Part 8

2.8K 119 0
                                    

HAI HAI

BALIK LAGI DISTORY GUE HEHEEHE

SEBELUM BACA INI, BOLEH DONG UNTUK VOTE DAN KOMEN XIXI.. 

KONFLIK CERITA GUE JUGA RINGAN KOK GUYS 

HAPPY READING PARA READERS KUU HEHEEH

###########

Mata elang seorang pemuda terlihat seperti mengintai seseorang dari gedung sekolah lantai 3, namun fokusnya harus terpecah karena suara kicauan dari ketiga temannya.

"HAHAHAHA.... anjeng. Lo serius, Al? Jijik, tai." Alex terbahak-terbahak mendengar cerita mengenaskan dari sobatnya ini.

Seketika Alvaro menatap sinis ke Alex yang masih saja tertawa hingga tersedak, "Mampus, goblok. Kualat."

"Ya ampun, Al. lo seriusan sampe digrepe-grepe sama cowo?" David menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan kejadian yang menimpa temannya.

"Iya,  Dav, sumpah. Jijik banget anjeng, babi banget tuh cowok." maki Alvaro yang masih merasa merinding .

Sedikit cerita, semalam Alvaro dan Alex ke kelab malam tanpa David dan Bryan karena hobi dua anak itu sama, yaitu party. Lalu terjadi hal yang tidak terduga kepada Alvaro saat sedang nari di dance floor, laki-laki itu merasa tubuhnya seperti digerayangin seseorang dengan pikiran yang positif, Alvaro diamkan saja tetapi tangan seseorang itu semakin melunjak hingga hampir menyentuh bagian sensitif milik Alvaro. Tentu saja, Alvaro dengan sigap menahan tangan itu tetapi ada hal ganjal saat dia melihat tangan yang berada dipegangannya terlihat kekar dan berurat.

Dan, taramakjreng... Alvaro berteriak keras dan berlari keluar area dance floor dan menghampiri Alex yang sedang menenggak alkohol hingga tumpah. Tangan itu milik seorang laki-laki yang diperkirakan umurnya sekitar 30an, Alex sangat terkejut melihat wajah memerah Alvaro dengan air mata mengembang sehingga Alex panik dan segera mengajak temannya itu keluar dari kelab malam. Tetapi, saat mendengar cerita Alvaro malah membuat Alex tertawa kencang hingga sekarang.

"Lo beneran kena sial karna ngatain gue cantik, ternyata elo jauh lebih cantik di mata mereka... hahaha" ledek Alex membuat Alvaro mengejar tetapi Alex lebih cerdik, dia memilih berlari ke arah Bryan dan memeluk cowok itu untuk menghindari amukan dari temannya.

Alex menjulurkan lidahnya saat Alvaro tidak melanjutkan aksinya dan hanya memberi jari permusuhan, David segera merangkul Alvaro supaya lebih tenang, ya, walaupun David masih ngakak sedikit, sih.

Bryan berdecak kesal saat melihat anak monyet sedang memeluk tubuhnya dari samping, membuat Bryan mendorong jidat licin Alex hingga wajah laki-laki itu mundur.

"Sialan. Licin banget jidat lo, make minyak atau apaan, sih?" Keluh Bryan dan mengelap jarinya ke seragam Alex.

"Yeuu, enak aja lo kalo ngomong, skincare mahal gue, lo bilang minyak. sakit ati bet gue." keluh Alex  yang membuat Bryan menggedikkan kedua bahunya dan fokus kembali ke arah gerbang masuk sekolah.

Targetnya sudah tertangkap di matanya seketika membuat Bryan tersenyum tipis sangat tipis, hingga membuat siapa, pun, tidak mengetahui jika seorang Bryan tersenyum untuk seorang gadis.

Bryan terus memerhatikan gadis itu yang baru saja memasuki area sekolah dengan wajah kusutnya. 

Kapan dia bisa tersenyum tanpa beban lagi? batin Bryan sedih.

Gadis yang merasa sedang diperhatikan seseorang, netranya langsung menelusuri area sekolah hingga dia mendongak dan mendapati laki-laki di lantai 3 sedang memerhatikan dirinya tanpa sadar sudah ketahuan sang empu.

Gadis itu, Adriana, sedang mencari sesuatu yang dapat ia lempar hingga ke lantai 3 tetapi tidak menemukan hingga akhirnya...

"BRYAN! TUNGGU GUE DISITU, MATA LO GUE TANDAIN YA!" yap, Adriana memilih berteriak keras hingga Membuat seorang Bryan gelagapan karena seluruh atensi warga sekolah mengarahnya. 

 Olivia, Emily, dan Maharani yang baru saja memasuki area sekolah terkejut mendengar suara teriakan Adriana yang kencang. Tidak heran, jika mereka terlihat bersamaan karena jarak rumah mereka tidak terlalu jauh, hingga sering berangkat bersama berbeda dengan arah rumah Adriana yang lawan dengan mereka.

Maharani berusaha berlari mengejar Adriana yang sedang berlari, "NA, BERHENTI." 

Adriana yang mendengar teriakan Maharani berhenti sejenak saat melihat Maharani masih ada di ujung lorong sedangkan dirinya sudah menaiki tangga ke lima. Netranya melihat Olivia dan Emily berada di belakang Maharani.

Adriana menangkap dengan jelas jika Olivia tidak kuat berlari karena asmanya sudah parah, hal itu membuat Adriana berteriak balik, "LO BERTIGA JANGAN IKUTAN LARI! TUNGGU GUE DI KELAS AJA. OKE?" setelah berteriak, Adriana melanjutkan larinya yang tertunda hingga lantai 3. Sesampai di lantai 3, ada tangan yang mencekal tangan kanannya yang membuat Adriana berdecak kesal.

Adriana menarik tangannya tetapi tenaganya kalah karena sudah ia habiskan untuk berlari, dia memilih menoleh dan mendapati wajah tengil Galen yang sok ganteng.

"Apaan, sih, nyet? minggir gak lo?!" sewot Adriana dengan mata yang melotot dan semakin melotot karena Galen mengelap keringat di keningnya menggunakan sapu tangan milik cowok itu.

Galen masih fokus, tidak peduli dengan wajah Adriana yang semakin garang, "Lo itu perempuan, jelek kalo keringetan kaya gini."

"Yeh, si monyet. Ngehina aja lo bisanya." tangan kiri Adriana merampas sapu tangan Galen dan mengelap dengan kasar lalu sapu tangan itu dimasukkan kembali ke saku seragam Galen.

"Lo mau gue bilang cantik? lo cantik kok tanpa gue bilang." 

Adriana memasang wajah geli hingga meraup wajah laki-laki itu, "Dasar buaya buntung!"

Galen mengelus dadanya sabar dan memerhatikan Adriana yang menghampiri Bryan yang masih berada di posisi awal tanpa berubah sedikit, pun.

Adriana tersenyum miring sembari menepuk keras punggung Bryan, gadis itu memang tersenyum tetapi terlihat menyeramkan di mata orang lain hingga Alex, Alvaro memilih pergi dan menyeret paksa David yang masih diam saja.

"Apa lagi, Na?" Bryan menoleh dengan wajah datarnya.

Adriana menarik tangannya dari punggung Bryan dan menatap laki-laki di sampingnya dengan tatapan sinis, "Gak ada apa-apa, sih. Gue kayaknya butuh elo, lagi, deh." Adriana sedikit menunduk sembari menatap sinis murid-murid yang sedang memerhatikan mereka berdua.

"Lo ada masalah, lagi, Na?" tanya Bryan lebih lembut dengan tatapan mata sedikit berbeda dari biasanya.

"Gue gak tau. Kayaknya bukan cuma gue yang butuh, tapi elo juga." tanya balik Adriana seraya menatap Bryan dengan tatapan tenang, tidak seperti tadi.

"Iya." singkat, jelas, padat. 

Adriana paham, jika dia butuh sosok Bryan dan dia juga langsung mengerti jika Bryan butuh dirinya.

Dua anak manusia dengan sifat bertolak belakang tetapi bisa saling mengerti walaupun harus menghilangkan gengsi yang setinggi langit. Dan harus bertengkar setiap saat seperti tikus dan kucing.

Semua itu ada alasannya.

###############

kayaknya gue bakal buat ini cerita dengan part yang gak terlalu banyak, karna gue takut ceritanya bikin bosan.

xixi

thank you so much yang sudah mampir <3

ara imoet. :3

 

Tomboy GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang