Part 13

2.8K 101 21
                                    

Feilisa pov

"Selamat datang sayang," ucap Mama Ratna padaku. Aku tersenyum, senang rasanya bisa bertemu lagi dengan mama Ratna, mama mertuaku. Entah kenapa aku sangat merindukan senyumannya. Senyum tulus yang di tunjukan padaku, aku bisa merasakan betapa tulusnya kasih sayang mama Ratna.

"Mama apa kabar?" tanyaku tulus, setulus senyum mama Ratna.

"Mama baik. Orang tua kamu gimana kabarnya?"

"Baik Mah!" jawabku.

Mama Ratna membimbing ku masuk ke dalam rumah.

Sebelum masuk aku sempatkan menengok kebelakang, dimana ada pak Wil yang sedang berusaha mengeluarkan tas dari mobil. Kami akan tinggal sementara di rumah mama Ratna sebelum rumah yang akan kami tempati selesai di renovasi mungkin sekitar 3-4 hari lagi.

Dari ruang keluarga aku bisa melihat pak Wil membawa koper masuk ke kamar. Aku sangat ingat itu kamarnya pak Wil dan sekarang juga akan menjadi kamarku. Ini ke dua kalinya aku berada di rumah Pak Wil. Dulu waktu pertama kali kemari sebagai mahasiswi, itu juga sedikit di paksa dengan alasan konsultasi, padahal di balik itu semua makan malam lah tujuannya. Sekarang untuk ke dua kalinya berada disini sebagai mantu isteri dari pak Wil.

"Mama Ratna kenapa lama sekali di dapur?" gumamku. Aku menengok kebelakang daerah dapur, tidak ada tanda-tanda mama Ratna akan cepat kembali. Aku berdiri berniat menyusul mama Ratna kedapur.

"Mama ngapain?" Tanyaku setelah sampai di dapur dan melihat mama Ratna sedang menuangkan adonan ke dalam loyang.

"Mama mau bikin kue, nanti di coba ya?"

Aku mengangguk semangat. Aku bisa menebak kue yang di bikin mama Ratna itu kue manis di lihat dari adonan yang berwarna cokelat, yang namanya cokelat itu pasti manis kan, aku sangat suka manis.

"Kamu, duduk aja dulu disitu." Mama Ratna menunjuk meja makan, akupun mengangguk melangkah ke meja makan dan meletakan pantatku di kursi. Dari sini aku bisa melihat mama Ratna membuka oven kemudian mengeluarkan dalamnya lalu di ganti lagi dengan memasukan adonan berwarna cokelat tadi yang sudah di masukan dalam loyang.

"Stroberri Mah?" tanya ku meyakinkan setelah mama Ratna meletakan loyang panjang itu di hadapanku.

Mama Ratna mengangguk mantap seraya memotong kecil kue itu menjadi lima bagian lalu memindahkannya ke atas piring. Satu bagian mama Ratna taruh ke piring kecil lalu mengasihkannya padaku.

Aku menerimanya dengan senang hati dan sedikit tak sabaran, mataku berbinar melihat warna pink untuk makanan Rasa pavoritku itu; stroberri.

"Terimakasih, Mah. Fei senang sekali, ini pavorit Fei rasa stroberri." Aku tersenyum; mencubit besar kue di hadapanku dengan ibu jari dan tunjukku segera ku masukan kue cubitanku tadi ke dalam mulut. Manis, lembut. Pas! Sama seperti brownis kesukaanku.

"Enak banget, Mah. Fei boleh nambah lagi kan?" tanyaku sungkan. Mama Ratna belum mencoba satu gigitpun, aku sudah menghabiskan tiga potong.

"Ini semua untuk kamu, Fei. Jadi, tidak perlu sungkan gito. Mama malah senang kalo kamu suka dan menghabiskan ini semua," ujar mama Ratna seraya menaruh kue itu ke piring kecilku yang kosong tinggal sedikit remah-remah dari kue.

"Benar, Mah?" tanyaku semangat. Mama Ratna mengangguk. "Fei benar-benar senang, he. Em, tapi... dimana Mama tahu kalau Fei suka strowberri?" tanyaku penasaran, tidak mungkin kan mama Ratna tahu sendiri tanpa ada yang memberi tahu.

"Wil yang mengatakannya...,"

"Pak Wil!" pekikku kaget. Bagaimana tidak kaget, aku tidak pernah memberi tahu pak wil tentang apa yang ku sukai kecuali Ahmad. Itu juga keceplosan akibat terlalu memikirkan Ahmad, sampai-sampai tidak sadar menjawab semua pertanyaan pak Wil tentang Ahmad orang yang ku sukai itu.

FeilisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang