Bagian Ketiga

66 3 0
                                    

"Mas Noah!" Aku dan Mas Noah otomatis menoleh dan mendapatkan Dena berlari ke arah kami. 

"Iya, Den?" tanya Mas Noah. Dena melirik ke arahku yang tengah menatapnya dengan tatapan jengah karena ini menyangkut diriku yang sudah ingin pulang karena terlalu lelah untuk menanggapinya sedangkan hari semakin malam, ditambah perutku sudah meminta untuk diisi. 

"Bisa antarkan aku pulang? Aku tidak kenal dengan siapapun disini. Lagian, Venus bisa dengan Alpha kan?" tanyanya. Aku menyipitkan mataku, mengerti maksudnya, sangat mengerti. Sekali lagi, aku ingin pulang dan tidak peduli siapa yang akan mengantarkanku. 

"Oh iya, boleh juga. Kamu tahu, Alpha dimana?" tanyaku, Dena tersenyum senang lalu menunjuk ke arah Alpha yang sedang menatapku sambil melipat tangannya. 

"Alpha!" teriakku. Aku tertawa dan melambaikan tanganku. Alpha melambaikan tangannya, membalasku.  Mas Noah yang menyeritkan dahinya sambil menatapku. "Den, aku sudah duluan menawarkan ke Venus. Jadi, kamu aja yang sama Alpha ya, lagian kamu kan kenal Alpha? Kalau blm ada yang kenalan, kenalan ya" ujar Mas Noah. 

Aku melirik ke arah Mas Noah. "Ya, gapapa kali mas. Aku sama Alpha aja" ujarku. Mas Noah berdecak lalu menyalakan mesin motornya. "Duluan ya den. Hati-hati di jalan" ujar Mas Noah. Dena berdecak lalu meninggalkan kami menuju ke arah Alpha. 

"Lucu banget, padahal dia kenal Alpha" ujar Mas Noah. Aku hanya diam, tidak menanggapi. Entah Mas Noah tidak mengerti kalau Dena sedang modus atau memang dia tidak se peka itu terhadap dirinya sendiri. 

Sampai di lampu merah, Mas Noah bertanya. "Sudah makan, ve?" tanyanya. Aku menggeleng. "Aku beli nasi goreng depan kos aja" ujarku. Mas Noah mengangguk-angguk. "Oke" ujarnya. 

Lalu kami sampai di depan kosku. "Kos kamu ternyata deket banget sama kosnya mas" ujar Mas Noah. Aku menaikkan alisku. "Oh ya?" Dia mengangguk. 

"Oh gitu" ujarku lalu tersenyum sedikit. "Makasih, Mas Noah" ujarku lalu berjalan ke arah kosku. "Sama-sama" jawabnya, lalu masih memperhatikanku sampai pintu gerbang kos. "Kenapa belum pergi?" tanyaku. Dia mengangkat bahunya lalu memakai helmnya lagi. 

"Sudah kebiasaan menunggu orang masuk dulu, aman, baru Mas pergi"

Aku tersenyum kecil lalu menaikkan bahuku.

"Oh, sudah pengalaman ya?" 

Dia tertawa dan mengangkat bahunya. "Menurut kamu?"

"Ya wajar sih." ujarku, dia menaikkan alisnya. "Maksud kamu?"

"Iya, wajar. Mas kan anak hits, wajar banyak yang dianter" ujarku, sambil acuh menekan tombol finger print untuk membuka gerbang kos. 

"Kata siapa?"

"Temanku. Selamat malam mas" ujarku lalu dia menjawab. "Selamat malam, Ve. Sampai ketemu lagi" Aku mengangguk dan masuk ke dalam kos. 

Entah kenapa, rasanya berkesan sekali bertemu dengan Mas Noah. Walaupun aku sendiri, biasa saja. 

*****

Noah's 

Venus Damarana Hermawan. 

Begitu unik, tidak peduli, tetapi pintar, cerdas, bisa bergaul dengan semua orang, beradaptasi, dan satu yang unik darinya. 

Tidak seperti yang lain, dia biasa saja melihatku, tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekelilingnya jika itu tidak bersangkutan dengannya. 

Sungguh, baru pertama kali bertemu dengan tipe yang seperti dia. Bahkan Gea tidak seperti dia. Gea dulunya bahkan aku merasa kalau dia terlalu mengejarku. 

EnchantedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang