Part 3

2.6K 78 1
                                    

Author pov

"Aaaargh!" teriakan itu sontak membuat Nawang kaget saat Nawang melewati lab kimia.
"Halooo, ada seseorang didalam?" Ruang lab begitu gelap. "Engga ada orang" Lantas Nawang meninggalkan lab sebelum akhirnya mendengar
"To... tolong gue please" Suara itu begitu serak dan lesu juga pelan. Karna merasa mendengar sesuatu nawang menyalakan lampu lab.
"Jecolyn! Lo kenapa? Siapa yang ngelakuin ini?" Dengan secepat kilat nawang menelepon ambulance. Dan meminta bantuan.

"Siapa kira-kira yang tega?" salah satu teman jecolyn berceletuk.
"Gue gatau seli. Pas gue masuk wajahnya sudah terbakar, seperti disiram cairan kimia. Dan tidak mungkin ia melakukannya sendiri karna suatu hal."
"Emmm. Nawang....  Ehmm, eh gajadi deh hehe" Seli lantas meninggalkan nawang. Dia terlihat takut, tawanya getir saat meninggalkan Nawang.

1hari berlalu, Nawang memutar otaknya memikirkan siapa yang tega melakukannya kejadian itu.
"Nawang, seli! hiks. Seli..." Kembaran seli ini sepertinya ingin memberitahukan sesuatu.
"Seli kenapa?"

Keadaan seli sangat mengenaskan. Tangannya yang penuh dengan besetan pisau, begitu pula dengan kakinya. Mulut sebelah kirinya disobek dan mata kirinya seperti habis dicolok menggunakan garpu. Bahkan ada garpu yang tergeletak dilantai dipenuhi dengan darah.
Kejadian ini terjadi dikelas ujung sekolah. Jarang didatangi jika bukan karna ada kegiatan belajar mengajar. Itulah mengapa kejadian ini tidak diketahui.

"Kamu tau dari mana kejadian ini sel?" Nawang bertanya untuk memastikan.
"Aku gatau, aku menemukan kertas ini dimeja Seli" Sela memberikan surat itu kepada nawang.

Tutup mulut lo!

"Aku langsung sadar kalau seli gak ada dimana-mana. Aku mencarinya hingga kudapatkan Seli sudah dipenuhi darah. Selamatnya Seli masih bisa bernafas dan kuat. Tapi yang membuatku bingung ia tak mau memberikan informasi apapun padaku"
Jelas sela panjang lebar. Hal itu membuat Nawang bingung. Dan terus berfikir solusi apa yang tepat untuk ini. Salah satu langkah, pasti akan bertambah satu korban lagi.

Nawang pov

Apa mungkin itu ditulis oleh pelaku itu? Semua kejadian 2 hari ini dibuat dengan sangat rapi. Hingga tak ada jejak sama sekali. Kira-kira kejadian apa lagi yang akan terjadi? apakah akan semakin parah?

Setelah semua sudah terselesaikan, seli juga sudah dibawa kerumah sakit untuk perawatan, kami pun pulang.

Drrrrtttt drrrrrttt
Handphone ku berbunyi. Tertulis nama Tio disana. Kuangkat telfon itu.

Halo ada apa tio?
Bisa pergi malam ini?
Tentu saja.
Baiklah jam 7 aku sudah didepan rumahmu yaa
Oke

Jam 7 tepat Tio sudah terlihat dihadapanku. Kami mendatangi salah satu cafe didekat rumah. Kami saling bercerita. Akupun menceritakan tentang Jecolyn dan Seli 2 hari terakhir. Tio dispen sekolah karna suatu hal. Jadi dia tidak masuk sekolah saat kejadian berlangsung. Akupun bersyukur karnanya. Tio seperti kaget mendengarnya.

"Coba kamu pikirkan siapa orang yang kira kira punya dendam dengan Jecollyn dan Selli? " Tanya nya padaku.
"Aku tidak pernah berperasangka buruk seperti itu Tio" Tio menunduk.

Setelah beberapa jam bersama Tio. Akupun pulang. Rumah kami memang berdekatan. Seperti biasa ia mengantarku dengan berjalan kaki. Kami memang sudah pacaran beberapa minggu lalu.
"Hati- hat-," Belum sempat kuselesaikan omongan ku tio sudah mencium bibirku. Aku hanya diam. Kututup mata ku. Jujur aku taktau cara berciuman. Hingga akhirnya ciuman itu berhenti.
"Selamat malam sayang"
"Malam, Tio."
Kulambaikan tanganku padanya. Tio meninggalkanku.
"Sayang"

Sinta pov

"Kita kemana sih anjir" Putra tiba tiba menjemputku dan mengajak ku bersbunyi di tempat ini. Ini di pinggir jalan sebelah rumah Nawang. Putra membawa mobil sepupunya, sehingga Nawang tidak mengenalinya.
"Perhatikan saja mobil yang baru datang itu. Dan perhatikan pemiliknya" Iya, aku tau itu mobil Tio. Tapi aku melihat Nawanh juga. Hatiku sesak dengan sendirinya tanpa ku suruh, aku tidak tau amarahku makin memuncak melihat tingkah Nawang yang betul kelewatan! Aku sengaja lost kontak dengannya, dikelas pun kami tidak saling sapa. Nawanh juga hanya diam diam saja, dan terlihat menikmati hari tanpaku. Hatiku sesak lagi, mata ku melotot melihat Tio mencium Nawang dengan penuh kasih sayang. Aku cemburu! Aku cemburu!

Nawang!!!

*****

Tbc gaes. Tambah gajelas yaaa. Heheee kurang inspirasi jeni.
Follow+read+vote.

Authorvea

Terobsesi [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang