Dikau dan Aku

54 0 2
                                    

Note:
Ini sepertinya yang paling pendek di 'Mulai Melangkah'. Tapi bolehlah dirasakan dan diresapi kegalauan saya. Biar saya ada temen buat berbagi rasa.. etdah..
Buat mbak maghfiraul, mbak catlady_1999, mbak Crowdstroia dan dua bersaudara SairaAkira terima kasih sudah menginspirasi saya, dan memotivasi saya dalam menulis meski secara tidak langsung.

Pada dua bola matamu terbias cahaya layar sentuh. Warnanya hanya hitam sedikit putih kadang abu-abu.
Dari dekat kau tampak cantik meski dengan rambut tergulung kucir dan pakaian daster rumahan.
Aku menahan napas tanpa uap. Menantang intuisimu yang tajam akan kehadiranku.
Malam ini aku ingin kau tak tahu di mana aku. Meski besar kemungkinan sebaliknya.

Kau menelpon seseorang.

Suaramu tersendat-sendat, "iya, aku berusaha diam ... dan kuat."
Aku rasa penerima telpon itu sahabatmu yang biasanya kau kunjungi tiap pagi sebelum pelajaran pertama dimulai. Katamu dia pendengar curhat yang baik.
Kemudian setelah kau seolah-olah setuju dengan perkataannya dengan mengangguk, kau menutup sambungan telepon.
Hujan amat deras, aku menembusnya dalam sunyi sebelum kemari hingga kini makin sunyi.
Suara rintik-rintik makin sering dan terdengar keras. Hanya itu saja bedanya.

Kau kemudian mengetikkan sesuatu di ponselmu.
Aku mendekatkan diri lagi padamu. Kepalaku hampir menyentuh pelipis kirimu.
Hampir karena aku tak ingin kita bersentuhan. Lagi-lagi intuisimu yang keterlaluan peka menjadi alasan.
Kau menuliskan sesuatu. Kalimat panjang-panjang tanpa kata jelas namun memiliki arti khusus bagimu.
Aku mengenalmu sebagai penulis. Bagian dari dirimu yang terpisah dari dunia nyata. Bakat terpendam milikmu yang berbuah buku kolaborasi penulis muda se-SMA kita. Kala aku membacanya dahulu aku mengatakan padamu bahwa aku tidak suka puisi, tetapi diam-diam aku meresapi bait yang kau tulis rapi.
Aku tahu segala kata yang kau tulis berkisar antara dikau dan aku.
Anak rambutmu jatuh ke dahi saat kau menunduk, mencermati bagian-bagian yang kau ketik.
Entah karena dorongan apa aku memegangnya. Menjauhkannya dari dahi lebarmu.

Tiba-tiba kau menghentikan kegiatanmu.

Kau melirikku.

Seolah-olah begitu.

Aku hanya yakin kau tak tahu aku karena kau bukan tipe manusia spesial.
Engkau menatap dinding di belakangku, kosong tanpa hiasan seperti jenis tatapanmu.
Lalu perlahan air matamu menitik. Malang, ponselmu kau jatuhkan begitu saja.

Aku tahu hal tak beres terjadi.
Aku tahu kehadiranku kau sadari.
Selama ini kau diam tetapi hatimu tak mau mengingkari.
Lamat-lamat kau panggil namaku..
"Al.."
"Al.."
Dan seterusnya seperti itu berulang-ulang hingga aku jenuh.

"Aku tahu kamu di sini, Al!"
Teriakanmu diadu suara gemuruh petir. Ini bukan jenuh. Malah membuat dadaku sesak nan penuh.
Pelan aku menangis tanpa suara dan airmata.
Hatiku teriris hasrat dan rindu nyata.
Namun apa daya raga dan jiwaku tak lagi bersama.

Hujan membiaskan bayanganku,
hujan membawaku padamu,
hujan menjauhkanku darimu.


 

Mulai MelangkahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang