Khuzaimah adalah seorang yang terkenal dengan kedermawanannya. Ia selalu berbuat kebaikan kepada para sahabatnya, bahkan orang-orang yang tak dia kenal yang meminta bantuan kepadanya. Setiap orang yang datang meminta bantuan, pasti akan ia beri, berapa pun dana atau biaya yang harus ia keluarkan ia senantiasa tulus menafkahkannya dengan mengharapkan keridloan Allah Swt.
Karena kedermawanannya yang tiada tertandingi akhirnya harta Khuzaimah habis. Tak tersisa sesuatu apapun yang berharga yang ia miliki, sampai ia jatuh miskin. Namun ditengah keterbatasan dan ketidakmampuannya, kemuliaan Khuzaimah senantiasa terpancar, ia sama sekali tidak mau menengadahkan tangannya untuk meminta-meminta. Ia menjalani kehidupan bersama anak dan istrinya apa adanya dengan sisa harta yang pas-pasan, dan makanan yang sangat sederhana.
Kabar tentang kemiskinan yang menimpa keluarga Khuzaimah didengar oleh Ukrimah, gubernur yang memimpin daerah dimana Khuzaimah tinggal. Sesudah mendengar berita mengenai Khuzaimah, di dalam hati Ukrimah berniat untuk melakukan sesuatu bagi Khuzaimah. Sesudah merenung panjang, sang gubernur berbicara pada dirinya sendiri dengan suara sedih. Bagaimana mungkin aku membiarkan Khuzaimah dan keluarganya dalam kemiskinan dan kesengsaraan. Sedangkan mereka dulu adalah keluarga yang berkecukupan dan menafkahkan semua harta yang dimilikinya untuk membantu, membahagiakan, dan mengangkat harkat orang lain baik dalam bentuk uang atau bahan-bahan pangan. Mereka adalah keluarga terhormat yang kini sengsara. Aku sebagai gubernur yang merasa masyarakatku telah banyak dibantu oleh Khuzaimah harus melakukan sesuatu, tekad sang gubernur di dalam hatinya.
Ketika malam mulai merapat, tanpa sepengetahuan siapapun, termasuk istrinya, Ukrimah menyiapkan sebuah kantung yang berisi 4000 dirham. Sesudah ia melihat suasana sepi ia keluar dari rumahnya dengan menyamar. Karena jarak dari rumahnya kerumah Huzaimah jauh, seekor kuda hitam telah ia siapkan untuk menghantarnya menembus kegelapan malam menuju kediaman Khuzaimah.
Sesampainya di sana suasana nampak sangat lengang. Tak terlihat seorangpun yang lalu lalang. Sang gubernur pun turun daru kudanya dan berjalan pelan menuju rumah Khuzaimah. Sesaat sesudah sampai di depan pintu manusia mulia itu, ia mengetuk pintu rumah orang yang terkenal karena kedermawannanya itu. Mendengar ketukan pintu itu seorang laki-laki yang tidak lain adalah Khuzaimah sendiri membukakan pintu, dengan santun ia bertanya kepada tamunya,
"Apa yang bisa kubantu, Tuan?" ucap Khuzaimah kepada laki-laki dihadapannya. Sang gubernur tersenyum bahagia bisa bertemu dan melihat wajah manusia mulai yang dermawan. Tanpa berkata apa-apa, Ukrimah mengulurkan tangannya, memberikan kantung uang yang ia'bawa kepada Khuzaimah, "Terimalah ini wahai saudaraku, dan perbaiki keadaan hidupmu seperti semula," ucap Ukrimah singkat membuat Khuzaimah kebingungan.
Khuzaimah menerima karung itu dan membukanya. Mata Khuzaimah terkejut bukan kepalang ketika ia melihat uang dalam jumlah yang sangat banyak di dalam karung itu. Bingung dengan pemberian itu, ia langsung menjatuhkan karung tersebut dan memegang tali kekang kuda Ukrimah,
"Siapakah Anda?" Tanya Khuzaimah sambil memandang tamu asing dihadapannya.
Dengan suara datar Ukrimah menjawab, "Aku menembus malam untuk mendatangimu dengan tujuan memberikan uang ini, bukan untuk memperkenalkan diriku padamu," ujar Ukrimah berusaha untuk menyembunyikan identitasnya. Khuzaimah tidak menyangka tamunya akan memberikan jawaban seperti itu,
"Kalau begitu aku tidak akan menerima pemberianmu, jika kau tidak memperkenalkan dirimu," ucap Ukrimah dengan santun menimpali pernyataan Khuzaimah,"Jika demikian keinginanmu, maka cukup kau kenali aku sebagai "Si Penyelamat sang dermawan dari pahitnya hari-hari."
Setelah mengatakan itu, Ukrimah memacu kudanya dengan cepat menembus kepekatan malam dan kembali ke rumahnya. Malam itu, sesampainya dari rumah Khuzaimah, ia melihat istrinya nampak cemas melihat penyamaran yang ia lakukan, apalagi dengan membawa uang yang begitu banyak. Ukrimah berusaha semaksimal mungkin untuk menyembunyikan perihal kepergiannya tersebut, namun sang istri memaksanya untuk bercerita. Ia berjanji akan merahasiakan cerita suaminya, dan tidak akan membukanya kepada siapapun. Akhirnya Ukrimah menceritakan perjalanannya pada malam itu dan apa yang telah terjadi antara dirinya dengan Khuzaimah.
Sedangkan di rumahnya, Khuzaimah berserta istrinya yang mendapatkan rizki yang tak pernah mereka sangka masih merasakan kegembiraan hingga pagi menjelang. Wajah mereka berseri tatkala menyambut pagi yang merekah. Pagi itu Khuzaimah beserta isinya melunasi hutang-hutang mereka yang menumpuk selama ini. Sesudah melunasi semua hutang, mereka keluar untuk membeli makanan bagi keluarganya.
Sesudah mendapatkan bantuan uang dari Ukrimah, hari demi hari kehidupan Khuzaimah dan keluarganya semakin membaik dan berkecukupan. Hingga pada suatu hari, ia datang menemui khalifah yang merupakan sahabat baiknya. Di hadapan Khalifah ia menceritakan perihal tamu yang mendatanginya malam hari dan memberikan uang kepadanya. Ia juga menceritakan mengenai identitas tamunya itu yang hanya mengatakan bahwa ia adalah "Si Penyelamat Sang Dermawan Dari Pahitnya Hari-hari". Mendengar cerita itu sang Khalifah berdecak kagum atas kebaikan orang tersebut, ia berharap bisa mengetahui identitas orang itu cepat atau lambat,
"Demi Allah jika aku mengetahui siapa orang itu, pasti aku akan membalasnya dengan penghargaan terbaik atas semua kebaikan yang telah dilakukannya itu," ujar Khalifah dengan suara serius di depan Khuzaimah. Karena kemuliaan dan kedermawanan saudaranya, dan juga masa jabatan Ukrimah yang sudah habis hari itu juga Khalifah menunjuk Khuzaimah untuk menggantikannya,
"Wahai Khuzaimah, mulai hari ini aku mengangkatmu sebagai gubernur menggantikan gubernur Ukrimah. Temuilah ia sekarang juga, dan langsung kau lakukan audit keuangan kaum muslimin yang ia tangani. Periksa dengan baik sirkulasi keuangan dimasanya kemana dan untuk tujuan apa ia mengeluarkan uang tersebut," jelas Khalifah panjang lebar. Sesudah pertemuan itu Khuzaimah pun pulang dengan membawa misi baru di dalam hatinya. Sebuah amanah yang sangat besar yang harus ia pikul dan ia pertanggungjawabkan di dunia dan akhirat kelak yakni menjadi seorang gubernur.
Sesudah sampai di daerahnya, ia pun secara resmi menjadi kepala wilayah tersebut. Ketika Ukrimah mendengar bahwa gubernur yang akan menggantikannya adalah Khuzaimah hatinya diselimuti kebahagiaan tiada terkata. Sebelum Khuzaimah datang ia langsung mengumpulkan anggota keluarganya untuk menyambut kedatangan Khuzaimah dengan penuh kegembiraan. Sesudah persiapan penyambutan yang mereka siapkan selesai beberapa saat kemudian rombongan Khuzaimah pun sampai dan langsung dibawa menuju rumah dinas. Setelah melakukan serah terima jabatan, proses pengauditan terhadap keuangan gubernur lama pun langsung dilakukan.
Proses pengauditan dilakukan oleh ahli-ahli keungan dimasa itu dengan dipimpin langsung oleh gubernur baru dan staf-stafnya. Setelah pengauditan hampir saja selesai tiba-tiba Khuzaimah menemukan kejanggalan. Ia mendapatkan bukti adanya sejumlah uang dengan jumlah yang sangat besar dikeluarkan oleh Ukrimah dengan status pinjaman. Namun sampai masa jabatannya berakhir Ukrimah belum juga bisa membayar pinjaman yang ia lakukan pada uang dari Baitul Muslimin tersebut. Bahkan Ukrimah dengan jujur mengatakan bahwa ia tidak mampu membayar hutangnya.
Atas nama keadilan dan demi menjaga amanah yang telah diberikan kepadanya, Khuzaimah akhirnya menangkap Ukrmah dengan dakwaan menggunakan harta kaum muslimin untuk kepentingan pribadi. Sesudah penangkapan itu, Ukrimah pun akhirnya dijebloskan ke dalam penjara karena kesalahannya, dan akan dibebaskan apabila ia telah mampu melunasi hutangnya. Ukrimah hanya diam. Demi menjaga niatannya untuk memuliakan dermawan dan membantu memperbaiki kehidupan sang dermawan ketika ia susah, ia menerima hukuman tersebut dengan ikhlas dan lapang dada. Sesudah di penjaera Ukrimah tetap merahasiakan tujuan pengeluaran uang tersebut. Sedangkan istri Ukrimah yang mengetahui kemana uang tersebut dikeluarkan merasa lemas ketika mengetahui bahwa suaminya dipenjara karena masalah itu. Namun sesuai dengan janjinya pada suami dia tidak akan mengatakan kepada siapapun kemana uang itu ditasarufkan?
Hari pun berlalu. Ukrimah menjalani hari-harinya di dalam penjara dengan penuh keikhlasan, walaupun dengan kondisi yang sangat menyedihkan. Di dalam hatinya ia berguman, andai memang aku salah melakukan itu ya Allah, biarlah penjara dunia ini yang pertama kali memberikan hukuman kepadaku. Dan hamba berharap semoga kelak dihadapan-Mu, Engkau sudah mengampuni dosa-dosa hamba karena kelalaian hamba-Mu yang bodoh lagi hina ini. Batinnya setiap kali ia merenung.
Waktu terus berlalu, kehidupan keluarga Ukrimah, mantan gubernur yang kini dipenjara kian memburuk, hari-harinya dipenuhi kesedihan. Istri dan anak-anak Ukrimah benar-benar menderita dengan pemenjaraan bapak mereka. Tak terhitung sudah percikan kesedihan, penderitaan, dan buliran air mata istri Ukrimah dan anak-anaknya yang menetes. Setiap kesedihan itu datang, setiap itu pula istrinya berniat untuk menjelaskan kepada gubernur Khuzaimah perihal uang tersebut. Namun karena rasa hormatnya yang dalam terhadap suaminya tercinta, ia berusaha untuk sabar dan menyimpan rahasia itu.
Kesabaran pada diri seseorang memang punya batas. Istri Ukrimah sudah tidak kuat lagi menanggung malu dan penderitaan batin yang selama ini ia rasakan akibat pemenjaraan suaminya. Ia pun memanggil pembantunya dan menyuruhnya untuk menemui gubernur Khuzaimah,
"Pergilah kamu ke rumah dinas gubernur, temui gubernur Khuzaimah, dan katakan kepadanya bahwa ada hal yang sangat penting yang harus ia ketahui. Namun ingat tidak boleh ada seorangpun selain gubernur yang mengetahui masalah ini. Jika kamu rasa sudah aman dan semua orang yang ada di dalam ruangannya sudah keluar, katakan kepadanya kalimat ini, "SEHARUSNYA BALASAN YANG DITERIMA SI PENYELAMAT SANG DERMAWAN DARI PAHITNYA HARI-HARI BUKANLAH SEPERTI YANG DIALAMINYA KINI, MERINGKUK DI DALAM PENJARA," pinta istri Ukrimah kepada salah seorang stafnya.
Sesudah menerima perintah istri Ukrimah. Pembantu Ukrimah berangkat ke rumah dinas Khuzaimah tanpa memahami apa maksud perkataan sang majikan. Sesampai di rumah dinas gubernur ia langsung mengutarakan niatannya kepada staf Ukrimah yang bertguas. Sesudah mendapat penjelasan dari pembantu itu mengenai perihal kedatangannya, sang pembantu diantar untuk bertemu langsung dengan Khuzaimah. Di depan Khuzaimah pembantu itu mengutarakan semua perkataan majikannya, tanpa mengurangi atau menambahkan satu kata pun. Mendengar penuturan pembantu itu, Khuzaimah tersentak kaget, ia langsung berdiri. Dengan suara setengah berteriak dan raut muka pucat ia berkata, "Apakah yang engkau maksud adalah Ukrimah!!? Oh sungguh menyesalnya aku," Khuzaimah pun langsung berdiri dari singgasananya dan memerintahkan semua jajaran pejabat teras kegubernuran untuk pergi bersamanya untuk menemui Ukrimah di penjaranya.
Begitu Khuzaimah dan rombongannya memasuki ruang tahanan, ia melihat keadaan Ukrimah sangat menyedihkan. Dengan rantai yang masih membelenggu dikakinya, wajah Ukrimah nampak pucat dan tidak sehat. Khuzaimah pun mencium kening Ukrimah dan memohon maaf atas apa yang telah ia lakukan. Rasa menyesal, sedih, dan bersalah karena telah memenjarakan orang mulia membuat air mata Khuzaimah mengalir deras bak aliran sungai. Air mata itu menetes tanpa mampu ia tahan. Ukrimah masih tidak memahami tangisan dan keputusan Khuzaimah untuk membebaskannya mengangkat kepalanya pelan, gubernur mulia itu kemudian ia berkata,
"Sebenarnya apa yang telah membuatmu berbuat seperti ini wahai Khuzaimah? Apa yang mendorongmu untuk membebaskanku?" Khuzaimah menjawab, "Kedermawananmu, kebaikan sifatmu, dan buruknya perbuatanku terhadapmu. Sungguh aku telah membalas air susu dengan air tuba, akan tetapi semua itu karena aku tidak mengetahuinya," Ukrimah menjawab lirih, "Semoga Allah mengampunimu," ujar Ukrimah singkat.
Khuzaimah kemudian meminta kepada sipir penjara untuk melepaskan rantai yang membelenggu Ukrimah, dan memerintahkan sipir itu agar membelenggukan rantai tersebut ke kakinya, ia ingin menjadi pengganti Ukrimah terbelenggu di dalam penjara, ia ingin menebus kesalahannya. Mendengar permintaan aneh tersebut Ukrimah merasa heran dan menanyakan maksud permintaannya itu,
"Sebenarnya apa maksud dari semua perbuatanmu ini? Kenapa kau melakukan itu?"
Khuzaimah menjawab, "Aku ingin merasakan apa yang telah engkau derita". Mendengar jawaban jujur itu, Ukrimah melarangnya. Dan ia meminta Khuzaimah untuk segera keluar bersamanya. Lalu Khuzaimah membawanya ke rumah dinas. Setelah mengadakan jamuan, Ukrimah meminta izin untuk pulang dan menemui keluarganya. Namun Khuzaimah melarangnya, ia berkata,
"Aku tidak mengizinkan Anda pulang, sampai semua bekas penderitaan di tubuhmu hilang," pinta Khuzaimah dengan nada sedih sambil memandangi Ukrimah. Ia dan keluarganya berniat merawat Ukrimah hingga semua bekas belenggu di tubuhnya sembuh dan hilang. Ukrimah pun menerima permintaan Khuzaimah, bukan karena Ukrimah menginginkan itu, ia menerima permintaan Khuzaimah lebih karena ingin membuat saudaranya berbahagia dan tidak merasa menyesal karena melakukan pemenjaraan pada dirinya. Waktu pun berjalan dan Ukrimah sudah sehat seperti sedia kala. Ketika melihat kondisinya baik ia pun permisi kepada Khuzaimah untuk pulang dan menemui keluarganya. Khuzaimah memeluknya erat sambil mengelus-elus pundaknya. Tak henti-hentinya dari mulut manusia mulia itu terucap beribu-ribu permintaan maaf. Suasana kepergian Khuzaimah meninggalkan rumah dinas gubernur makin haru ketika Ukrimah balas meminta maaf atas segala perbuatannya. Kedua hamba Allah yang muliapun akhirnya sama-sama meneteskan air mata keharuan. Sesudah berpamitan Ukrimah pun meninggalkan Khuzaimah dengan sebaris rasa bangga terhadap saudaranya, Khuzaimah. Bangga karena kemuliaan dan akhlaknya yang mulia.***
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelukan Terakhir Ibunda Aminah
EspiritualPelukan Terakhir Aminah Ibunda Aminah, merupakan novel yang mengisahkan perjalanan paling memilukan dari kehidupan manusia agung, Muhammad SAW; Bagaimana kesedihan Muhammad kecil tatkala ia menjiarahi pusara ayahnya, Abdullah ditemani oleh Barakah...