Part 7

1.7K 63 3
                                    

Nawang pov

DOR!

Astaga! Tamatlah aku.

Brug!

Kulihat badanku ternyata masih sangat utuh dan tak ada lecet sedikit pun. Hanya jariku saja yang tadi di tebas oleh Putra dan baju ku yang kini sudah berwarna merah.
Tetapi ternyata bukan aku yang Sinta tembak. Yang ia tembak adalah? Putra. Ya yang ia tembak adalah putra.

"Aku belajar darinya untuk dirinya. Aku belajar membunuh untuk membunuhnya. Aku takut! Takut ia akan membunuhmu. Karna aku tau ia sangat marah padamu Nawang. Aku mohon maaf kan hal keji yang kuperbuat. Ini semua demi menyelamatkanmu."

Terkejut aku mendengarnya. Sangat!
"Jecolyn? Seli? Daann? Tio. Astagaaaaa" Tangisku pecah dalam pelukan Sinta. Aku tak perduli jika ia akan membunuhku. Aku sangat tak percaya olehnya. Ia juga hampir membunuh Tio, ia juga sudah membunuh Ogi. Kami semua berteman, ia tidak bisa menjadikanku alasan untuk melakukan ini.
"Maaf Nawang. Maafkan aku. Aku terpaksa harus menyakitinya. Aku harus menurututi perkataanya. Aku harus mengikuti permainannya"

Aku tidak mau bertindak egois. Aku tanyakan semuanya secara perlahan. Dan aku mencoba untuk tetap tenang. Ia pun menjelaskannya.

"Kenapa? kenapa harus?"
"Nawang tolong mengertilah. Jika putra yang melakukannya semua akan terbunuh. Akupun terpaksa membunuh Ogi. Karna dihadapanku ada putra. Jika tidak, bukan hanya Ogi tapi aku dan lebih buruknya lagi bisa kamu juga terbunuh. Aku tak mau lebih banyak darah keluar Nawang. Disini peraturannya adalah, sakiti orang yang menyakitimu. Bunuh kalau perlu. Aku hamil Nawang, Ini anak Ogi" Aku kaget mendengar berita itu. Sinta menangis dan langsung memelukku Akhirnya aku mengerti. Aku dan Sinta menelfon polisi dan ambulance dengan sandirawa semampu kami. Kami menyembunyikan kasus ini pada siapapun. Termasuk Tio. Yang kami katakan adalah Ogi terbunuh oleh perampok, dan perampok lari membawa segenap yang bisa ia bawa. Dan kasus ini adalah kasus mutilasi, serta putra dan aku yang menjadi korbannya.

Sinta dan Putra sangat bersih melakukan hal ini. Sinta menggunakan masker dan sarung tangan karet. Sehingga polisi yang bertanggung jawab tidak menemukan apapun tentang Sinta. Dan yang tau pelaku semua ini hanyalah aku, Sinta, Putra, dan Tio. Jika Ogi masih hidup, dia juga akan menjadi orang setelah kami yang tau pelaku kejadian ini.

Disekolah bahkan sudah geger tentang kasus ini. Kami menyembunyikan wajah. Diam diam dan diam. Masih belum ada yang mengetahui tidak terkecuali Tio. Tak ada satupun diantara Seli, Jecolyn dan yang lainnya tau kalau ini adalah ulah Sinta.

Berbulan bulan berlalu

"Ku dengar Putra masih hidup, tapi mengalami amnesia."
Siapa yang berbicara itu? Oh Selly. Kenapa dia? Tumben sekali. Sambil menunduk ia memberitahukan informasi tersebut. Matanya masih dalam pengobatan, dan masih diperban.
"Tahu dari mana sel?" Itu aku yang bertanya padanya-,-
"Aku melihat nya dirumah sakit. Ia berbaring disebelah ranjangku."
Jecolyn? Are you sure? Jecolyn memang sudah keluar rumah sakit. Wajah nya bertambah cantik pasca operasi.
"Beneran lyn? Amnesia? Bisa kah kita menjenguknya?." Sinta kaget mendengar ucapan ku, dan dengan wajah marah.
"What? Jenguk? Ngapain banget sih" Sinta dengan nada tinggi.
"Gaada salahnya sin. Lagipula memangnya kenapa? Bukankah kalian berteman baik?"
Mata Sinta langsung terbuka lebar, sadar bahwa ia telah salah ucap.

"Eh? Mphh. Ada betulnya juga. Ba..baiklah kita atur waktu." Akhirnya Sinta dengan terpaksa mau untuk menjenguk putra. Kurasa dia kaget dengan pertanyaan itu. Dia lupa kalau tak ada yang tau masalah ini.
"Besok." Serentak kita bertiga mengatakan 'besok'

Sinta pov

Hariini aku dan teman teman memutuskan untuk menjenguk putra yang katanya amnesia. Aku bingung. Yang aku tembak punggungnya. Tapi amnesia? -_-
Jika kepala Putra yang ku tembak, bukannya amnesia lagi ia mungkin sudah mati sekarang.
Aku bertemu dokter yang bertanggung jawab atas kesehatan Putra.
"Pak apa benar ia amnesia?" Blakblakannya aku. Tanpa berfikir panjang, aku langsung to the point saja.
"Iya. Memang ada luka tembakan pada punggung. Tetapi mungkin ketika ia jatuh terbentur meja. Atau benda lain yang dekat dengannya saat itu. Keadaan punggung nya sudah pulih dari saat ia dilarikan kesini beberapa bulan lalu. Tetapi ia masih harus di rawat, karena ketakutan kami para dokter akan kesehatan otaknya." Oooh jadi pas jatoh yaa?-,
"Ooh gitu ya pak makasih ya dokter." Sekarang aku mengerti.

"Semoga setelah ini bisa jadi temam kita yaa Put. Jangan lama lama di rumah sakit." Ucapan Jecolyn membuatku muak. Ingin kuulangi rasanya tragedi lab kimia. jecollyn tetap sombong seperti dulu, palagi sekarang ia memiliki wajah yang lebih cantik lagi.
" Yap. Ayo pulang."
"Pulang dulu ya put."
Anggukan lemah yang kulihat saat ini. Kasihan sekali ia.
Semua meninggalkan kamar. Aku tersisa sendiri bersama putra.
"Aku senang kau amnesia put. Jadilah teman baikku lagi untuk yang kedua kali. Aku berusaha melupakan semua kejadian itu, ingatlah bahwa aku terpaksa melakukan semuanya karna rules yang kamu berikan."
Ku balikan badan ku, Dan

sampai jumpa kaka manis.

Deg!

TAMAT

******
To be continue di cerita 'Aku seorang psikopat' Lets to reading guys!!!

Authorvea

Terobsesi [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang