Part 6

3.1K 148 0
                                    


Happy Reading~~

-------------------------

Suara derungan mesin yang saling menyahut membuat suasana malam ini terdengar ramai, hal ini membuat suasana hati seorang gadis yang sedang bersiap di garis start ini terlihat bahagia.

Udah lama gak ngadu skill batin gadis itu seraya tersenyum miring.

Seorang wanita yang menggunakan pakaian seksi berjalan di tengah-tengah seraya memberi aba-aba untuk para peserta.

"SATU!"

"DUA!"

"TIGA!"

Setelah mendengar hitungan ketiga semua peserta langsung menarik gas hingga kecepatan diatas rata-rata.

Saat ini, peserta satu-satunya perempuan menempati posisi ke 6 dari 20 peserta balap liar tersebut. Gadis itu menambah kecepatan motornya hingga melewati posisi ke 5 dan 4, gadis itu berhasil menempati posisi ke 3.

Hingga berada ditikungan yang cukup tajam peserta yang berada di posisi ke 2 terjatuh karena posisinya yang terlalu miring. Gadis itu tersenyum senang saat di hadapannya tinggal satu peserta yang akan ia coba untuk melewatinya. 

Gadis itu menambah kecepatannya hingga berada di samping peserta yang diposisi pertama, laki-laki itu berdecak kesal saat melihat motor yang ditumpangi seorang perempuan berada di sampingnya. 

Sialan! umpat batin laki-laki itu. 

laki-laki itu berusaha menyenggol motor gadis itu tetapi perempuan itu sangat lihai menghindar. Saat laki-laki itu tengah sibuk menyenggolnya, perempuan yang memakai motor hitam menambahkan kecepatannya hingga akhirnya sampai di garis finish dengan senyuman bangga tercetak dibibirnya.

Laki-laki itu melepas helmnya dan membanting ke aspal dengan emosi yang memburu, ia menghampiri gadis yang telah mengalahkannya karena baru kali ini ia dikalahkan apalagi dengan seorang perempuan membuat harga dirinya terjun bebas.

Perempuan dengan helm yang masih di kepalanya hampir saja terjatuh dari motornya karena tangan besar menarik lengannya kasar, teman gadis itu yang tengah berbincang juga ikut terkejut.

"BANGSAT!" teriak marah perempuan ini seraya melepas helm fullface nya dan melempar ke sembarang tempat.

"MAKSUD LO APA, ANJING?!" makinya dan berusaha menghempaskan lengannya yang masih berada dicekalan orang itu.

"Ikut gue!" jawab orang itu tegas, membuat gadis ini menolehkan kepalanya dan betapa terkejutnya saat melihat laki-laki itu.

"ELO?!" teriaknya bersamaan dengan orang yang dihadapannya. 

"Wah! dunia ini sempit ya, bahkan sampe ke tempat balap pun gue ketemu elo, Yan" ucap sinis gadis itu yang tak lain adalah Adriana yang sedang menatap laki-laki didepannya yang sangat ia kenali itu, yang tak lain musuh di sekolahnya.

Bryan hanya menggedikkan kedua bahunya dan tetap menarik lengan Adriana untuk mengikuti langkahnya, belum sempat beranjak dari tempatnya saat ini, suara teman Adriana mengintrupsi keduanya. 

"Woy! Lo Bryan? maksud lo apa narik Ana kaya gitu, hah?!" seru Marsel marah dan menarik kerah jaket Bryan.

Bryan menghela napas dan menghentakkan kedua tangan Marsel hingga terlepas, fisik Bryan lebih tinggi dan besar ketimbang Marsel jadi tidak sulit bagi Bryan menyingkirkan kedua tangan teman Adriana.

"Bacot!" ucap Bryan sinis sambil menarik tangan Adriana menjauhi arena. Tentu, perbuatannya membuat teman-teman Adriana tidak terima jika temannya diseret paksa, tetapi Adriana memberi isyarat untuk tidak mengejarnya.

Saat sudah cukup jauh dari arena, Adriana menarik paksa tangannya yang malah membuat Bryan menoleh dengan wajah datarnya.

"Maksud lo apa narik tangan gue?" tanya Adriana to the point dan berusaha sabar menghadapi patung es di depannya.

Bryan mengabaikan pertanyaan Adriana dan matanya menelisik pakaian Adriana dari atas hingga bawah. Hal itu membuat Adriana risih, spontan Adriana menutupi dadanya dengan kedua tangannya.

"Jaga ya mata lo! mata lo mau gue colok?!"ancam Adriana dengan jari telunjuk dan jari tengahnya mengarahkan dari matanya ke mata Bryan.

Bryan menghela napas kesal dengan sikap kasar Adriana yang selalu ditunjukkan kepada dirinya. Bryan berdeham untuk mengalihkan atensi Adriana dari arena ke dirinya. Gotcha, berhasil. Adriana menoleh dan menatap Bryan lagi.

"Udah lama?" tanya Bryan yang membuat Adriana mengerutkan keningnya.

"Udah lama apa'nya? kalo ngomong yang jelas dong, jangan setengah-setengah!" sewot Adriana kesal dengan hidung kembang kempis.

Bryan berdeham lagi supaya tidak tertawa melihat ekspresi Adriana, "Balap 'nya, Na." 

"Ohh, balap. Ya, lumayan." jawab Adriana singkat. Nggak mungkin dong dia ceritain, kan dia dan Bryan musuhan. 

Bryan manggut-manggut paham, dan berjalan meninggalkan Adriana yang terheran dengan lelaki itu.

"Yan, tunggu gue!" Adriana berlari mengejar Bryan yang sudah cukup jauh.

"Jalan lo kaya setan. Cepet banget, sumpah!"

"tunggu, Yan!" 

Bryan tersenyum kecil mendengar Adriana yang berteriak memanggilnya di belakang sana. Tiba-tiba, Bryan berhenti mendadak dan itu membuat Adriana yang tidak sempat mengrem harus menubruk punggung tegap laki-laki itu.

"Shit!" umpat gadis itu kesal dan secara reflek menggeplak punggung Bryan.

"Kalo berhenti bilang dong!" Adriana mengusap keningnya yang menabrak punggung Bryan. Adriana itu termasuk tinggi dikalangan perempuan, tapi karena Bryan aja yang ketinggian, dirinya jadi keliatan kecil.

"Bawel banget," ucap Bryan pelan seraya mengusap pelan kening Adriana.

"Gue anter pulang." lanjutnya.

"Tapi, motor gue gimana?" tanya Adriana heran dan teringat kalo Bryan juga ikut balapan, otomatis Bryan bawa motor. Tapi, kenapa dirinya diajak ke area parkiran mobil yang cukup jauh dari arena.

"Motor lo sama Alvaro, aman," 

"Dan gue kesini naik mobil, tadi pake motor Alvaro." lanjutnya seakan mengerti dengan ekspresi bingung gadis di depannya.

"Cenayang lo." ketus Adriana dan berjalan duluan ke arah mobil Bryan yang sudah sangat ia hapal, karena sering ngelepasin bannya. Hehe.

Sesampai di rumah Adriana, gadis itu sudah disambut wajah marah David. Walaupun David berteman dengan Bryan, lelaki itu jarang ikut ke arena dan dunia malam, karena ia ingin menjadi contoh yang baik sebagai kakak. Tetapi, lihat'lah adiknya ini sangat susah dibilangin. Bebal.

"Ana, abang kan udah bilang sama kamu. Jangan ikut balapan lagi!" bentak David yang membuat Adriana sedikit terkejut, David jarang sekali menaikkan nada suaranya sekalipun lagi marah. Jika sudah seperti ini tandanya David sudah sangat marah.

Adriana menetralkan ekspresinya dan menunjukkan wajah menantangnya dihadapan saudara kembarnya ini.

"Ngapain gue harus nurut sama lo?" jawab Adrian tersenyum miring.

"Mending lo balik ke meja belajar lo, sebelum buku-buku kesayangan lo gue bakar abis." lanjut Adriana dan berjalan masuk ke dalam rumah, sebelum masuk ia lebih dulu menabrak pundak David. 

David menghela napas lelah. Dirinya menyesal telah menaikkan nada suaranya.

Lelaki itu melirik Bryan yang masih diam di tempatnya dan juga sedang melihat dirinya.

"Ana orangnya keras. Jangan dibentak, makin bebal." ucap Bryan datar dan pergi meninggalkan perkarangan rumah Adriana.

"Tanpa lo bilang, gue juga udah tau, Yan." ucapnya lirih seraya terkekeh.


-------------------------

Adriana paswordnya? "Apa lo liat-liat? mata lo mau gue colok?!"

untuk bab ini belom ada yg spesial gais.



Tomboy GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang