Bab 5 Ice Girl

154 11 0
                                    

Ready ?
Action...
*abaikan
----------------------------------------------------------------
Dean Pov

Pagi.
Waktu cepat sekali berlalu, iyakan ? Sekarang sudah pagi lagi, dan aku harus bergegas ke sekolah.
Seperti biasa aku menumpangi bus untuk ke sekolah. Sekolah memang menyediakan bus sekolah untuk siswa-siswa yang tidak menggunakan kendaraan pribadi untuk ke sekolah. Yah, kalian harus tahu sekolah tempatku belajar adalah sekolah yang elit, jadi fasilitas yang disediakan pun sangat sangat lengkap.

Bus sampai di sekolah. Aku turun dan berjalan melewati gerbang. Dan seperti biasa, para gadis heboh menyapaku. Aku hanya menjawab seadanya dan terus berjalan. Ingatkan kalau aku ini nerd ? Jadi sebisa mungkin aku harus menghindari mereka yang hanya tergila-gila pada wajah malaikatku. *ini narsis :)
Aku lebih suka sendiri.

Aku hanya menatap barang-barang yang ada di bangkuku. Kalian tahu apa yang aku maksud ? Iya. Itu hadiah. Sepagi ini aku sudah dibanjiri hadiah, ahh bukan aku tapi meja belajarku yang kena banjir. Aku hanya mendesah pelan. Bukannya tidak senang dengan pemberian mereka, hanya saja ini sudah berlebihan. Setiap hari selalu saja ada hadiah dan itu bukan dari satu atau dua orang, tapi lebih kurasa hampir seluruh siswi di sekolah ini yang memberiku. Coba bayangkan ! Membawa banyak hadiah dari sekolah pulang ke rumah, itu sangat merepotkan.

Setelah merapikan meja dan kursiku, menyimpan tas, aku berjalan keluar kelas. Koridor yang kulewati menuju ruang guru sekarang agak sepi. Yeah, mungkin siswa lain malas bertatap muka dengan guru maka dari itu koridor ini selalu saja sepi.

Aku hampir sampai di ruang guru saat mataku menangkap sosok Celine yang baru saja keluar dari ruang guru. Dia berjalan ke arahku. Mendekat. Semakin dekat. Oh.. Apa yang harus aku lakukan ? Menyapanya ?

Dengan ragu-ragu, "Good morning" Aku menyapanya.
Tidak ada tanggapan, dia tetap saja berjalan melewatiku. Tapi tadi dia sempat melihatku, hanya sebentar. Kemudian kembali menatap lurus ke depan. "Stupid boy" Rutukku pelan.

"Good morning" Oh.. Itu ? Aku berbalik untuk melihat Celine. Dia berhenti. Tadi dia hanya jalan seperti tak menganggapku ada di hadapannya, sekarang dia berhenti berjalan. Hanya saja dia tidak berbalik menatapku, dia memunggungiku.

"Ehm.. Apa kau membalas sapaanku ?" Tanyaku ragu-ragu. Dia tidak menjawab. Dia kembali melanjutkan langkahnya. Karena tidak mendapat jawaban, aku melanjutkan perjalananku ke ruang guru.

Baru saja aku berbalik samar-samar aku mendengar suara, "Good morning too." Aku kembali melihat Celine. Dia tidak berhenti, dia tetap berjalan sudah agak jauh dariku. Aku mengedarkan pandangan ke sekelilingku, tidak ada orang di sekitar sini kecuali aku dan Celine. Aku membenarkan letak kacamataku, "kurasa dia yang bicara." pikirku. Aku tersenyum.
--------------------------------------------------------------
Bel istirahat berbunyi.

Syukurlah waktu belajar sudah selesai, aku tidak bisa berkonsentrasi tadi. Aku masih penasaran dengan kejadian di koridor tadi pagi. 'Apa benar Celine membalas sapaanku?' 'Apa aku tidak salah dengar' itulah yang kupikirkan. Untung saja Mr. Ron tidak memberi kami test dadakan, kalau sampai itu terjadi...aku pasti bisa menjawabnya. *yeah peace :* hahaha bercanda.

"Ku rasa tidak mungkin dia membalasnya. Aku yang salah dengar." Aku seperti orang aneh berbicara sendiri.
"Salah dengar ?" Aku terkejut. Itu Luna yang datang ke kelasku.

"Ahh.. tidak ada." Balasku gugup.

Dia hanya mengangguk. "Kalau begitu ayo kita ke kantin, aku sudah lapar." Ajaknya.

"Maaf, aku tidak lapar." Balasku. Aku tidak menatap lawan bicaraku.

"Kau selalu saja seperti ini. Kapan kau akan mau makan denganku ?" Kurasa Luna kecewa. Yah, dia memang selalu kecewa denganku. Aku hanya ingin sendiri, tidak suka ada yang mendekat padaku.

"Maafkan aku." Ucapku beranjak dari tempat dudukku keluar kelas menuju perpustakaan.

"Dean..." Dia memanggilku. Aku hanya berlalu tak memperdulikan.

Kalian harus tahu, aku tak ingin berdekatan dengan Luna itu. Dia itu orang yang sangat sangat menakutkan bagiku.

Saat berjalan menuju perpustakaan, aku melihat Celine lagi. Dia membawa tumpukan buku pelajaran. Orang-orang di sekitarnya tidak mempedulikan dirinya yang kesusahan dengan buku pelajaran itu.

Brakk...

Dia terjatuh. Iya, Celine terjatuh setelah ada salah satu siswa mengganjal kakinya. Lagi-lagi dia dibully. Tapi dia sangat tenang, dia hanya memasang ekspresi datarnya. Seakan-akan tidak ada yang terjadi, terjatuh karena kesalahannya sendiri dan bukan karena orang lain. Dia mengumpulkan buku-buku itu. Aku berniat membantunya, tapi...

"Upss.. Apa aku baru saja menginjak sesuatu ?" Itu gadis yang membuat Celine terjatuh. Dia menginjak telapak tangan Celine yang sibuk mengumpulkan buku.

Celine tidak menanggapi gadis itu, tangannya masih setia berada di bawah gadis itu tanpa ekspresi kesakitan sama sekali. "Kurasa tidak. Iyakan ?" Tanya gadis itu lagi pada teman-teman gerombolannya.

Celine masih diam. Karena tidak mendapat tanggapan Celine, gadis itu makin menguatkan pijakannya pada tangan Celine dan itu sukses membuat Celine meringis. Walau pelan aku bisa melihatnya dia merasa sakit. Aku hanya bisa diam di tempatku sekarang tidak bisa berbuat apa-apa. Setelah gadis dan gerombolannya itu pergi, ku dengar Celine menghela nafas. Dia menatapku, hanya sebentar kemudian fkus lagi pada bukunya.

Aku tidak mengerti, kenapa dia tidak melawan padahal dia punya kekuatan untuk itu. Celine berubah. Dia adalah dulu gadis yang sangat ceria, bersahabat, walaupun dia tidak dekat denganku. Dia satu-satunya gadis yang tidak tergila-gila dengan ketampananku. Dan sekarang dia menjadi Celine yang dingin, tanpa ekspresi dan senyum. Aku tahu itu, karena selalu memperhatikannya. Dia adalah gadis yang sangat menonjol di antara gadis yang ada di sekolah ini, apalagi setelah dia menjadi korban bully.

Setelah berhasil mengumpulkan buku-buku itu, dia kembali berjalan menuju perpustakaan. Baru berapa langkah, buku yang dipegangnya kembali terjatuh. Dia mengibas-ibaskan tangannya, kurasa dia merasakan sakit. Aku berjalan mendekatinya untuk membantunya. Dia melihat ke arahku.

"Jangan mendekat." Itu kata Celine. Sangat tegas aku bahkan sampai terkejut karena dia mengatakannya secara tiba-tiba. Aku berhenti, bingung ingin berbuat apa.

Setelah berkata seperti itu, dengan cepat dia mengumpulkan buku-bukunya kembali. Dia tidak memperdulikan tangannya yang terluka. Dan cepat berjalan menjauhiku. Aku hanya menatap punggungnya dengan perasaan, entahlah aku bingung mau menjelaskan bagaimana.

"Dia benar-benar dingin seperti es." Gumamku. Ice Girl itulah yang terlintas dipikiranku.

------------------------------------------------------------------

hai...

Aku minta Vote sama Commentnya yah readers...

02 April 2016

yuni_jr26

The Victim Of BullyingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang