2525?

116 13 7
                                    

Mereka membawaku ke suatu tempat, aku tak terlalu memperhatikan bangunan yang berada di hadapanku ini. Yang jelas bangunan ini besar dan berwarna hitam.

Banyak sekali orang yang berlalu lalang membawa berbagai macam senjata di halaman luas dan gersang yang sama sekali tidak ditumbuhi tumbuhan ini, mereka semua laki-laki, raut wajah mereka datar dan terlihat kaku, pakaian mereka pun sama, mungkin yang membedakan mereka hanya warna kulit dan tinggi badan mereka.

Gerbang dibuka oleh pria yang berada disekitar gerbang. Begitu terbuka sempurna, pria yang mencengkram tanganku, langsung menarikku agar mengikuti langkahnya.

Uh, tanganku terasa sangat sakit dan perih. Mereka mencengkran tanganku terlalu kuat, jika terus seperti begini, tanganku bisa putus.

Kalian tahu, aku sering menentang keputusan orangtuaku. Bahkan ayah pernah murka kepadaku dan tidak berbicara kepadaku selama satu bulan, karena aku membentak dan meneriaki mereka.

Pada saat itu usiaku baru sembilan tahun, aku sungguh kecewa pada mereka, karena mereka hendak pergi ke luar negeri, selama beberapa bulan. Mereka bilang itu urusan pekerjaan.

Mungkin, tindakanku keterlaluan. Tapi, apa kalian pernah merasakan ditinggalkan orangtua kalian dalam jangka waktu yang cukup lama, disaat usia kalian baru menginjak sembilan tahun, sendirian dirumah?

Tidak bisa dikatakan sendirian, karena masih ada beberapa penjaga serta pembantu rumah tangga tinggal dirumahku. Tapi, keberadaan mereka tak membantu sama sekali.

Mengingat itu, aku baru terpikir. Mengapa aku berani membentak orangtuaku yang jelas-jelas hanya membuahkan dosa, sedangkan aku bahkan tidak mencoba melepaskan diriku sendiri dari orang-orang tidak jelas yang tengah mencengkram tanganku ini? Oh ayolah itu bukanlah diriku.

Tapi, bagaimana caranya? Tubuhku ini sudah sangat lelah, pun dengan tenagaku yang telah habis akibat berenang di danau berair dingin tadi.

Kret

Suara pintu terbuka membuatku tersadar dari lamunanku. Entah kapan aku sudah berada di depan ruangan serba merah yang sangat luas.

Memasuki ruangan, aku bisa melihat ruangan ini secara rinci. Ruangan serba merah luas yang mana terdapat semacam singgahsana yang tepat berada ditengah-tengah ruangan.

Di atas kursi singgahsana itu duduklah pria putih tegap yang tampan. Kuperkirakan umurnya sekitar duapuluh sampai duapuluh satu tahun.

Matanya menatap tajam kearahku, memperhatikanku dari atas sampai bawah seakan-akan aku ini merupakan seorang tawanan yang harus diperiksa kalau-kalau ada senjata yang ada ditubuhku.

Pakaiannya berbeda dari yang lain, ia memakai seragam militer yang berwarna hitam pekat, sedangkan yang lain berwarna coklat. Ia duduk dengan tegap dan menatapku marah. Sepertinya ia merupakaan pemimpin disini.

Kedua orang yang mencengkram tanganku mendorongku sangat kuat hingga aku jatuh tersungkur.

Aku tersungkur di atas karpet merah lembut dengan posisi bersujud. Walaupun karpet ini lembut, tetap saja aku merasakan sakit dan panas di bagian lutut dan sikutku.

Aku mendongak menatap pria yang angkuh itu dibalik helaian rambutku yang bisa kutebak pasti sangat berantakan.

Mata coklat gelapnya menatapku tajam, aku tak ingin terlihat lemah. Dengan kasar kusibak rambutku kebelakang, lalu menatap pria dihadapanku nyalang.

Ia seperti terkejut dengan sesuatu. Aku tidak memperdulikan hal itu. Dari raut mukanya, sepertinya ia kebingungan.

"Siapa kau!!!" Aku bertanya namun lebih tepatnya aku berteriak menuntut penjelasan akan ini semua.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CHANGE THE FUTURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang