'Jarak yang paling jauh adalah; kita dekat, tetapi tak bisa memiliki'
Fei memarkirkan mobilnya di samping mobil Rei, memandang sebentar ke kaca depan kemudian beranjak turun dari mobilnya menghampiri Fa yang sudah berada di lobi kampus.
Setelah jalan-jalan di Mall dan berakhir makan siang mereka langsung otw kampus.
"Kalian langsung masuk?" tanya Fei pada ke dua sepupunya.
"Ya, kalo aku sih, yes!" jawab Fa. Fei dan Rei mencibir. Apaan tuh sok ikutan Om Anang.
"Kalo loe, Rei?"
"Gue juga langsung."
Fei mengangguk. "Aku juga langsung ke kantin, kalo kalian udah keluar, kasih tau. Kita pulang bareng," kata Fei lagi. Fa dan Rei mengangguk.
Mereka berpisah, Fei berjalan lurus menuju kantin untuk menemui teman masa kkl dulu. Fei menempelkan ponsel ketelinganya.
"Aku sudah di kantin. Kalian dimana?"
Fei menoleh ke arah jam 9 disana Anet temannya sedang melambai ke arahnya. Fei tersenyum berjalan untuk menghampiri Anet dan juga beberapa temannya yang lain.
"Kebiasaan deh, Fei. Kamu selalu telat!" sindir Anet, Fei hanya tersenyum tanpa dosa lalu memeluk Anet erat.
"Yaampun. Aku merindukanmu Anet," ucap Fei riang.
"Ihh apaan, malu tau!" Anet melepaskan pelukan Fei kasar berbeda dengan wajahnya yang tersenyum.
Fei mencibir, kemudian duduk disamping Anet, mereka bertatapan lalu tertawa bersama. Entah apa yang mereka tertawakan, sepertinya mereka berdua sangat bahagia dapat bertemu.
Fei tidak sadar sedari tadi ada yang memperhatikannya, menatap rindu padanya. Walau dia sadar Fei cinta pertamanya, orang yang berada di hadapannya ini sudah ada yang memiliki, sudah tidak ada kesempatan untuknya untuk mendapatkan Fei.Sejak masa kuliah dia sudah menyukai Fei, cuman untuk mengatakannya itu sulit. Dia bukan tipe cowok yang dengan mudah mengungkapkan perasaannya, menurutnya dengan memberi perhatian lebih pada Fei. Fei akan mengerti dan merasakan jika dia menyukainya, tetapi sepertinya Fei tidak menanggapi serius perhatiannya itu.
Menyesal. Itulah yang di rasakan Doni setelah mendapat undangan pernikahan dari Fei. Mengapa Ia tidak mengungkapkan perasaannya sejak dulu pada Fei.
Fei menatap ke Doni yang dari tadi hanya diam, Fei menyikut lengan Anet; bertanya ada apa dengan Doni, Anet mengangkat bahunya acuh tanda kalau dia juga tidak tahu apa penyebab Doni tidak bersemangat seperti itu. Fei kembali menatap Doni.
"Don,"
"Ya?" Doni menatap Fei bertanya.
"Kamu, kenapa? Apa ada masalah?" tanya Fei prihatin.
Doni menggeleng, tersenyum miris. "Mana mungkin aku mengatakan kalau aku ada masalah, Fei. Karena masalahku itu adalah kamu, Fei. Kamu!" Doni membathin.
"Kamu gk usah bohong deh. Ayo, cerita, kita ini kan, udah dekat. Masa kamu gk mau cerita. Ayo, cerita Don," kata Fei paksa.
"Kita dekat? Tetapi, sebenarnya kita jauh Fei. Karena aku tak bisa memilikimu." Doni kembali membathin.
"Sudah, gk usah di paksa Fei. Percuma, dia gk akan mau cerita," kata Alex sembari merangkul Doni.
"Huum. Benar apa kata Alex, mana mau dia cerita. Kalau yang akan dia ceritain itu kamu, Fei." sahut Widia mantap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feilisa
RandomFeilisa seorang gadis yang mengedolakan Ahmadlada terjebak dalam pernikahan dengan sepupu dari idolanya karena omongannya sendiri