Chapter 5

86 20 3
                                    

Semakin hari, rasa yang kyran rasakan semakin besar. Kedekatannya dengan rizal juga semakin kuat.

Jika kalian disuruh memilih antara cinta atau mempertahankan seorang sahabat, kalian akan memilih siapa untuk dipertahankan? Bohong jika kalian berkata sahabat karena didalam hati kecil kalian yang paling dalam, tersimpan hasrat untuk memiliki orang yang kalian cintai. Cinta memang bisa membuat seseorang menjadi orang yang munafik. Cinta juga hanya membakar dan akan membuatmu berakhir. Tapi cinta juga akan membawa sebuah kesan indah yang  sulit untuk kalian lupakan di masa kelak.

Cinta ibarat candu yang terlarang. Sekali kalian mencicipinya maka kalian akan terus memintanya. Sekuat apapun kalian menolak cinta itu, ia akan terus menuntut untuk dirasakan. Seperti itulah cinta.

Mentari telah mengalah pada sang bulan. Langit yang tadinya berwarna biru cerah kini berganti dengan warna jingga yang mendominasi. Sedikit lagi malam akan bertahta.

Kyran sedang duduk termenung di balkon rumahnya. Ia memikirkan suatu hal yang telah ia rasakan akhir-akhir ini. Kyran bertopang dagu sembari menatap kearah jalanan rumahnya yang sepi. Hanya suara jangkrik dan binatang malam yang dapat kyran dengar. Saatnya mahkluk-mahkluk nokturnal itu beraktivitas.

Kyran telah membuat sebuah kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Kesalahan karena telah membiarkan cinta itu tumbuh kembali didalam dirinya. Jika kyran bisa memilih, ia akan memilih menguburnya.
Tapi, kyran sulit untuk melakukannya. Ia tidak dapat menolah indahnya cinta yang tiba-tiba datang padanya.

Apa kyran harus melupakannya atau mempertahankannya? Atau ia harus menghindari rizal agar rasa itu tidak tumbuh besar sebesar rasanya untuk nathan dulu?

Kyran memikirkan segala hal yang dapat ia lakukan. Tapi, mungkin itu hanya kesia-siaan belaka dan sesuatu yang membuatnya membuang masa remajanya yang begitu berharga.

Tanpa ia sadarai, kyran telah melakukan kegiatan itu hingga malam benar-benar datang. Warna jingga yang tadi menyelimuti langit, kini berubah gelap seutuhnya.

Kyran tak berpikir untuk mandi atau melakukan kegiatan lain. Pikirannya sekarang hanya diisi dengan satu kalimat tanya 'apakah aku harus kembali menguburnya?'

Mungkin.

Suara langkah kaki seseorang menyadarkan kyran dari lamunannya yang panjang.

Orang itu duduk tepat disamping kyran. Orang itu adalah axel yang baru saja pulang dari kuliahnya hari ini. Rambut cokelat  yang dimiliki axel, ia biarkan acak-acakan. Matanya yang hijau dengan alis yang tebal serta pandangan yang tajam tapi mempesona itu terlihat sangat kelelahan setelah seharian berkutat dengan mata kuliah kedokterannya.

"Apa yang kau lakukan? Kau tidak mandi?" Tanya laki-laki yang kira-kira berbeda 3 tahun diatas kyran.

Kyran hanya menggeleng dengan ekspresi datar. Sepertinya kyran sedang tak ingin berbicara.

"Huft.. kyran, kau ada masalah?" Tanya axel.

Kyran menoleh menatapnya. Kyran bingung, apakah kyran lebih baik menceritakannya? Bukankah berbagi beban pikiran itu akan membuat semuanya menjadi ringan?

"Maksudmu?" Tanya kyran kembali. Axel menarik nafas sabar.

"Kau ada masalah kan? Ceritalah. Aku akan mendengarkanmu."

"Axel, apa cinta itu begitu mudah tumbuh?" Tanya kyran.

"Maksudmu? Kau jatuh cinta lagi?"

"Ya! Dan itu menyiksaku. Aku sudah berusaha menolaknya tapi cinta itu datang tanpa bisa aku tahan."

"Kenapa? Kenapa kau menolaknya?" Tanya axel.

"Karena aku tidak ingin tersakiti seperti dahulu. Sudah cukup aku merasakannya sekali. Aku tidak mau merasakannya untuk yang kedua kalinya."

Begin Again [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang