Bag 1. Ratu Anthurium

535 38 5
                                    

1. R a t u   A n t h u r i u m

Seorang perempuan dengan jubah hitam panjang menunggangi seekor kuda besar nan gagah dengan cepat menuju istana. Sesampainya di tujuannya, ia langsung berlari cepat memasuki istana, mengabaikan semua pelayan yang menyampaikan salam hormat padanya. Setiap langkah larian kakinya semakin lebar kala rasa ketakutan semakin menusuknya.

BRAK

Perempuan itu langsung membuka pintu kamar yang ia tuju dengan kasar. Sesaat, ia terpaku menatap seorang pria yang terbaring lemah di atas ranjang yang berada di kamar besar itu. Perempuan itu mengerjapkan mata, menahan air mata yang hampir tumpah ruah. Perempuan tersebut melangkahkan kakinya ke arah ranjang yang berada di tengah kamar tersebut dengan terseok-seok dan nafas tak beraturan akibat berlari.

Tubuhnya langsung jatuh berlutut di samping ranjang besar itu begitu melihat keadaan pria yang terbaring lemah di atas ranjang besar itu dengan lebih dekat. Kaki perempuan itu bergetar  tidak mampu menahan berat badannya. Rasanya, semua bagian dari tubuhnya di tusuk-tusuk dengan belati, terutama hatinya, perasaanya.

"Kenapa ini bisa terjadi?" Perempuan itu bertanya dengan nada bergetar menahan emosi kepada seorang panglima yang berdiri di sampingnya.

Panglima itu menjatuhkan badan, berlutut. "Maafkan saya. Saya tidak bisa menjaga Pangeran Diamon dengan benar. Maafkan saya, maafkan saya."

Perempuan itu melirik sang  panglima. "Ceritakan padaku," ucap perempuan itu tegas, mengabaikan permintaan maaf sang panglima.

"Hal ini terjadi, pada saat peperangan antara kerajaan kita dengan Kerajaan Hoice terjadi. Saat itu, semua prajurit kita sibuk melawan musuh, tidak ada yang menyadari saat tiba-tiba saja Raja Ubra sudah ada di belakang pangeran. Termasuk pangeran sendiri. Raja Ubra langsung menusukkan pedangnya pada bahu pangeran," jelas panglima tersebut dengan takut.

Perempuan itu menatap panglima sinis. "Jika hanya ditusuk pedang, ia tidak akan begini."

Panglima itu menganggukkan kepala sembari membasahi kerongkongannya. "Pangeran... pangeran tertusuk oleh pedang yang... yang telah dilumuri oleh... oleh...-"

"OLEH APA?!" bentak perempuan itu tak sabar.

Panglima kembali membasahi kerongkongannya. "Oleh racun Groda."

Perempuan tersebut menahan nafasnya, tercekat. Racun groda. Racun groda adalah racun yang sangat berbahaya, salah satu racun yang dapat menyebabkan kematian. Dan, jika racun tersebut sudah menyebar ke seluruh tubuh Diamon. Maka, Diamon akan mati, begitu pula dengan ia yang juga akan mati. Karena, setengah jiwanya ada pada Diamon, saudara kembar sejiwanya, begitu pula sebaliknya.

"Racun Groda? Jangan bercanda, Panglima Jame." Perempuan itu menatap panglima kerajaannya dengan tatapan penuh harapan bahwa apa yang di ucapkan oleh panglima itu hanyalah sebuah gurauan.

"Tidak, maafkan saya." Panglima tersebut menundukkan kepala dalam-dalam.

Perempuan tersebut menghela nafas gusar. Otaknya berpikir keras saat ia menyadari satu hal yang pasti menjadi tujuan utama Raja Ubra. Yaitu, jika ia dan saudaranya mati, maka kerajaan ini tidak memiliki pemimpin lagi. Dengan begitu, Raja Ubra dapat mengambil alih kerajaannya dengan mudah. Ya, ia yakin pasti seperti itu.

Perempuan tersebut menatap Panglima Jame dengan nyalang. "Apa yang kalian lakukan selama peperangan itu terjadi? Apa kalian hanya mengurusi penyerang-penyerang itu tanpa menjaga Diamon-ku, Hah!?" Perempuan itu berucap dengan mata melotot marah, membuat panglima berbadan kekar itu semakin menundukkan kepala dalam-dalam.

"Lalu, apa lagi yang kalian tunggu? Sembuhkan saudaraku!" perintah perempuan itu dengan nada tinggi.

Panglima itu bergetar ketakutan. "Ma... maaf. Ra... racun itu hanya dapat di sembuhkan de... dengan ra... ramuan Ciprata. Ramuan yang di temukan oleh Kerajaan Acarnas."

TQS(1)The Queen Of AnthuriumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang