[ Beberapa hari kemudian ( Rabu)]
Aku masih ingat jelas apa yang terjadi hari Sabtu kemarin. Aku masih ingat dengan jelas senyuman nya yang hangat dan menawan itu. Tatapannya yang menenangkan dan membuat jantungku berdetak kencang.
Apakah aku.. jatuh cinta?
Tidak tidak
Tidak mungkin.
Aku baru beberapa hari dan secepat ini sudah memulai perasaan?
Tidak tidak mungkin.Aku berjalan turun dari tangga sekolah menuju kantin, sambil memikirkan tentang kejadian hari Sabtu waktu itu dan Mike.
"HOI!" teriak dua suara yang sangat aku kenal.
Aku pun kaget dan kehilangan keseimbanganku.
BUK!
"Aduuh.. sakit" kataku meringis.
Lutut ku sangat perih rasanya dan ternyata benar, lutut ku terluka karena mengenai ujung anak tangga."ASTAGA! Chou! Kau tidak apa apa?" kata mereka berdua, dengan kompak.
"Lutut ku perih tau!" kataku meringis sambil memegangi lututku yang berdarah.
"Aduh astaga maaf maaf, ayo cepat ke UKS!" kata Azura sambil membantuku berjalan.
"Tidak usah, lagian pakai acara kaget-kagetan segala" kataku sambil menahan sakit.
"Ya habis, kau melamun terus sih, daripada kemasukan, mending jatuh kan?" kata Venna yang disambut dengan pukulan dari aku sendiri dan Azura.
"Lebih baik tidak jatuh dan kemasukan tau!" kataku
"Heish, lagian kamu melamunin apa sih Chou? Kok seru banget melamunnya" tanya Azura.
Aku hanya terdiam dan tidak menjawab pertanyaan Azura.
Apakah memang begitu asiknya memikirkan Mike hingga aku lupa akan sekitar?"Heish, ditanya malah diam.. Dasar anak ini" kata Venna.
"Ish, ga melamunin apa apa kok.. cuma lagi bengong aja" kataku berbohong.
"Dasar freak" ejek Azura
"Heh kau yang lebih freak" balas ku
"Kalian berdua freak" kata Venna
"Sadar diri, diantara kita bertiga, kau paling freak" kataku dan Azura kompak.
Kami pun terdiam sejenak dan tertawa.
Ya beginilah kami, suka mencibir satu sama lain tapi tetap bersahabat dan tidak pernah bertengkar hampir selama 6 tahun pertemanan kami."Yakin gamau ke UKS?" tanya Azura, sambil mengecek kakiku.
"Engga, udah lah cuma begini doang" kataku santai
"Heish, yasuda kita ke kelas dulu ya.. Oh iya! Kau jangan lupa ada latihan choir 45 menit lagi" kata Venna mengingatkanku.
Kalau ada latihan choir berarti...
Ada Mike..
"Iya baiklah sana hush" kataku sambil berpura pura mengusir mereka.Hmm apa aku datang ke ruang avi sekarang ya?
Lagian sepertinya ruang avi tidak ada orang di dalamnya.
Kalau aku di menunggu latihan di luar, kesempatan untuk bertemu Mike lebih banyak dan pasti akan canggung.Aku pun memutuskan untuk menunggu di ruang avi sendirian.
Lututku mulai terasa sakit saat berjalan menaiki tangga menuju ruang avi.Huft tahan sebentar lagi chou.
Aku pun langsung membuka pintu ruang avi dan masuk ke dalam.Ternyata perkiraanku salah.
Di ruang avi tidak kosong.
Tetapi ada 1 orang yang paling alu harapkan untuk tidak bertemu sekarang, apalagi berada dalam satu ruangan yang isinya hanya berdua dengan orang itu.
Mike.Ia sedang duduk di kursi piano dan membaca partitur untuk hari ini, ia mendongak kan wajahnya untuk melihat siapa yang baru saja masuk ke ruang avi.
"Oh Chou, kau datang lebih awal dari jam latihan" katanya sambil menaruh partitur di atas piano.
"Iya haha" jawabku singkat.
Awkward...Ia hanya mengangguk dan aku merasa ia melihat lututku yang luka dan mengalirkan darah.
"Chou, lututmu terluka" katanya sambil menghampiriku.
Ia berjongkok di depanku dan melihat luka ku. Aku pun reflek mundur selangkah agar tidak terlalu dekat.... dan canggung."Iya haha tadi terjatuh di tangga, tapi tidak apa apa kok, hanya luka sedikit" kataku sambil mencoba menutupi lukanya.
"Sedikit? Tsk tsk.. tunggu sebentar disini, duduk di kursi piano" katanya tegas dan kemudia berlari keluar ruang avi.
Aku hanya mematuhinya dan duduk di kursi piano. Tidak sampai 2 menit, ia kembali dengan membawa tissue, obat merah dan hansaplas.
"Eh.. um tidak usah coach, merepotkan" kataku menolak.
"Sudah diam saja, kau tahu kalau dibiarkan akan infeksi" katanya memulai membersihkan luka ku.
Aku hanya bisa terdiam dan memandangi orang yang sedang membersihkan dan mengobati luka ku ini. Sentuhan tangannya cukup membuat ku panas dan jantungku ikut berdetak kencang.
Astaga, apa pipiku merah?
Ah kumohon jangan memerah...
Nanti ketahuan...Setelah selesai mengobati luka ku, ia berdiri dan mengacak acak rambutku. Lagi.
"Hati hati kalau jalan lain kali, dan kalau terluka cepat diobati, nanti infeksi" katanya menasehatiku.
"I-iya.. terimakasih coa-"
"Kalau tidak sedang latihan choir, panggil saja aku Mike, kita berbeda 6 tahun, tidak terlalu jauh lah"
Aku ingin tertawa.
6 tahun itu perbedaan yang lumayan jauh. Hahaahaha
Tapi, dengan wajah seperti itu, ia seperti berumur 18 atau 19 tahun.
Padahal umurnya 23 tahun."Baik coach-"
"Eits, panggil Mike" katanya sambil mendekatkan wajahnya padaku.
Suhu di muka ku mulai meninggi dan aku rasa wajahku lebih memerah. Jantungku pun berdetak lebih kencang, dan tanganku mulai gemetar.
"Iya, Mi-Mike" kataku gemetar
"Nah begitu, aku ke luar dulu ya, kau tunggu saja disini" katanya sembari keluar dari ruang avi.
Aku hanya terdiam dengan muka blank. Pikiran ku masih mem proses dan setwngah sadar akibat Mike tadi.
Apa yang baru saja terjadi?!
Ya Tuhan.. kenapa perasaanku begini?Author Note :
Hello semuaaa😀😁
Haduh maaf kalau ada yang masih ga nyambung, soalnya it' hard to make a story😧
But i will try my best😉
Laff laff❤
give me your vomment 😄
Pai paiii
![](https://img.wattpad.com/cover/66982575-288-k914556.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sing For You
Romancekisah seorang siswi SMA yang memiliki bakat bernyanyi. Namun karena sifat pesimis yang disebabkan oleh masa lalunya, ia takut untuk menunjukkan bakat nya. Hingga suatu hari, teman terbaik nya memaksa nya untuk memasuki choir di sekolah nya. Dan bert...