Fajar melihat desa kecilnya dengan perasaan sedih. Saat ini dirinya dan Louis berada di dalam helikopter milik tentara Belanda yang akan membawanya pergi ke Sumatera Utara tepatnya di Kota Binjai.
Hanya ada mbok Jum yang akan menemaninya disana nanti. Vincent...
Vincent tak ada bahkan sebelum mereka lepas landas
Fajar sudah berpasrah jika memang itu keinginan Vincent. Fajar tak ingin berfikir negatif tentang suaminya namun, pikiran-pikiran jika Vincent memang sengaja membuangnya sampai sejauh ini selalu saja dalam benaknya.
Malam hari sebelum berangkat Fajar telah menyiapkan semua pakaian dan perlengkapan yang akan mereka butuhkan saat disana nantinya lalu duduk di kursi jati ruang tamu seorang diri menunggu Vincent pulang.
Jarum jam telah menunjukkan pukul dua dini hari tetapi batang hidung Vincent sama sekali tak terlihat. Fajar mulai merasa lelah dan mengantuk, saat dirinya dirasa tertidur secara tidak sadar tiba-tiba bahunya ditepuk dan nampak Werdish di depannya.
“Nyonya, kembalilah tidur di kamar”
“Vincent!”Fajar meraih pergelangan tangan Werdish, mencegahnya untuk pergi.
“Tuan Vincent tidak akan kembali ke rumah malam ini”perlahan Werdish melepaskan tangan Fajar pada pergelangannya.
“Bagaimana dengan besok? Besok mas Vincent ikut pergi kan?”
Fajar menatap Werdish dengan penuh harap namun, Werdish hanya dapat menggeleng lemah.
“Tuan Vincent tidak akan ikut bersama nyonya dan tuan muda pergi”
“Bohong kamu Werdish!”
Fajar segera berlari keluar rumah. Dapat dilihatnya hanya kegelapan malam yang ada di hadapannya. Sejauh matanya memandang Vincent sama sekali tidak terlihat.
Apa maksudnya ini? Apa maksud semua ini?!
“Mas! Mas Vincent!”
“Keluar kamu mas!”
“Kenapa kamu lakuin ini mas?!”
“Kamu mau buang aku? Iyakan?!”
Fajar berteriak di depan rumahnya tetapi hanya angin malam yang menjawab semua pertanyaanya.
Vincent ..
Orang itu sama sekali tidak ada disana
Orang yang seharusnya melindunginya malah membuangnya dan anaknya
Malam itu Fajar menangis dalam kamarnya, hanya Louis, anaknya yang membuatnya kuat menghadapi semua cobaan ini.
Akhirnya dengan sakit hati Fajar pergi keesokan harinya bersama anaknya yang bahkan tidak ada Vincent walaupun itu hanya untuk mengantarkan mereka sampai helikopter.
Dalam perjalanan Fajar menghabiskan waktu dengan tidur dan mencoba melupakan semua kejadian sebelum keberangkatan. Louis?
Louis saat ini berada dalam gendongan mbok Jum.
Suara tangis Louis membangunkan Fajar yang tertidur dan menjadi penanda pula bahwa mereka saat ini telah sampai pada tujuan.
Bahkan anaknya tidak suka disini.
Turun dari helikopter dengan menggendong Louis, Fajar telah disambut dengan sebuah mobil jib yang telah menunggu mereka.
Perjalanan dengan mobil jib menghabiskan waktu kira-kira hampir enam jam. Fajar lelah dan Louis tidak mau berhenti nangis sedari tadi.
“Sssstt.. Louis udah dong sayang nangisnya”
“Huaaa... hiks.. ma...”
Fajar merasa sedikit frustasi. Rasa lelah dan tangisan Louis yang tak hentinya membuat Fajar frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Poor Live
Randomberlatar masa kolonial Belanda pemaksaan yang menyiksa penghianatan dan siksaan tiada henti bahkan sampai meninggalkan Dunia akan kah Fajar mampu menerima takdir hidupnya yang menyedihkan