Pertemuan di Bawah Pohon

437 46 0
                                    

Hari begitu terik membakar. Matahari seakan tengah menumpahkan bara apinya ke bumi. Sesekali angin berhembus kencang disertai dengan kepulan debu-debu kotor yang berterbangan tak tentu arah. Di tengah gurun pasir yang tandus seorang perempuan tua nampak berjalan tertatih-tatih menuju sebuah pohon rindang yang berada di pinggir gurun. Keringat deras bercucuran membasahi kulitnya yang keriput. Lidahnya sesekali menjulur-julur berusaha membasahi bibirnya yang kering, kehausan.

Sesudah sampai dibawah pohon yang teduh, ia duduk. Semilir angin gurun menyapa tubuhnya yang kurus kering, menyisakan sedikit kesejukan. Sambil menyandarkan tubuh, matanya yang lemah memadang orang-orang yang sesekali lalau lalang di hadapannya. Tiba-tiba pandangannya tertambat pada sosok seorang laki-laki yang sedang berbaring dibawah pohon, tidak jauh darinya. Nenek tua itu pun bergegas menghampirinya,

"Ketahuilah, aku adalah seorang perempuan miskin. Aku mempunyai banyak anak yang harus dinafkahi, " ujarnya menjelaskan. Belum sempat laki-laki asing yang ada dihadapannya mengatakan sepatah katapun, ia melanjutkan perkataanya, " Aku mendengar berita bahwa Amirul Mu'minin Umar bin Khattab telah mengutus seseorang bernama Muhammad bin Maslamah untuk membagikan zakat, tapi ternyata keluargaku tidak mendapat jatah pembagian tersebut. Padahal zakat itu adalah hakku. Karenanya, aku memohon bantuanmu untuk menyampaikan keluhanku ini kepada Amirul Mu'minin, semoga saja beliau dapat memenuhi kebutuhan kami, " ujar perempuan itu panjang-lebar.

Laki-laki yang sedari tadi hanya  diam dan mendengarkan perkataan perempuan tua itu tiba-tiba berdiri. Sejurus kemudian ia terlihat memanggil salah seorang yang sedang berteduh, tak jauh darinya,

"Panggil Muhammad bin Maslamah. Perintahkan kepadanya agar datang ke tempat ini sekarang juga," perintahnya sambil menunjuk kepada salah seorang laki-laki yang berada di sana. Perempuan tua itu  terkesiap. Ia mulai bertanya-tanya siapa gerangan laki-laki asing yang berada disampingnya ini, sehingga ia bisa memerintahkan orang lain untuk memanggil Muhammad bin Maslamah. Tapi ia tak perduli pada siapa dia sedang berbicara, dengan suara datar ia kembali berkata,

"Apakah mungkin Muhammad bin Maslamah akan datang kemari dengan sendirinya? Bukankah sebaiknya Anda terlebih dahulu menemui Amirul Mukminin dan menyampaikan keluhanku," ujar perempuan itu polos. Laki-laki yang berada disampingnya tersenyum, dengan tenang ia menjawab,

"Tenanglah, ia akan datang kesini dan atas izin Allah akan memenuhi semua kebutuhanmu,"

Perempuan tua itu semakin tidak memahami siapa sebenarnya laki-laki asing yang berada disampingnya. Namun kembali ketidakmengertiannya membuatnya terdiam. Ia pasrah sambil berharap bahwa apa yang dikatakan oleh laki-laki asing disampingnya itu bisa menjadi kenyataan. Ia pun kembali duduk di bawah pohon sambil menanti kedatangan Muhammad bin Maslamah. Tak lama kemudian seorang laki-laki yang ternyata Muhammad bin Maslamah datang. Ia mengucapkan salam kepada lelaki yang memanggilnya, seraya menyapanya dengan sebutan Amirul Mu'minin.

Sontak si perempuan tua itu tergagap, sapaan Muhammad bin Maslamah telah menyadarkannya bahwa sesungguhnya lelaki yang ada di hadapannya sedari tadi tiada lain adalah Amirul Mukminin. Khalifah yang sangat termashur itu. Ia telah mengungkapkan keluhannya kepada beliau secara langsung.

Ada sepenggal rasa malu yang tiba-tiba menyeruak dari dalam hatinya. Lalu laki-laki asing dihadapannya yang ternyata adalah Umar bin Khatab berkata kepada Muhammad bin Maslamah,

"Apa yang akan engkau katakan di hadapan Allah kelak pada hari kiamat, ketika Allah bertanya kepadamu perihal wanita ini?"

Muhammad bin Maslamah tertunduk diam. Matanya tak kuasa menatap wajah Amirul Mukminin. Bibirnya seakan terkunci. Ia tidak bisa berkata apa-apa. Tiba-tiba matanya berkaca-kaca. Bibirnya bergetar. Ia menangis ketakutan karena tidak bisa melaksanakan tanggungjawab yang telah diembankan kepadanya untuk menyantuni fakir miskin. Sementara dihadapannya, Amirul Mukminin Umar bin Khatab masih terus mengingatkannya tentang hak orang-orang fakir dan miskin yang harus dijaga dan dilaksanakan dengan sebaik mungkin.

Beberapa saat kemudian, Umar pun memerintahkan kepada Muhammad bin Maslamah untuk memberikan sedekah berupa uang, beberapa bungkus minyak dan gandum kepada perempuan tua yang sedari tadi bersamanya.  Sesudah itu Umar berkata kepada wanita tua itu,

"Bawalah semua ini sampai ke Khaibar. Nanti kita akan bertemu lagi di sana. Kami juga sudah berniat untuk ke sana," jelas Umar dengan suara berwibawa. Wajah wanita tua itu mendadak berurai  kebahagiaan tiada terkira. Ia bahagia karena telah bertemu dengan Amirul Mukminin. Dan lebih bahagia lagi karena dia telah mendapatkan sedekah yang menjadi haknya.

Ia pun pulang dengan hati diselimuti kebahagiaan. Terbayang dipelupuk matanya anak-anaknya yang akan menyambutnya dengan penuh kebahagiaan karena dia datang membawa makanan, minyak, dan uang.

Mereka pun berpisah. Sesuai janji Umar. Ketika sang Khalifah menjiarahi Khaibar ia beursaha untuk menemui nenek-nenek yang pernah bertemu dengannya dibawha pohon. Disana   Umar kembali memberikan kepadanya dua bungkus gandum dan minyak. Sungguh pertemuan dibawah pohon telah menghantarkan perempuan tua itu bertemu dengan pemimpinnya, Amirul Mukminin Umar bin Khatab seorang khalifah yang berani, amanah, bijak lagi bertanggungjawab. ***

Pelukan Terakhir Ibunda AminahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang