Destiny. (ENDING)

9.3K 506 47
                                    

Audrey pov

Sungguh tak pernah terbayangkan aku bisa melihat laki-laki ini lagi, laki-laki yang selalu menggagalkan rencana move on-ku. Haha.

Dia tersenyum, "Jadi apa kabar?"

Aku masih tak percaya bisa bertemu dengannya lagi, "Ya seperti yang lo lihat."

"Lo benci gue drey?"tanyanya dengan hati-hati

Aku menghela nafas, "Ya, pada awalnya gue sangat amat membenci lo. Lo nyatain perasaan lo tapi akhirnya lo pergi juga ninggalin. Gue sangat terpuruk rev waktu itu. Sampai ada yang membuat gue bisa tersenyum kembali."

Dia menunduk, "Selamat drey."

Aku mengernyit bingung, "Buat apa rev?"

Revan bangkit dari kursi taman, "Selamat lo berhasil move on dari gue."ucapnya sambil berjalan menjauh.

Aku ternganga sampai menahan air mata, kamu orang terbego yang aku kenal rev.

Apa mataku tidak menampakkan kerinduan? Apa mataku tidak menampakkan bahwa aku sangat terpuruk tanpanya? tidakkah dia melihat kebenaran disana? Revan, kamu salah. Aku bahkan tidak bisa move on dari kamu. Pikiranku selalu terbesit bayangan tentangmu

Revan, kamu salah paham.

***

Aku menghirup kopi panas yang tersedia dimeja ku ini. Pukul 22.45. sangat larut malam. Aku memikirkan Revan, bahkan aku seperti orang idiot yang sudah meminum kopi 3 gelas. Bego. Aku seharian hanya memakan roti itupun bareng ka Ferdy sewaktu pagi.

Aku hanya terpaku ke arah pintu café, berharap Revan datang. Walau ku tahu jawabannya Revan mana mungkin datang. Aku mengirimkan sebuah pesan ke Nico

[line]

Audrey: nic, jemput gue dicafe sugar black.

Tak menunggu lama Nico membalas.

Nico: Audrey! Lo ngapain disitu sampai jam segini?

Ini gue otw jemput lo. Lo jangan kemana-mana

Audrey: okay.

Aku tersenyum pahit. Pikiranku kacau. Seperti kataku sebelumnya, Revan adalah orang yang bisa membuat orang sedih dan senang dalam bersamaan. Senang ketika bertemunya lagi, sedih ketika dia tidak tahu apa yang terjadi.

Terlihatlah seorang laki-laki tinggi mendatangiku, "Drey, are you okay?"

Aku mengangguk lesu, "Bawa gue pulang ke apartement gue nic."

Nico segera merangkulku dan membawaku ke dalam mobilnya.

***

Cahaya matahari berusaha masuk ke dalam kamarku, aku segera bangun dan menghampiri ka Ferdy di meja makan.

"Hai ka."ucapku sambil tersenyum

"Duduk! Jelasin ke gue lo kenapa? Lo hampir gue bawa ke rumah sakit tau ga, papi dan mami marahin gue habis-habisan dek."omelnya. 'Dek' kata yang diucapkan saat dia lagi marah.

Akupun segera duduk, "Gue ketemu dia lagi ka."

Ka Ferdy membulatkan matanya, "Serius lo?"

Aku mengangguk, "Tapi dia salah paham, dia mengira gue udah move dari dia. Padahal kan lo tahu setiap hari gue galauin dia."

Ka Ferdy menatapku khawatir, "Itu sebabnya lo gak makan seharian dan minum 3 gelas kopi?"

"Gue makan roti kok."elakku

Can I Move On?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang