Tio pov
Malam kemarin sungguh malam kebahagiaan untukku. Mencium bibir seorang yang sangat kucintai dijagad raya ini. Yaa walupun aku tak tega merusaknya. Tapi tak apalah, toh dia adalah pacarku untuk selamanya kan?
Aku berjalan untuk pergi kesekolah. Aku memang tak jemput Nawang. karna katanya ia ingin berangkat sendirian. Ya aku harus menurutinya.
"Hai tio." Ini adalah Sinta. Mantan pacarku yang super cantik itu.
"Iya?" Kujawab selembut yang kubisa.
"Bisakah kita bertemu di lapangan basket siang ini?" mau apa dia mengajakku kelapangan basket?
"tentu saja." Ku iyakan ajakannya.
"Oke. Sampai nanti"
Kupandang punggungnya yang beranjak menjauh.Siang ini aku akan bertemu Sinta dilapangan basket. Aku masih tak melihat Nawang dimana-mana.
"Hai tio." Sapanya, "Aku senang kau datang" Aku melambai padanya, Ia memeluk tubuhku. Sambil tetap mendorongku ke dinding.
"Tio, apakah kau mengerti perasaanku? Aku sakit melihatmu berciuman dengan mantan sahabatku."
Aku bingung ketika ia bilang 'mantan sahabat' apakah mereka bertengkar?
"Apa maksudmu sin?"
"Apa kau tak tau tadi malam aku melihat mu? Ketika kau mencium bibirnya. Hatiku hancur yo." What? Apakah dia masih menyimpan perasaan denganku? takmungkin!
"Si... sinta ak-,"
Ia mencium bibir ku. Aku tak bisa menahannya, akhirnya aku membalas. Ciuman kami sangat lembut awalnya, ia tetap melanjutkan aktifitasnya, aku menutup mataku. Ciuman kami memanas ia mulai memasukan lidahnya dan mengabsen setiap inci gigiku. Ia menggigit bibir kiri ku.
"Ahh!" Ia merobek bibir ku. Tak mungkin!
"Akhirnya aku merasakan ciuman mu Tio, aku senang sekali" Persetan denganmu sinta. Aku memebersihkan darah yang mengalir.
"Ada apa dengan mu sin.. Aaa!!"Zrek!
Sinta menusuk perutku berkali-kali dengan gerakan cepat hingga banyak darah mengalir, kututup lukaku dengan segenap kekuatan yang tersisa. Belum selesai akan rasa sakit ini, ia langsung menginjak kakiku bahkan bisa dibilang 'menginjak-injak' dengan sepatu beralaskan paku berduri, yang entah dari mana datangnya. Paku itu menusuk kaki ku hingga aku tak bisa berjalan. Dan dengan pisau yang masih menancap diperutku. Dan taklupa bibirku yang telah ia robek. Hatiku seketika sakit.
Aku melihat sinta meninggalkan sesuatu entah apa itu.
"Dulu kau membuat hatiku sakit ditempat ini tio. Dan sekarang aku membuat kau sakit bahkan hampir mati ditempat ini juga. Dan kuberitahu padamu, Sebaiknya kamu diam tio. Atau mulut Nawang yang akan kurobek setelah ini hingga terlihat gigi dalamnya. Apa itu yang kau inginkan??" Ia mengatakan itu dengan nada lembut tapi ancaman nya membuatku takut. Ia mengusap darah mengalir di bibirku yang telah ia robek. Ku gelengkan kepala ku pelan. Akan kuturuti permintaannya, aku tidak mau Nawang yang menjadi sasaranya setelah ini.
Nawang pov
Aku terus mencari Tio. Dari tadi pagi belum kutemukan dia. Aku berjalan menuju kantin, namun tetap saja aku tak menemukannya. Dan aku berjalan menuju belakang sekolah dan disaat aku melewati lapangan basket kudengar langkah kaki berlari. Lantas ku berlari menuju lapangan. Kaki ku terhenti ketika kulihat Tio.
"Tio! Kamu kenapa?" Kulihat sepucuk surat disamping kiri tio.
Tutup mulut lo!"Kau lagi!" Batinku. Surat yang sama seperti yang diberikan Sela padaku.
"Na.. nawang tolong pa...panggil am bu lance" setelah kata terakhir tio pingsan.
"Ti... tioo! Bangun sayang!"
Karna panik ku panggil ambulance dan meminta bantuan kepada siapapun yang terdekat. Aku tau tio tau sesuatu tentang ini. Mungkin bahkan tau pelakunya. Aku harus mencari tahu untuk ini. Tapi aku harus sabar, semua korban masih dalam perawatan. Aku tidak bisa bertanya dalam keadaan seperti ini.Aku dan ogi menemani Tio dirumah sakit. Ia harus melakukan beberapa operasi. Sedih aku melihat keadaannya. Dan betapa terkejut aku ketika membuka perlahan matanya.
"Ti... tio, kau sudah siuman"
Betapa bahagianya aku ketika aku melihat pacarku terbangun dari tidurnya.
"Na.. nawaang.. " suaranya lesu sekali.
"Iyaa aku disini Tio" aku mencoba mencegah ia untuk banyak gerak karna ia belum pulih betul.
"Tolong jangan tinggalkan aku disini yaa Nawang" Apa maksudnya bilang begitu? Ia membuatku takut.
"Aku ingin disetiap aku membuka mataku, kau di samping ku" Aku menggenggam tangan nya erat. Yaa aku mengurungkan niatku untuk bertanya tentang pelaku itu berhubungan dengan keadaannya yang belum membaik.
"Aku berjanji padamu Tio, Tolong lah kuat. Teruslah kuat" Aku menahan tangisku."Teruslah kuat Tio, aku akan selalu disampingmu"
*****
Tbc maaf yaaa pendek. Kurang inspirasi.
Follow+read+vote+komen!Authorvea
KAMU SEDANG MEMBACA
Terobsesi [REVISI]
AcakMenjadi seorang pembunuh bukanlah ke ahlianku, aku juga tidak tau teori teori yang membahas tentang psikopat.