Some Guilty (Beberapa Penyesalan)

47 1 0
                                    

        Persiapan sudah clear untuk besok. Acara yang diadakan setahun sekali ketika kau di suatu jenjang sekolah. Study Tour! Aku cukup bahagia dengan adanya sahabatku Wilma yang se-Bus denganku. Mengapa aku menyebut kata ‘cukup’? Aku tak bersyukur dengan keadaan? Ya! Memang begitu. Tepatnya aku cukup ketiban sial karena aku juga se-Bus dengan kekasihku.. Ehm, terserah kepada siapapun yang menganggapku dan dia demikian. Dia yang sangat perhatian denganku mendapatkan balasan yang tak setimpal. Aku cuek bebek padanya. Sejak awal hubungan hingga saat ini. Dan rencananya aku hendak memutuskannya (karena aku tak begitu mencintainya) namun aku tak tega.

                Wilma memperparah keadaan dengan memilih pindah ke tempat duduk pacarnya. Well, selama aku masih aman (tidak terganggu keramaian), aku tak akan mengeluh. Lagipula Wilma masih terhitung baik dengan meminta ijin padaku terlebih dahulu. Oh, setidaknya aku sudah berkata ya, jadi tak perlulah aku menyesali..

                Dan ini semakin menjadi-jadi ketika yang baru saja kusebut-sebut panjang umur. Alias muncul, di depan mata pula!

                “Boleh duduk di sebelahmu?” Suaranya memecah keadaan sepi di Bus. Aku refleks menoleh ke arah kiriku. Terlihat dia mengenakan kemeja abu-abu favoritnya yang membuatnya tampak santai. Maklumlah, selama ini aku melihatnya hanya ketika aku di sekolah saja. Dan aku jarang sekelompok dengannya yang membuatku otomatis jarang pula melihatnya dalam balutan busana santai. Cukup mengesankan dan rapi.

               “Boleh?” Tanyanya lagi, menyadarkanku dari pemikiran-pemikiranku sendiri yang mulai bertebaran di atas kepalaku. Berlebihan memang namun jujur, aku terkesan! Anggukan kepalaku sebagai jawaban segera membuatnya duduk di sebelahku. Aku menetap ke luar jendela. Sebelum aku merasakan pundakku tiba-tiba terasa lebih berat. Oh, dia tertidur rupanya..

                “Ehm,” gumamannya dalam tidur terdengar. Kugerakkan telapak tangan kananku di depan wajahnya, sudah tidur rupanya..

                Aku tanpa sadar menatapnya dalam-dalam.

                Kami memasuki Bus dengan pasangan duduk yang sama seperti awal keberangkatan menuju lokasi. Aku belum akan memberi tahu tujuan wisata kami. Ehm, begini saja.. Sekedar untuk bocoran ya, aku ingin mengakhiri hubunganku dengan Dami. Ini cukup mengejutkan mungkin buatmu yang mulai menganggap ceritaku seperti teenlit. Aku hendak memutuskan hubungan namun tiba-tiba mulai menyukai pasanganku lagi dan berakhir bahagia. Aku jamin ini tak akan berakhir seperti apa yang kalian duga. Aku akan memutuskannya saja. Mungkin nanti. Ketika nanti kami menuju suatu tempat wisata yang sekiranya bersuasana tenang atau sunyi mungkin?

                Tour guide kami menceritakan sejarah tempat-tempat yang kami lewati di perjalanan. Masa bodoh saja kalau sang guide berkoar-koar, aku pernah kemari dan hidup di kota ini! Aku tak begitu memedulikan keadaan hingga Wilma telah berpindah tempat duduk lagi tanpa sepengetahuanku. Jadi, aku lebih memilih melihat-lihat kondisi jalanan lewat jendela di samping. Ramai namun tak padat karena ada konstruksi jalan.

                “Boleh duduk di sini?” Oh, suara itu lagi. Mengapa intonasi suaramu seperti refrain lagu? Berulang-ulang dan seolah memberiku peringatan. Entahlah, aku tak tahu tentang apa. Tatapan mata kami bertemu pada suatu detik. Hingga aku menemukan kembali suaraku. Aku hanya menjawab ‘ya’ dengan suara selirih mungkin. Oh, aneh sekali!

                Kursi di sampingku serta kemeja kotak-kotak hitam putihnya yang berdekatan cukup membuatku merinding. Dia memang bukan setan atau makhluk-makhluk macam astral itu. Tetapi, dalam kasusku kali ini.. Aku merasakan hawa tidak enak pada dirinya. Mungkin jiwanya sedang resah?

Mulai MelangkahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang