3

20 1 0
                                    

Aku berlari ke luar ruangan audio visual dengan cepat. Samar-samar aku mendengar teriakan Azura dan Vena yang memanggil namaku dari dalam ruangan audio visual, namun aku tetap berlari tanpa ada tujuan yang tentu.

Akhirnya, kakiku berhenti berlari dan ternyata, aku berada di taman sekolah. Aku berjalan dan duduk di salah satu kursi taman dan terdiam. Kalimat kalimat Stuart mulai terngiang kembali dan juga kejadian yang baru saja terjadi kembali terlintas.

"Bodoh.. Chou bodoh.." kataku kepada diriku sendiri sambil memukul kepalaku.
"Mencoba untuk menyanyi kembali adalah hal bodoh.. Suara ku tidak sebagus itu.. Stuart benar, aku terlalu muluk dan terlalu berharap tinggi.." kataku pada diriku sendiri.

Tanpa sadar, air mataku pun mulai berjatuhan.
Menangis?
Terakhir kali aku menangis, beberapa bulan yang lalu saat Stuart meninggalkanku.
Aku menangis sejadi jadinya dan sepertinya muka ku mulai memerah karena terlalu keras menangis.
Entah sudah berapa menit berlalu, namun aku masih menangis sambil menunduk.

Tiba-tiba, aku melihat ada 3 lembar tissue dihadapan muka ku yang sedang melihat ke bawah. Perlahan aku melihat ke atas, untuk mengetahui siapa yang mentodorkanku tissue.

"Coach?" panggilku pelan.

"Ambil dan hapus airmata mu" katanya dengan singkat.

Aku mengambil tissue yang ada di tanggannya dan menghapus air mataku.

"Mau tissue lagi?"

"Ti-tidak, terimakasih.." kataku tanpa melihat wajahnya.

Kemudian, ia duduk di sebelahku dan menghela nafas. Aku hanya bisa menundukkan wajahku dan sedikit bergeser, karena jaraknya terlalu dekat. Jantungku berdegup kencang, dug dug dug.

'Mengapa jantungku berdegup kencang..' tanyaku dalam hati.

"Suara mu bagus.. jernih dan kesannya hangat"

Aku kaget akan apa yang dikatakannya barusan.
Dia bilang.. suaraku.. bagus...?

"Huh? Apa maksu-"

"Suara mu jernih, dan lumayan bagus daripada sebagian besar siswi.." katanya dengan santai.

"Suaraku.. bagus? Tapi-"

"Memang ada sedikit kekurangan di suaramu"

Ah... sudah kuduga.
Suaraku kurang

"Namun, secara keseluruhan bagus dan aku mau membantumu mengembangkan suara mu itu" lanjutnya dan membuatku terkejut.
Orang ini.. membuatku terkejut 2 kali dalam 5 menit.

"Coach mau... membantuku? Mengapa?" tanyaku tidak percaya.

"Aku suka membantu anak yang mempunya potensi di bidang musik dan aku tahu masalah suaramu apa, tapi aku tidak tahu apa penyebab nya... itu seperti suatu tantangan untukku sebagai coach choir baru.Dan aku suka tantangan." katanya dengan serius.

Aku menatap coach Mike dengan tatapan tidak percaya.
Ia menoleh ke arahku dan menatap mataku.
Pandangan kita pun bertemu dan beberapa detik kemudian, aku merasa wajahku panas dan memerah. Tatapannya begitu hangat dibalik matanya yang dingin itu.
Bagaimana ada seseorang yang seperti ini..

"Baiklah, aku anggap kau setuju denganku. Jadi kapan kita akan mulai?"

"Mmm mungkin har-"

"Ok kita mulai lusa. Jangan bosan untuk bertemu ku hampir setiap hari" katanya sambil meninggalkanku.

Aku masih terdiam tidak percaya, semuanya terjadi terlalu cepat. Mungkin sudah saatnya untuk memulai awal baru dan melupakan Stuart..

Tapi..
Apakah Mike orang yang tepat untuk mengawali awal yang bagus?

AU NOTE :
HALLO😁😊😀
Thanks sudah membaca cerita ini *bow*
Please leave a comment😊

Sing For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang