"Lo mau minum apa?" Bara mendongak, meninggalkan iPhone yang sejak tadi hanya ia tatap. Bara memberikan senyuman kecil. seketika pipi cewek itu memerah.
"Gue kopi aja." cewek itu mengangguk lalu berjalan menuju tempat memesan minuman, Bara kembali sibuk dengan iPhone-nya. Jarinya mengetik sesuatu di layar ponsel itu.
Bara : Lin?
Hanya tiga huruf, tapi mampu membuat detak jantung Bara tak normal. Entah, kenapa Bara mengirim BBM untuk Lintang. Biasanya ia tak pernah melakukan itu, tapi kalau Bara tidak melakukannya. Lintang tidak akan memulai duluan.
Bara trus menatap layar iPhone-nya, meskipun tak ada tanda-tanda Lintang membaca BBM-nya.
"Sibuk banget Bar?" cewek itu duduk di bangku yang bersebrangan dengan Bara.
Bara menghela nafas, memasukan iPhone ke saku jeans-nya. Tak enak juga, ada Rini di depannya. Masa Bara sibuk sendiri dengan iPhone-nya? Lagi pula Bara bukan tipe cowok yang seperti itu, meskipun Bara ingin terus-terusan menatap layar datar itu sampai Lintang membalas chatnya.
"Gak sibuk kok. Udah mesennya?"
"Udah kok. Tungguin aja. masa sih? Tadi gue perhatiin lo ngeliatin hape trus."
Bara tak menggubris pertanyaan itu. Malah membahas topik lain.
"Rin. Gue mau nanya boleh gak?" Rini mendongak, melihat Bara dengan muka serius. Memang kegantengan Bara alami, buktinya seserius apa pun Bara. Kadar kegantengannya tetap melumer, begitulah yang ada di pikiran Rini ketika Bara menatapnya dari sebrang dengan muka serius namun tetap ganteng itu.
Rini tertawa. Bara mengernyit, kenapa cewek di depannya ini malah tertawa? Aneh.
"Tanya aja sih. Lucu banget lo, segala izin dulu gitu." tawa Rini belum berhenti, Bara menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Ya, gue cuma gak enak aja. Masa iya gue langsung nanya-nanya. Kan kalo udah ada izin lebih enak."
"Terah lo deh, emang lo mau tanya apa?" Rini balas menatap Bara dengan muka serius,
"Tentang surat yang lo kirim ke gue. Kenapa lo ngirim surat-surat itu?"
Rini terdiam,ketika Bara menanyakan perihal surat-surat yang Rini kirim beserta kado itu. Sebelum menjawab, Rini tersenyum samar.
"Kenapa ya? Emmm ... Karna gue fans lo Bar, gue pengen cara yang beda aja. Soalnya fans lo yang lain keliatan frontal gitu, makanya gue milih cara kaya gini. Biar lo penasaran,"
Bara menyipitkan matanya, memang benar sih apa kata Rini. Sebagian cewek yang mengagumi Bara menunjukannya secara langsung. Cuma satu! Penggemar misterius yang sekarang duduk di depan Bara memilih cara yang berbeda.
"Lagian, gue liat. Setiap lo di kasih kado. Pasti lo kasih ke temen-temen lo kan?"
Bara tersentak, apa tak cukup Rini jadi penggemar misteriusnya? Dan Rini pun jadi Stalker yang mengetahui nasib kado-kado yang Bara dapatkan.
"Makanya gue milih cara itu, gue nulis surat dan kado buat lo. Tanpa gue kasih secara langsung, dan terbukti. Gue belum pernah liat, kado dari gue ada di tangan orang lain."
Bara merasa tak enak, jujur. Bukan Bara tak menghargai pemberian mereka. Cuma, menurut Bara berbagi lebih menyenangkan. Di banding harus di nikmati sendirian.
"Ehm. Iya, Rin. Lo bener. Cuma kado dari penggemar misterius yang gue simpen." aku Bara.
"Lo ngejulukin gue penggemar misterius lo?" Rini mendecak.
"Iya. Jujur, gue penasaran banget. Kira gue orangnya bakal sembunyi trus, taunya nampakin juga wujudnya."
"Hahah .... Gila lo! Berasa kayak setan gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Fans ( Complete )
Teen FictionAku ... Adalah Fans mu, meski aku tahu kamu bukan seorang selebritis terkenal. Entah kenapa, menjadi Fans mu membuat aku senang. Walaupun... Hanya 'FANS RAHASIA'