Rumahku..

102 1 0
                                    

"Kau boleh lewat 'rumahmu'. Yang penting kau tak boleh bertemu mereka." 

Aku tersenyum pada kata-katanya waktu itu..

Dadaku berdebar kencang ketika kulihat pagar rumahku terlewati. Senyumku terkembang sempurna lalu taksi yang membawa kami segera 'melarikan' kami dari sana.

Hanya gara-gara penyakitku..

Begini, setelah konser itu aku diajak Soon Hee pergi ke sebuah tempat. Setidaknya selama masih di Indonesia aku harus melepas kepenatan, katanya. Penerbangan terpagi menuju Bandara Juanda kami tempuh. Sesampainya di sana, kami naik sebuah taksi.

"Can you lead us to this address?"  Perintahnya kepada si supir taksi.

Setelah melihat sepucuk kertas yang disodori Soon Hee untuknya, ia menjawab "Yes, miss" 

Selama diperjalanan, Soon Hee dapat mencairkan suasana. Ia dengan awkwardnya mengajakku mengobrol. Aku yang diberinya kesempatanpun dengan senang hati berbalas kata dengannya. Hingga tanpa kusadari kami sampai di tempat tujuan.

Mataku memanas..

Ia mengajakku ke rumah ayah.. 

Aku jongkok kemudian, hanya ingin menenangkan jantungku yang sakit. Haha, resiko yang harus ditanggung untuk 'pasien' program aneh Professor memang lucu sekali. Sakit jantung! Dan yang lebih lucu lagi adalah kambuh disaat kami merasa sedih. Tak ada alasan khusus, sih. Namun, tentu saja. Rasa sakit yang kuhadapi malah berujung pada kegelapan.. 

Sesaat kemudian saat itu aku berada di Rumah Sakit, aku diinfus lalu ditransfusi darah. Dokter yang menanganiku waktu itu sempat mengobrol denganku, 

"You're still young, miss. But you have such a complicated disease" 

"Terima Kasih, dok. Teman saya itu memang Bule Cina, tapi saya bisa Bahasa Indonesia. Jadi lebih baik dokter cerita yang lebih rinci kepada saya sekarang" 

"O-oh, maaf. Saya pikir kalian berdua tadi adalah anggota GirlBand yang lagi digandrungi anak saya itu. ORION namanya, haha. Jadi, inti permasalahannya adalah.. pembuluh aorta jantung anda mengalami penyumbatan akibat zat kapur. Anda harus operasi sebenarnya" 

"Bagus" 

"Mengapa anda berkata bagus?" 

"Saya bisa operasi di Seoul. Masih ada urusan yang harus.. selesai" 

"Tapi, pastikan secepatnya sebelum anda menerima akibat lebih. Saya menyarankan anda untuk operasi setibanya anda di Seoul" 

"Ya dok, tenang saja. Saya masih ingin hidup" 

"Anda sudah saya buatkan resep yang harus diminum secara teratur. Ah, satu hal lagi! Tolong jangan terlalu sibuk bekerja karena itu akan memberatkan kerja jantung anda" 

"Dok, untuk hal yang terakhir saya tidak janji, deh. Saya punya jadwal latihan dan manggung yang cukup padat." 

"Sebentar-sebentar, profesi anda itu apa sih?" 

"Nanti kalau saya sudah ambil resep, akan saya beritahu. Terima kasih, dok" 

Dokter itu hanya melongo melihatku yang saat itu keluar dari ruangan dengan infus yang masih menempel di lengan kananku. Soon Hee yang sedari tadi menungguku kemudian mendampingiku menuju ke apotek untuk mengambil obat lalu dengan sabar seorang perawat tua melepaskan infusku lalu kami berdua pergi dengan naik taksi..

Berbeda dengan saat kami berangkat dari Bandara Juanda, Soon Hee dan aku hanya mengucapkan beberapa patah kata ketika kami berada di dalam taksi. Ia hanya memintaku menyiapkan diri saja. Terutama mental karena mempengaruhi jantungku. Dia juga memintaku untuk tidak kecewa karena aku tak boleh menemui 'keluargaku'. Kalau orang biasa yang berada di posisiku, pastilah tidak akan kuat. Kata-kata Soon Hee singkat namun jelas 'ketajamannya'. 

Bayangan rumah besar dengan kehangatannya pudar sudah.. 

Kini yang kulihat hanya rumah-rumah lain..

Dan kehidupanku saat ini ada di depan mata..

Mulai MelangkahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang