Part 4 *|| Tragedi Pembunuhan

275 21 3
                                    

*Mevrilisya Pov

Aku langsung naik ke kamarku tanpa melihat ke arah-- kalian tau lah siapa.

Gila. Gila. Gila. Gillllaaaaaaa!!!

Mungkin kata-kata itu cocok untuk hari ini.

Dia kembali! Biar ku ulangi..

Dia kembali!!

Arghh.. apa yang harus aku lakukan?

Nick?

Ya gak mungkin. Aku aja barusan tinggalin dia. Lah, kalau dia tanya 'kenapa di tinggal' aku harus jawab apa dong?

Pusing.

'Srett..srett..' bunyi kursi yang terseret.

Gak ada orang kok selain aku di sini. Siapa ya?

Ku tengok ke belakang......

Seharusnya aku sudah mengetahuinya dari awal.

"Ngapain disini?" Tanyaku kepadanya.

-----

*Nickholas Pov

Aku yang bosan putar- putar gaje di kota, kembali teringat bagaimana cara aku hampir mati. Aku belum mati loh ya. Aku hanya koma di rumah sakit kok.

*
Flashback
---

Aku yang sedang duduk di dekat sungai tertawa mengingat kejadian yang baru saja terjadi beberapa jam yang lalu.

Aku sama saja dengan laki-laki lainnya. Hmm.. dibilang player bukan, gak player juga player. Aneh kan?

Sejam sebelum detik ini, aku baru saja memutuskan orang yang aku pacarin 3 hari yang lalu. Playernya muncul nih.

Aku tak sadar jika ada yang memperhatikanku sejak tadi.

Byurrr...

Aku tenggelam di tengah air sungai yang deras.

Sebelum aku benar-benar kehilangan kesadaranku, aku sempat melihat orang yang mendorongku.

Dia Alvin. Yang notabennya adalah Sahabatku sendiri.

---
Flashback Off
*

Dari pada gak ada kerjaan, aku pergi lagi ke rumah Lisya.

Dia gak nyadar aku ada disini.

Kerjain ah.

Ku seret-seret kursi meja belajarnya. Yang secara tidak langsung seperti carper.

"Ngapain disini?" Tanyanya

Kukeluarkan cengiran andalanku.

"Aku gak minta senyum gaje kamu. Aku cuma tanya, NGAPAIN. KAMU. DISINI. ?." Dia memberikan penekanan pada setiap kata di kalimat terakhir.

"Ya seret kursi lah. Emang ngapain?" Tanyaku balik sambil menunjukkan kursi yang ku seret-seret.

"Lisya cepat turun ke bawah!!" Teriak papa Lisya dengan keras.

"Yaa pa. Tunggu bentar!" Teriak Lisya tak kalah kerasnya. "Kamu mau turun gak?" Tanyanya kepadaku.

"Eh, gak usah. Aku mau ketemu teman aku." Jawabku seadanya.

"Kamu punya teman?" Tanya Lisya.

"Yee.. gak percaya. Aku punya teman. Satu sih." Kataku sambil mengelus tengkukku yang seperti di tiup angin. "Bye!" Kataku lalu menghilang dari hadapannya.

Sebenarnya aku gak punya teman.

Tapi dari pada di tinggal gitu aja sama Lisya -lagi-, aku memilih untuk pergi ke rumah sakit dan melihat diriku di sana.

-----

Rumah sakit

Aku melihat diriku sendiri disana yang sedang bernafas menggunakan alat bantu yang sungguh mengerikan.

Papa duduk tepat disamping bangkarku. Papa terus memegangi tanganku dan berdoa.

Aku masuk kedalam kamar inapku.

"Papa" kataku.

"Papa" muncul suara lain yang mirip dengan suaraku.

"Nick?" Panggil papa.

Ku coba untuk mengulangi kata itu namun sudah tidak bisa.

'Suatu saat kau dapat hidup kembali, pergunakan waktu yang diberikan untuk sesuatu yang berguna!'

Suara itu terdengar disampingku. Orang itu memakai jubah putih dan sangat bersinar.

Tapi, apa yang tadi dia bilang?? Aku dapat hidup kembali? Apakah itu benar? Semoga saja itu akan terjadi.

***

Hai guyss... terima kasih bagi yang sudah mau memberikan vote di chapter kemarin. Wiiii... senangnya. Ada yang mau lanjut? Aku tunggu sampai ada yang comment di chapter ini ya.. bye..

Love With Ghost || 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang