Bab 8

66 7 0
                                    

Terdengar suara mobil memasuki garasi, ku lihat dari jendela kamarku, dan ternyata benar itu adalah Carson. Dia sudah pulang, ku lirik ke arah jam dinding, sekarang pukul 9:12 malam.

Tak lama kemudian terdengar suara Ibunya Carson dengan nada yang sangat panik. Aku mencoba mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Lama-lama suara itu lenyap habis, tak lama terdengar suara langkah kaki menaiki tangga, aku yakin itu adalah Carson. Aku keluar dari kamarku dan mendapati Carson di pangkal anak tangga, aku pun menghampirinya, ku lihat wajahnya sedikit memar, sisi mata sebelah kanannya membengkak, dan di bagian pinggir bibirnya sedikit berdarah. Ia hanya menundukkan kepalanya dan melangkah pelan.

"Lo kenapa?" Tanyaku, dan ia berhenti lalu melirik ke arahku sebentar, dan lanjut berjalan menuju kamarnya. Ia memasuki kamarnya lalu membanting pintu kamarnya keras-keras. Aku pun sedikit terkejut karena suarnya yang keras.

***

Aku sudah ada di lokerku. Saat sedang mencoba mengunci lokerku, tiba-tiba tanganku ditarik oleh Jessie yang membuat kuncinya jatuh ke lantai. Aku pun mendesis kesal, dan membalikan tubuhku lagi, lalu menundukkan tubuhku untuk mengambil kuncinya dan langsung ku simpan di tasku.

Lalu Jessie mengajak ku jalan ke kelas, dan ia mulai bicara, "Ness, lo tau ngga sih?" Tanyanya dengan nada yang histeris. Aku hanya mengangkat bahuku menandakan aku tidak tau. "Tadi malem Carson berantem sama Finn" lanjutnya yang sedikit membisik. Aku kaget mendengarnya, dan ingin tau lebih banyak lagi. "Kenapa?" Tanyaku penasaran. Sambil jalan Jessie menceritakannya.

"Jadi tuh.." Ia memulai.

Flashback on

Saat sedang tanding, Carson dan Finn memang bermain biasa. Lalu salah satu tim dari Finn ingin memasukan bola ke ranjang basket dan Carson pun menghalanginya, ia menyikut lawannya lalu ia terjatuh dan cidera. Carson terlihat biasa saja, ia kira itu tidak separah apa yang ia kira. Finn pun tidak terima temannya cidera, Finn kira Carson bermain curang, karena sudah dari awal perjanjian tidak bermain kasar. Padahal Carson tidak sengaja, benar-benar tidak sengaja.

Carson sudah mencoba menjelaskan bahwa ia tidak sengaja, tetapi tetap saja Finn tidak terima, lalu ia meninju pipi kiri Carson. Carson benar-benar terlihat marah, lalu ia meninju balik pipi Finn. Dan dari situ dimulai perkelahian. Lapangan yang semula tegang karena pertandingan sekarang terasa lebih panas karena perkelahian. Yang lain mencoba memisahkan dua orang bodoh yang sedang berkelahi itu.

Entah kenapa Finn seperti itu, ia bukanlah tipe cowo yang suka memulai keributan, tetapi untuk malam ini ia berbeda, benar-benar berbeda. Mungkin ada yang salah dengannya hari ini.

Dan Carson, ia memang suka membuat keributan. Mungkin ia senang saat berkelahi saat itu, ia benar-benar tipe lelaki yang senang membuat keributan. Usianya saja yang tua, tetapi tingkahnya masih seperti anak-anak.

Flashback off

"Oh pantesan tadi malem mukanya memar" kataku, setelah Jessie selesai bercerita.

Kita sudah sampai di kelas, tetapi Jessie tetap lanjut bercerita. "Nah yang anehnya Finn yang mulai semuanya. Finn kan termasuk tipe cowo yang kalem" aku mengangguk mengerti.

"Oiya" lanjutku sedikit histeris, Jessie yang sedang duduk di kursinya mendangak kearah ku dengan pandangan yang penuh dengan pertanyaan. Tiba-tiba bel masuk berdering.

Lalu aku langsung duduk di kursiku, aku pun berbalik badan dan berkata kepada Jessie, "nanti kita lanjut lagi" bisikku.

Akhirnya bel istirahat berbunyi. Hari ini Sarah tidak masuk, sakit katanya. Entah sakit apa?

Aku dan Jessie jalan menuju kantin, tidak seperti biasa, hari ini kantin sepi, hanya ada beberapa anak saja yang di kantin. Aku dan Jessie pun duduk di kursi biasa kami.

"Tadi mau ngomong apa?" Cetus Jessie.

"Oiya, kemaren gue diem-diem liat Finn di lapangan basket" lanjutku.

"Terus kenapa?" Tanya Jessie dengan nada datar.

"Kemaren gue kan pulang telat, terus gue ke lapangan basket aja, kan sepi tuh. Eh terus tiba-tiba Finn ada disitu, dia lagi main basket gitu, terus tiba-tiba dia teriak ga jelas, mukanya frustasi gitu. Kenapa ya?" Lanjutku bercerita. Jessie terlihat seperti sedang berfikir.

"Dia kenapa ya? Apa dia abis putus?" Lanjutku bertanya.

"Putus? Selama yang gue tau, dia cuma punya satu mantan, waktu dia masih di sma. Dan seterusnya gue gatau." Kata Jessie sedikit bingung.

"Satu??" Tanyaku sedikit terkejut.

"Iya." Ucap Jessie datar sambil mengangguk.

"Hmm.. Udahlah, pengen tau aja" lanjut Jessie dan melanjutkan kegiatan makannya.

Setelah itu Jessie pergi meninggalkanku di meja kantin, ia ingin menjumpai teman-temannya katanya.

Setelah Jessie pergi, kantin ini mulai terasa sepi, hanya beberapa anak yang tinggal di kantin. Tak lama kemudian, Carson datang dan duduk dihadapanku. Aku terkejut karena kedatangannya. Entah kenapa setiap didekatnya jantungku terasa berdegup lebih kencang daripada biasanya. Aku tidak mengerti kenapa seperti ini.

Ia hanya diam dan tidak menatapku. Karena itu aku beranjak dari kursiku, berniat untuk meninggalkan manusia ini. Dan lagi, ia menarik lenganku, yang membuatku jatuh terduduk lagi. "Disini dulu" ujarnya datar.

"Kenapa sih lo kalo ada gua kayanya buru-buru mau pergi mulu?" Tanyanya menatapku. Dan kali ini ia menatapku, dia itu kenapa sih hari ini?

"Luka lo udah ga kenapa-kenapa?" Tanyaku, mengalihkan pertanyaanya.

"Liat aja sendiri" ucapnya sambil meminum jus jeruk milikku.

"Lo ga mau nanya gue luka karna apa?" Lanjutnya bertanya.

Aku mengangguk, "udah tau. Berantem kan?" Ucapku.

Dia mengangguk dan menatapku lalu mengalihkan pandangnya lagi. Walaupun ia menatapku, tetapi ia tidak pernah mau melihat ke mataku.

"Udah ya, gue pergi?" Kataku dengan nada yang ragu-ragu, lalu beranjak dari kursiku. Ia pun mengangguk, dan akhirnya aku pergi meninggalkannya.

Setelah keluar kantin, aku berjalan menuju perpustakaan. Sesampainya aku langsung membalikkan buku yang pernah aku pinjam. Setelah itu aku duduk di kursi yang kosong dan mulai membaca buku. Saat sedang asyik membaca, aku melihat Finn berada di lorong buku arah barat, ia sedang asyik bermain dengan kameranya. Terlihat jelas, ia memotret semua isi perpustakaan ini.

Aku pun mengambil sketch book-ku, lalu membuka gambarku yang kemarin, lalu aku meneruskan gambarku, aku selalu senang saat sedang menggambar wajahnya yang tampan.

Tiba-tiba saat sedang asyik dengan pensil dan buku ku, seseorang berdiri di belakangku, dan terdengar suara decitan kamera. Aku terkejut, dan langsung menutup buku gambarku, lalu aku melirik ke sumber suara. Ia tersenyum padaku, lalu ia duduk dihadapan ku, ya, itu adalah Finn. "Gambar yang bagus" ujarnya, sambil tersenyum.

Aku sangat terkejut, jantungku mulai berdetak lebih keras, daerah telapak tangan dan kaki mulai basah. Wajahku terasa panas, aku tidak berani menatap wajahnya. Aku mulai berfikir, apakah ia menyadari bahwa gambar ini adalah dia?

"Sketsa gambar lo bagus, ya." Ia tersenyum padaku, "gue Finn" ujarnya dan mengajukan tangannya padaku. Dengan ragu, aku membalasnya dan tersenyum tipis, "umm, Nessya"

"Lo dari kelas sastra?" Tanyanya.

Aku menggeleng, "bukan, aku, eh gue, gue dari kelas multimedia." Ujarku gugup.

"Multimedia? Tapi lo bisa gambar sketsa wajah gitu, kan biasanya anak multimedia gambarnya di komputer" ucapnya sambil mengangguk.

Aku hanya tersenyum malu. Seketika kita hanya terdiam, tidak berbicara apapun. Akhirnya ia beranjak dari kursinya, "yaudah ya, gue cabut!" Ujarnya dan meninggalkanku. Aku merasa lega setelah ia pergi. Tapi syukurlah ia tidak mengenali wajah yang ku gambar.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AupairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang