindungan optimal kepadanya. Maka jika suratku ini sampai ke tanganmu, segera kau temui ia secara langsung, lihat keadaannya, dan tuntaskan pemasangan dinding rumahnya.
Sesudah surat itu selesai ditulis. Surat itupun langsung dibawa oleh kurir kepada tujuannya masing-masing. Ketika surat balasan itu sampai ketangan Fartunah, kebahagiaan langsung meluap dihatinya. Betapa bahagia ia mendapatkan balasan surat dari sang khalifah yang mulia itu. Pelan-pelan ia membuka amplop surat itu dan membacanya secara seksama seakan dia tidak mau ada satu huruppun yang luput dari pembacaanya. Sesudah selesai membaca surat itu, matanya berbinar-binar penuh kebahagiaan seraya berdoa kepada Tuhan semoga Ia senantiasa menjaga dan meridloi khalifah.
Begitupun surat yang ditulis oleh khalifah untuk Ayyub. Sesudah membaca surat dari atasannya, tanpa menunggu sama sekali Ayub langsung menindaklanjuti surat yang ditulis oleh atasannya dengan melakukan survey langsung terhadap kondisi Fartunah. Ia mencari rumah Fartunah dengan menunggang kuda dari Kairo menuju Giza. Setibanya di daerah Giza ia bertanya tentang rumah yang dimiliki oleh peremmpuan yang bernama Fartunah. Sesudah beberapa jam ia mencari rumah Fartunah akhirnya Ayub menemukan rumah itu. Ternyata Fartunah adalah seorang wanita berkulit hitam yang sangat miskin.
Ayyub pun segera memberitahukan perihal maksud kedatangannya dan tentang surat Amirul Mukminin yang sampai kepadanya kepada Fartunah. Mendengar niatan Ayub dan perintah Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz, hati Fartunah serasa disisir dengan angin surgawi yang begitu lembut dan membahagiakan. Mulutnya tak henti-hentinya memanjatkan doa untuk khalifah dan Ayub, dengan doa kebaikan, kemuliaan, dan keridloan yang ia pinta dari Robb aja wajalla. Sambil mengucapkan terimakasih kepada Ayub tak terasa buliran bening menetes dari sudut matanya dan menuruni kulitnya yang hitam. Fartunah tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya atas perhatian dan kecintaan khalifah terhadapa rakyatnya yang miskin seperti dirinya.
Keesokan harinya rumah Fartunah pun diperbaiki oleh Ayub sesuai dengan keinginan Fartunah dan Fartunah beserta keluarganya bisa hidup nyaman dan tenang tanpa kekhawatiran yang selama ini menghantui dirinya.
Pemimpin yang cinta dan perhatian terhadap rakyatnya bak melukis surga dihati setiap orang yang berada dalam pemerintahannya apabila ia amanah dan mampu memberikan segala kebutuhan yang diperlukan oleh rakyatnya.***
![](https://img.wattpad.com/cover/61888935-288-k450107.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelukan Terakhir Ibunda Aminah
SpiritualPelukan Terakhir Aminah Ibunda Aminah, merupakan novel yang mengisahkan perjalanan paling memilukan dari kehidupan manusia agung, Muhammad SAW; Bagaimana kesedihan Muhammad kecil tatkala ia menjiarahi pusara ayahnya, Abdullah ditemani oleh Barakah...