Part 9

161 15 3
                                    

Dalam kebimbangan aku melihat 2 gadis kecil ini, mereka menatapku tak kupingkiri lagi mereka meneteskan air mata entah apa yang mereka pikirkan tentang aku, disaat mereka berdua selamat tapi orang tua mereka satu satunya harus pergi juga, aku tidak tau apa yang harus aku katakan ,
Malam itu hujan turun dengan tiba tiba membuat malam ini semakin menyedihkan ku hanya mampu melihat rumah itu dengan pak soni yang tidak mungkin selamat dari kebakaran besar itu,
Aku, apa aku lagi yang menyebabkan ini? Pertanyaan itu terus aku pertanyakan pada diriku sendiri,
Kepolisian pun tiba, kembali aku berada di tempat yang mungkin tidak bisa di katakan kebetulan lagi,
Kulihat ibuku melihatku dengan tatapan yang menyedihkan dimana aku terlibat kembali dengan kematian seorang anggota kepolisian yang meyidiku itu,
Di dalam hati aku mengatakan "bu aku tidak melakukanya aku mohon percaya lah padaku, dengan tatapan penuh air mata ibu mengalihkan pandanganya dariku seakan tidak sudi melihatku, sepertinya ibuku sendiri sudah tidak percaya padaku ,
Kali ini aku kembali ke tempatku rumah sakit jiwa, kali ini mereka mendiaknosaku memiliki penyakit kejiwaan yang paling mengerikan yaitu ketergantungan untuk membunuh padahal bukanlah aku yang melakukan itu semua ingin ku katakan itu tapi seolah tidak ada yang percaya pada perkataanku,
Bahkan kota ini sudah memberitakan aku bila aku lah pelaku dari 3 kematian yang sudah dirilis oleh salah satu media setempat, mereka menjulukiku dengan "malaikat kematian"
Aku sudah tidak perduli dengan itu, bila itu membuat mereka puas lalu aku bisa apa, yang aku hawarirkan adalah tekanan pada orang tuaku mereka menganggap telah gagal mendidik anak hingga menjadi anak pembunuh, bahkan aku mendengar orang tuaku mendapat perlakuan deskriminasi dari masyarakat,
mendengar itu rasanya aku ingin mengakhiri hidupku, tapi tidak bisa kali ini aku di tempatkan di ruangan khusus, kejiwaan yang bahkan sulit untuk disembuhkan yaitu ruangan yang dimana tidak ada apa apa dengan ukuran beberapa meter dimana tembok terbuat dari busa agar diriku tidak dapat melakukan apa apa, terutama bunuh diri, kedua tanganku terikat dengan kain yang membentuk sabuk hingga aku tidak dapat melakukan apa apa kecuali menangis,
Satu minggu kemudian..
Sudah 7 hari aku di kurung di kamar ini, bahkan air mataku terasa sudah kering tak ku isi perutku dengan makanan aku ingin mati dengan kelaparan meski sesekali suster memasukkan dengan paksa makanan itu kedalam mulutku, kali ini aku putus asa, entah apa yang akan terjadi selanjutnya dengan buku itu apakah dia akan terus membunuh, siapa penulis buku itu? Dan untuk apa?
Teringat jelas senyuman ibuku dimasa lalu, belaian ibuku mambuatku kembali ingin menangis tapi sudah tak mampu lagi air mata ini untuk keluar, "ibuu,, aku ingin pulang" kalimat itu terasa sangat sesak bila aku mengatakanya, hingga pintu kamarku terbuka,
Suster masuk dan mengantarku berdiri dengan tersenyum suster mengatakan padaku "Fina ada yang ingin bertemu sama kamu.."
"siapa?" tnyaku padanya..
"nanti kamu akan tau.." dia mengantarku menemui seseorang.
Rupanya ibuku dan tanteku juga vero datang menjengukku, kami duduk di ruangan tunggu, kulihat ibuku semakin kurus, dengan muka pucat, mata merah seoalah menangis setiap saat membuatku tak mampu memandangnya bahkan sesekali dia seperti tidak sehat,
Ingin kutanyakan kabarnya tapi entah kenapa tidak bisa , aku ingin sekali memeluknya tapi kenapa aku hanya diam, kemudian tante mendekatiku , dia menciumku, memelukku dengan deraian air mata tanteku mengatakan "yang sabar ya sayang aku yakin kamu tidak bersalah, aku tau semua ini pasti sangat membebanimu, tapi kami tidak apa apa tidak usah mencemaskan kami,
Kembali air mataku menetes ku tatap tanteku, dan ku katakan padanya "aku ingin pulang tan?? Aku gagk mau disini"
Tapi dia hanya memelukku sembari mengatakan "ya, nanti kalau semua sudah selesai kita akan pulang tante janji"
Dan ibuku pun memelukku dan mencium pipiku, air mata ibuku menetes di pipiku ingin aku menghapusnya tapi dengan tangan terikat aku hanya mampu memandangnya, dan dia membisikkan kata "ibu dangat sayang sama kamu, almarhum ayah kamu mengatakan bila dia ingin melihatmu suatu saat nanti kamu akan menjadi guru yang hebat, dan kamu tau apa yang ibu katakan "ibu percaya kamu", apapun masalah yang menimpamu ibu akan tetap percaya, sembari dia tersenyum padaku"
Aku tau masalah ini mungkin membuat ibu tidak akan mampu menahan kesedihan yang benar luar biasa tapi dia masih bisa tersenyum padaku, sungguh kau memang luar biasa ibu, aku ingin selalu ada di pelukan mu tapi semua ini ,, ya tuhan lindungilah ibuku ,
Dan kali ini vero juga menghampiri ku , gadis kecil ini memelukku sembari tersenyum manis padaku,
Dan dia mengatakan "aku khusus membuat gambar ini buat kakak biar kakak bisa tersenyum hehehe"
Wajah polos ini, membuatku sedikit menghapus kesedihanku,
"kalau kakak sedih, kakak mesti lihat gambar ini ya?"
Dan anak itu memasukkan kertas itu pada saku jaket ikatan ini,
15 menit kami bertemu dan kali ini mereka pergi, pelukan ibuku yang terakhir memberiku sedikit semangat bila aku adalah anak yang sangat beruntung karna memiliki ibu yang luar biasa, serasa aku tidak ingin melepas ikatan itu,
Di dalam kamar aku hanya diam mengingat semua itu pasti ada sesuatu yang mengingatkanku tentang semua ini, apakah semua orang yang mati itu memiliki hubungan denagn sang penulis bila benar artinya si penulis menulis ini karna memiliki konflik ataupun mengenal dengan si korban,
Tiba tiba aku teringat dengan gambar vero yaitu lingkaran dengan wajah tersenyum, ku ambil itu dan kulihat gambar yang sedikit menghiburku ini, hingga aku melihat di balik kertas itu terdapat tulisan anak 6 tahun ya tentu saja itu tulisan dari vero,
"kakak, vero khusus buat pesan ini untuk kakak, aku tau kakak pasti tidak tau lagi harus melakukan apa, pernahkah kakak berfikir bila kematian seseorang pasti memiliki ikatan,
Apakah artinya si penulis memiliki hubungan dengan si korban, em, satu lagi di katakan penulis menulisnya dengan bebarapa pesan sebelumnya, artinya di sini buku itu hanya benda yang di gunakan sebagai pengeksekusi, dimana penulis hanya akan membunuh ketika melewati masa kematian seseorang dnegan cara yang berbeda sesuai konflik yang dia buat,
Mungkin ini tidak berguna tapi vero udah buatin catatan untuk kakak, mungkin bisa membantu, tamui penulis itu katakan apa tujuan dan maksutnya, suatu saat nanti kakak akan mengerti bila apa yang terjadi ini hanya skenario belaka dari penulis, catatan itu aku tinggalkan di rumah dan sekarang aku sudah tidak bisa membantu kakak lagi karna kami akan terbang ke amrik dengan ibu kakak, karna kasihan tante sudah tidak mampu menahan semua ini, pecahkan kasus ini aku yakin kakak pasti bisa,
Catatan?" vero meninggalkan ku dengan sebuah catatan,, jadi kedatangan ibuku tadi mereka hanya ingin berpamitan denganku, tapi mungkin itu lebih baik, karna aku yakin penduduk kota sudah keterlaluan,
Aku harus keluar tapi dengan apa aku bisa keluar, bagaimana aku bisa keluar bila aku dalam keadaan seperti ini ??

Sepi yaaah -,- jadi ambigu mau di lanjut apa engga :(

Death DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang