2

24 1 0
                                    

( Esok Hari )

Hari ini lah hari penentuan.
Hari dimana aku memutuskan untuk kembali bernyanyi atau melupakannya lagi seperti 4 bulan lalu.

Aku berjalan dengan tangan sedikit gemetar dan gugup.
Akhirnya, aku sampai di depan ruangan audio visual yang merupakan tempat untuk berlatih choir di sekolah ini.
Entah mengapa aku tidak bisa menggerakan kaki ku untuk masuk ke dalam ruangan audio visual ini.
Kaki ku serasa kaku dan membatu.

Huft. Ayo Chou, kamu harus berani...
Harus berani..
Harus percaya diri..
Haru-

"CHOUUUUUUU!!!!"

Teriakan Azura dan Vena mengangetkanku, dan secara refleks, aku melompat ke belakang.
Tanpa aku sadari, di belakang ku berdiri seseorang yang tengah melepas sepatu nya untuk masuk ke dalam ruang audio visual.

"Awww.."
"Aduh!"
Teriak kami berdua setelah bertabrakan.

"Ma-maafkan aku, aku tidak sengaja, aku hanya kaget karena temanku memang-"
"Iya tidak apa apa" jawab laki-laki itu memotong kalimatku sambil melihatku dengan tatapan datar.
Hum.. mengapa semua orang suka memotongku bicara.

Aku pun membalas tatapannya dan mulai lah terlihat jelas sosok laki-laki yang tadi kutabrak.
Tidak terlalu tinggi, memakai kacamata, badan nya... lumayan, mata nya tajam, dan ia memiliki aura yang hangat.

Setelah aku menganalisa laki laki itu, aku menengok ke belakang melihat Azura dan Vena yang sedang cengo melihat ke arah laki-laki yang tadi aku tabrak.
Saat laki-laki itu sudah masuk ke audio visual, Azura dan Vena langsung mendekatiku.

"HUO Chou! Kau tidak tau kau menabrak siapa?" kata Azura

"Tidak, siapa memang?" tanyaku

"Dia itu coach baru kita, coach Mike! Dia itu benar-benar luarbiasa suara nya! Dia itu alumni sekolah ini yang sukses, dan dia juga pernah bergabung dengan choir yang terkenal" jelas Vena.

"Coach baru kita itu yang tadi..?" kata ku
Lumayan.

Kami bertiga pun masuk ke dalam audio visual dan bergabung bersama murid lainnya, berdiri mengelilingi coach baru itu.

"Hello semua, nama saya Mike. Dan saya disini untuk membantu kalian mengeluarkan suara kalian dan mempersiapkan kalian untuk lomba mendatang" kata coach baru itu dengan tegas.

"Pertama, akan dimulai tes suara per anak. Dimulai dulu dengan murid perempuan. Dimulai dari sebelah kanan sini" katanya sambil menunjuk seorang siswi yang pendek dan berkuncir kuda.

Astaga.
Kalau begitu, aku mendapat ururtan terakhir.
Astaga, astaga.
Tenang Chou, tenang..

Aku memperhatikan anak lain yang sedang di tes suara nya.
Azura ditempatkan di Alto, dan Vena ditempatkan di Sopran.
Astaga sebentar lagi gilira-

"Kau. Giliran kau sekarang. Tolong maju ke depan dan nyanyikan lagu ini" kata coach Mike sambil menyerahkan partitur lagu.

'Amazing Grace'
Hmm.. God bless me..

Amazing Grace, how sweet the sound,
That saved a wretch like me.
I once was lost but now am found,
Was blind, but now, I see.
T'was Grace that taught,
my heart to fear.
And Grace, my fears relieve-

Oh tidak..
Suaraku tercekat.
Badanku terasa dingin dan aku merasakan pandangan semua orang ke arahku.
'Suara mu tidak sebagus yang kau kira'
'Jangan terlalu muluk dengan mimpimu'
'Itu semua omong kosong'

Kalimat itu kembali terngiang di pikiranku.
Reflek, kakiku bergerak dengan sendirinya menuju pintu audio visual dan keluar dengan cepat.

"Chou!"

To be continued

Sing For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang