1 : Plaster

1K 111 6
                                    

Gadis dengan id card 'Kim Jisoo' itu mendudukan bokongnya dikursi, tepat dimana tempat ia biasa menuntut ilmu. Meja ketiga didekat kaca. Tempat yang sangat strategis untuknya.

"Jisoo."

Jisoo menolehkan kepalanya keasal suara, ketika didapati sang empunya tersenyum, dan Jisoo balas tersenyum. Tipe-tipe senyum palsu yang selalu dipasangnya.

"Hai."

Dan ...

"Hai."

Ya, hanya sebatas itulah percakapan mereka akhir-akhir ini.

'Hai' dibalas 'Hai'

Dan ...

Senyum dibalas senyum.

Dan setelahnya cowok itu pergi, cowok dengan mata hitamnya yang berhasil membuat Jisoo terbelenggu, rambut acak-acakkannya yang selalu Jisoo sisiri menggunakan jarinya. Dan dada itu, dada bidang yang selalu menjadi senderan Jisoo, senderan ketika ia menangis dan menumpahkan segalanya, sampai-sampai cowok itu tahu kehidupannya.

Namun, semuanya hilang, semuanya yang Jisoo kira 'miliknya' itu hilang, pergi namun masih dekat, dan dekat namun tak memiliki.

Semacam ingin bersatu namun tak bisa.

Semacam ingin meminta tapi tak diberi.

Semacam berjuang namun tak dihargai.

"Jisoo! Andrew Garfield ganteng banget!"

Yha, sioneng kemana aja? masa baru nyadar akang spiderman ganteng?

"Lo kemana aja cantik?"

Nayoung terlihat berfikir, astajim lemot amat punya temen. "Ke---perpus?."

Gue menepuk jidat gue sendiri. Ya Allah apa salah Jisoo sehingga diberi cobaan seperti ini. Hiks hiks.

"Terserah lo."

"Kok seterah gue sih?."

Tuh kan Nayoung udah mulai sewot, padahal yang salah dia. Kenapa gue yang terani.ya.ya?

Tanpa menjawab pertanyaan Nayoung, gue bangkit dan melenggang pergi.

Ya abis gimana ya, kalau gue masih ngejawab siNayoung nanti bisa-bisa gue emosi. Terus dikepala gue keluar asap.

Engga deng, berasa alay banget gue. Yaudahlah ya kan yang alay gue.

Berhubung cacing diperut gue udah ngedemo, gue mau caw ke kantin beli roti---- atau apalah yang mengenyangkan perut gue.

Dejα vu | k. jisooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang