Blamm...
Aku membanting pintu.
'Aku rasa kita harus berakhir di sini. Kita putus!'
Kata itu kembali terngiang-ngiang ditelingaku.
"Lis.. aku rasa kita perlu bicara baik-baik. Waktu itu aku lagi emosi." Panggilnya berharap.
Tidak terasa air mata mengalir menuruni pipiku. Pikiranku seperti dilemparkan ke masa lampau.
Saat aku masih bersamanya. Aku masih di dekatnya. Bahkan dia sudah merebut first kissku.
Kenapa dunia gak adil? Dengan gampangnya dia merebut ciuman pertamaku, segampang itu pula dia melepaskanku.
Sedangkan aku? Aku susah sekali melepaskannya. Sesusah mengingat orang yang tidak pernah ku kenal.
Aku terduduk bersandar pada pintu dengan kedua tangan yang memeluk lututku yang tertekuk.
Siapa orang yang bisa aku andalkan? Kedua orang tuaku? Tidak. Aku tidak nau merepotkan mereka berdua lagi. Kak Donald? Tidak. Aku seharusnya sadar diri. Dia sudah punya istri. Terus siapa?
Ku lihat hantu yang biasa ada dikamar mendatangiku. Ia bukan seperti biasanya yang saat didekatku terasa dingin. Melainkan, sekarang terasa hangat.
Mulutnya seperti berkata 'jangan menangis' ,tapi tidak terdengar apa-apa.
'Ada anakku yang akan selalu setia menolongmu. Nickholas.'
Begitulah kata-kata yang dapat ku dengar dari suara lirihnya itu.
Nickholas? Kurasa aku pernah mendengar nama itu? Tunggu dulu jangan bilang.........
Saat aku ingin bertanya hantu itu sekilas tersenyum lalu menghilang. Rasa hangat yang tadi kurasakan malah berubah menjadi lebih dingin dari biasanya.
"Nick" gumamku sambil menghapus air mataku.
"Nick!" Sekarang aku serasa memanggilnya. Semoga saja ucapan hantu itu benar.
Tapi......
Ada anakku.-- Nickholas.
Kalau digabungkan.
Ada anakku Nickholas.
Berarti dia punya anak bernama....
"Ada apa Lis?" Tanya orang-- ralat. Maksudku hantu yang tiba-tiba sudah ada di depanku.
"Aaaaaaa--hhmpff..." aku langsung menutup mulutku yang sudah berteriak saking kagetnya.
"Tadi panggil sekarang berteriak." Katanya sambil melihat ke atas meja belajarku.
Entah apa yang menarik untuknya, ia pun kesana.
*Author Pov
Nick duduk sambil membaca soal-soal di buku paket Lisya.
Lisya tidak bergerak dari tempatnya dan hanya memandang Nick sampai 5 menit.
"Selesai!" Teriak Nick karena dia berhasil mengisi 20 soal dalam 5 menit.
"Lis?" Panggil Nick karena Lisya hanya diam memperhatikannya.
"Lah kok nangis sih?" Tanya Nick heran karena tidak biasa mengurusi orang yang menangis.
"Heyy.. berhenti nangisnya dong.." bujuk Nick.
Semakin Nick membujuk Lisya, semakin dalam juga Lisya menunduk.
"Yaudah deh.. aku harus apa?" Tanya Nick pasrah sambil mengacak-ngacak rambutnya.
Lisya tertawa dalam diam, siapa yang tau jika Nick akan seimut ini jika sedang stress?? Wait... Tidak ada yang tau kan, kalau dari tadi Lisya terus memperhatikan gerak-gerik Nick?
Ternyata betul apa kata orang. Air mata hanya sementara. Dan Lisya tau apa maksudnya.
Ternyata benar apa kata bundanya Nickholas. Anaknya akan selalu ada untuknya. Berarti dia punya teman dong. Siapa yang tau? Mungkin hanya Tuhan, setan, dan dirinya.
"Nick.." panggil Lisya.
Nick yang tadinya stress pun beralih menjadi sumringah mengetahui kalau Lisya baik-baik saja.
"Ahh.. syukurlah.. aku kira kamu kenapa.. oh iya, pr kamu sudah aku jawab.. sorry yah gak bilang." Kata Nick
Lisya hanya tersenyum dan berkata... "Teman."
Lisya sudah bisa melupakan lelaki tadi hanya karena Nick.
Biasanya harus sampai beberapa minggu, sekarang bahkan kurang dari 1 jam.***
Hai.. makasih bagi para readers yang mau membaca cerita ini... sorry juga kalau baru update.. masalahnya mau belajar dulu untuk olim.. sampai segini aja ya.. bye.. oh iya, jangan lupa vommentnya ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Love With Ghost || 2
HorrorSekarang aku sadar mengapa kau selalu meminta kepada Tuhan agar diberikan waktu. Karena satu hal, kau ingin mengucapkan maaf kepada orang yang kau sayang. Ketika kata 'maaf' sudah berhenti menjadi sebuah alasan -NickLis. ----- Hay para readers terci...