Bagian Keenam

23 0 0
                                    


Kau tiba-tiba menjadi semesta kesayangan; guru yang mengajariku merindu dengan kekuatan dendam seorang anak kampung kepada cita-citanya.

******************

"Ini sudah kali keberapa kamu bolak balik mengecheck ponselmu?" Ujar Nadya yang akhirnya gerah melihat tingkahku. 

Aku menghela nafasnya dan menggeleng. "Aku cuma..."

"Ve? Kamu kenapa sih dari dua hari yang lalu? Tahu ini sudah jadi kebiasaanmu?" Nadya menggeleng.

"Aku bingung"

"Bingung kenapa? Reyan?" Aku seketika menoleh dan menyeritkan dahiku. Masih saja nama itu membuatku bergetar walau sudah satu bulan ini, aku tidak tahu kabarnya. 

"Nggak, bukan" gumamku. Bukan ini bukan tentang Reyan, tapi..

"Mas Noah?" Kini bahkan nama itu membuatku seketika merinding. Apakah begitu takutnya aku pada Mas Noah sampai namanya saja membuatku merinding?

Nadya tersenyum. "Kamu naksir sama dia?" Aku menyeritkan dahiku. "Nggak mungkin" gumamku. 

"Lah terus? Aku sebut namanya, kamu langsung diam tahu." ujar Nadya. Aku menghela nafas. "Naksir itu enggak, jauh banget. Tapi kalau ada hubungannya sama dia. Iya" ujarku akhirnya sambil menutup mataku, dan menelan rasa aneh yang menyelinap kembali. Rasa takut, bersalah, bingung dan tidak rela. 

"Apa kamu sudah jatuh terlalu dalam, Venus?" tanya Nadya. 

Dan aku hanya membiarkan angin menjawab pertanyaan Nadya. 

Jatuh terlalu dalam? Kalau aku berkata iya, maka semesta sukses menertawakan aku. Baru genap 2 minggu aku kenal dengan Mas Noah. Dan jatuh terlalu dalam? Tidak tidak. 

*************

"Venus, Pak Hari ada di kantornya sekarang." tegur Alpha. Aku menoleh dan tersenyum berterima kasih. Hari ini, rencananya aku tidak akan rapat karena tugas dan asistensi yang bertumpuk. Tentu saja, akademik adalah prioritasku di segala aspek, termasuk dalam berorganisasi. 

"Kamu sudah maju?" tanyaku. Alpha dan aku kemudian berjalan ke arah gedung D, tempat dimana kantor dosen berada. "Iya, tadinya aku mau manggil kamu dulu, tapi sudah terlanjur kosong dan takutnya bapaknya bakalan pergi. Tadi aku udah bilang kamu mau maju" ujarnya. Aku mengangguk. 

"Oh iya, kamu ikut rapat bidang hari ini?" tanya Alpha. 

Aku menggeleng. "Pasti ada revisi, dan besok rencananya aku akan konsultasi lagi." gumamku. 

"Kamu mau selesai kilat, Ve?" Aku mengangguk. 

Dan selain itu, aku tahu, aku hanya ingin menghindar dari Mas Noah untuk minggu ini. Cukup membuatku terbawa emosi jika harus berada di hadapannya. Jangan tanya kenapa. 

"Semangat ya, ve. Kalau ada apa-apa bisa tanya ke aku" ujar Alpha sambil tersenyum, aku mengangguk dan berterimakasih lalu masuk ke dalam Gedung D, dimana Alpha dan aku berpisah. 

*************

Malam ini, aku lebih memilih menenggelamkan diriku dalam revisi tugas yang sudah dapat kuperkirakan, sungguh banyak dari Pak Hari, dan tekadku untuk maju besok makin bulat, makin sedikit revisi, makin dekat dengan selesainya tugas. 

Tapi pekerjaanku diganggu dengan masuknya sebuah chat. 

Aku melirik ponselku

Mas Dean 2012: Ve, kamu dimana?

Aku membaca pesan dari Mas Dean, lalu tersenyum. Aku kira, aku tidak akan dicari. 

'Lagi ada urusan mas. Maaf hari ini gak bisa ikut rapat dulu' jawabku. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EnchantedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang