||||
"Aku. mencintainya. Mom"
Aku merasakan napasku tercekat setelah mendengar penjelasannya, aku sungguh tak percaya.
'Tuhan jika ini mimpi tolong kau jangan pernah bangunkanku lagi tetapi jika ini nyata aku ingin seperti ini selamanya'
Setelah insiden dimana Vincent berkata bahwa ia mencintaiku aku tau sepertinya ia berbohong ia tak mungkin mencintaiku yang selalu diperlakukan buruk olehnya tetapi untuk apa ia berbohong seperti itu dihadapan kedua orang tuanya aku tak mengerti.
"Hei.. kau melamun? "ucap seseorang yang mengagetkan ku dari belakang, aku pun menolehkan kepala ku menghadap seseorang tersebut ternyata ia adalah adiknya Vincent walau sudah pernah mendengar ia berbicara bahasa Indonesia tetapi aku masih sedikit merasa aneh.
"Hei? hallo? "aku pun tersadar dari pikiranku saat dia mengibaskan tangannya di wajah ku.
"Ha. hallo"aku menjawab dengan nada yang menyiratkan ketakutan entahlah aku hanya merasa sedikit takut tetapi kulihat ia tersenyum dengan sangat manis kepada ku berbeda sekali dengan kakaknya.
"Tak usah merasa takut ataupun sungkan terhadap ku. hufft... "aku pun mengalihkan pandangan ku dari hamparan kebun bunga ke arahnya saat ku dengar ia menghela napas.
"Hidup sungguh membosankan bukan? hufft... aku sebenarnya ingin sekali bebas dan menemukan seseorang yang membutuhkan ku begitu pun aku yang akan selalu membutuhkannya dan terus bersama menyayangi satu sama lain hingga maut memisahkan, tapi kita tidak bisa mengubah takdir bukan? aku cukup bersyukur aku dapat melihat orang yang aku butuhkan walau bukan milikku. lalu bagaimana denganmu? "aku cukup terkejut saat ia mengucapkan seperti itu, bukankah dia baru saja mengenalku,akan tetapi aku cepat tersadar dan menjawab.
"Entahlah... jalan hidup ku sungguh rumit untuk ditelusuri dan dijalani walau seluruh anggota keluarga ku tewas di tangan orang yang sama yang kini menjadi orang yang bearti dalam hidupku"aku pun membuang napas sejenak entah mengapa dadaku terasa sangat sesak mengingat masa lalu yang begitu mengiris hati.
"Aku ingin melakukan yang terbaik walaupun mungkin aku akan tersaki berulang kali dan menambah besar lubang aku akan terus berusaha untuk membuat takdir ku dengannya terasa manis"aku sudah tak kuat lagi akhirnya aku pun menundukkan kepalaku yah.. walau aku tak menundukkan kepala pun mungkin dia tak akan tau karena kita berdiri berdampingan di balkon.
"Kau tahu Fajar? terkadang orang yang kau anggap takdir saat ini belum tentu ia adalah takdirmu di masa depan"aku terpaksa menoleh ke sebelah kiri kearahnya saat ia mengatakan itu namun ia sama sekali tak menatap ku tetapi ia menatap hamparan kebun bunga dihadapannya dengan pandangan kosong yang menyedihkan menurutku.
"Apa kau pernah merasa gagal dalam suatu hubungan? "tanyaku akhirnya ia menoleh kearah ku tetapi hanya sesaat dan kembali melihat kearah hamparan bunga itu kembali dengan pandangan kosong.
"Tidak, aku belum pernah menjalin hubungan dengan siapa pun"ucapnya yang terasa begitu dingin.
"Lalu mengapa kau terlihat begitu sedih? "tanya ku memberanikan diri, aku tau ini bukan hak ku untuk menayakannya namun entah mengapa aku begitu penasaran kesedihan yang terlihat jelas di kedua bola matanya.
"Aku hanya merasa begitu lelah dengan hidupku yang selalu berada di balik topeng yang entah kapan lepas dari wajahku, aku tak bisa menunjukkan sosok ku sebenarnya bahkan di depan orang yang kusayangi justru aku lebih dalam masuk dan terkurung dalam topeng yang ku buat sendiri"
Setelah mendengar ceritanya yang cukup rumit dan membingungkan aku tau ia sama seperti ku kesepian.. tapi setidaknya aku masih lebih beruntung karena mempunyai semangat hidup yaitu Vincent dan calon buah hati kami berbeda dengan nya yang sudah tak mempunyai semangat untuk hidup sehingga hidup dalam sebuah kebohongan yang menyiksa.
"Kau yakin tak ada yang bisa membuka topeng mu? "
"Aku tak tahu. aku tak pernah mencobanya aku justru lebih takut pada seseorang yang dapat membuka keseluruhan topeng yang berada bertahun-tahun diwajah ku ini"
"Mengapa takut? "
"Karena, jika ada yang bisa membuka topeng ini aku takut aku jatuh terlalu dalam dan merasa sakit di akhir, sakit yang mungkin lebih sakit ketimbang menjadi orang lain"
"Masa depan siapa yang tahu Dakota, bahkan yang telah belajar dari pengalaman pun terkadang masih jatuh pada lubang yang sama apalagi yang belum mempunyai bekal untuk esok pasti sangat meragukan untuk melangkah lebih jauh tetapi"aku menjeda ucapan ku dan memegang kedua tangannya.
"Jika kau tak mencoba untuk melangkah kau akan diam ditempat dan tak akan tau apa yang akan terjadi jika kau melangkah"
Setelah aku berbicara seperti itu aku pun dan dia sama-sama tersenyum mungkin ini adalah awal yang baru ya Tuhan semoga dengan ini Vincent pula dapat membuka hatinya untuk ku.
||||
"KEMANA TADI KAU PERGI HAH?! "baru saja membuka pintu kamar, Vincent sudah memarahi ku dengan pertanyaan yang seperti terkesan peduli? entahlah.. , ck kadang aku merasa sangat miris berakhir seperti ini.
"A.. aku tadi dari balkon Mas.. "ucapku sembari menunduk tak berani bertatap wajah dengannya, Tuhan bagaimana ini aku sungguh takut.
Aku melihat tangan sebelah kanan Vincent terangkat aku reflek memejamkan kedua mata ku tetapi yang ku rasakan bukan panas di pipiku tetapi sebuah kehangatan yang nyaman, Vincent memelukku.
"Kau kemana saja, aku begitu menghawatirkan mu"aku diam saja dipelukannya aku pun sama sekali tak membalas memeluknya.
"JAWAB! "aku terkejut saat ia mulai membentak ku kembali.
"Aku habis mengobrol dengan Dakota"jawabku lancar walau kentara sekali gemetar.
Setelah mendengar alasan ku Vincent melepaskan pelukannya dan berlalu ke luar kamar namun saat akan membuka pintu Vincent mengucapkan sesuatu yang membuatku terpaku.
"Tidak ada orang baik di dunia ini,berhati-hatilah"
||||
Aku masih memikirkan maksud dari perkataan Vincent sebelumnya terhadapku, sungguh aku tak mengerti di buatnya apa maksudnya mengatakan seperti itu kepada ku apakah dia peduli terhadapku tapi sepertinya tak mungkin aku sadar diriku hanyalah.. Aku pun tak mengerti arti diriku di hatinya.
Aku bisa melihat dari balkon kamar ku dan Vincent, dia sedang bersenda gurau bersama Alice Lecuise yang telah resmi menjadi tunangannya di taman belakang, mereka tampak seperti pasangan bahagia bahkan Vincent disana nampak sangat bahagia jauh berbeda saat bersamaku yang selalu terlihat seperti pschycopath.
Alice Lecuise adalah gadis cantik yang baik hati dan mempunyai senyum yang menyejukkan jauh berbeda dengan ku yang tak ada apa-apanya dengannya.
Aku dengar pernikahan mereka akan tetap dilaksanakan meski Vincent telah memiliki ku disampingnya aku hanya bisa tersenyum pahit saat mendengarnya bahkan Vincent sendiri tampak tak menolak saat ditanya kedua kali oleh orang tuanya sebetulnya ada apa dengan nya aku pun tak mengerti.
Hari pernikahan Vincent adalah akhir bulan depan sungguh cepat sekali aku akan ditinggalkan entahlah walau kata Vincent aku akan tetap menjadi 'istri'nya tetapi aku ragu akan hal itu.
'Tuhan aku berharap apapun yang terjadi kedepannya akan menghantarkan kebahagian untuk ku dan anakku kelak '
KAMU SEDANG MEMBACA
The Poor Live
Randomberlatar masa kolonial Belanda pemaksaan yang menyiksa penghianatan dan siksaan tiada henti bahkan sampai meninggalkan Dunia akan kah Fajar mampu menerima takdir hidupnya yang menyedihkan