5

1.7K 170 3
                                    

"Thanks li, udah nganterin gue sampe rumah." Prilly turun dari motor Ali.

"Yaudah lo masuk gih." Ucap Ali lembut mengelus puncak kepala Prilly.

"Tapi sorry ya li, hari ini gue nggak bisa nemuin mobil itu." Lirih Prilly.

"Tenang aja kali, besok gue bisa cari sendiri kok."

"Harus sama gue!"

"Kenapa?"

"Gue takut lo mati."

"Ck. Masih mikirin itu lagi, siniin handphone lo!"

"Mau ngapain?"

"Mau gue buang."

"Ish jangan dibuang, sayang." Ucap Prilly menyodorkan i-phonenya.

"Lo bilang sayang? Ke gue?"

"Najis, maksud gue handphonenya yang sayang."

"Alesan lo, nih. Gue pulang ya." Pamit Ali memberi i-phone Prilly.

"Yaudah sana pergi."

"Jangan kangen!"

"Eoh, nggak bakalan!"

*****

Aaaaa Aliiiii, lo bikin gue klepek-klepek. Eh mikir apaan lo Prill, baru kenal juga. Batin Prilly.

"Amit-amit deh amit-amit." Ucap Prilly menjitak kepalanya sendiri.

"Gue harus kasih tau Erin." Lanjut Prilly.

Dia merogoh i-phone dari sakunya dan mencari kontak sahabatnya.

"Hallo Prill."

"Hallo rin, gue mau cerita sama lo."

"Ce...cerita apaan Prill? Lo masih galau sama Randy?"

"Ish, bukan itu! Bisa nggak sih nggak ngomongin dia, ngedenger namanya aja males gue."

"Ya maaf kali Prill, emangnya ada apaan?"

Prilly pun menceritakan awal mula dia bertemu dengan Ali dengan semangat kepada sahabat tercintanya Erina.

"Itumah lo nya suka sama dia."

"Hah? Emang iya gue suka sama Ali."

"Maksud gue, lo jatuh cinta sama dia."

"Gue nggak tau ah, yaudah gue mau tidur ya. Gue kangen sama lo rin."

"Gue juga kangen, tapi gue lagi ada di Bandung. Nanti besok pulang, langsung kerumah lo deh."

"Yaudah see you. Muah." Tutup Prilly.

Tut...tut...tut...

Prilly memang selalu bercerita kepada Erin, mulai dari SMA sampai kuliah sekarang. Baru saja ia akan tidur tiba-tiba suara i-phonenya berbunyi.

From : +628xxxxx
Besok gue jemput lo jam 9!
-Ali ganteng

Me
Cih gangguan telinga, gue tunggu lo!

From : +628xxxxx
Jangan kangen! Cepet tidur!

Tanpa membalas pesan Ali, Prilly pun mematikan i-phonenya dan senyum-senyum tak jelas mengingat pesan yang Ali kirim. Ia pun terlelap.

*****

Kini Prilly telah siap dengan style celana robeknya dan baju crop top berwarna merah ditambah lagi dengan rambutnya yang digerai menambah daya kecantikannya.

"Mau kemana Illy?" Tanya mama Ully. Prilly baru turun dari tangganya.

"Mau nyari mobil mah, waktu kemarin belum ketemu. Huft, mana waktunya cuma 3 hari lagi." Jelas Prilly nanar.

"Bagus deh sama Ali, daripada sama Randy-Randy itu." Ketus mama Ully.

"Ih apaan sih mama."

"Yaudah hati-hati ya, sekalian ke Mall deh beliin baju batik. Kan anaknya temen mama ada yang mau nikah nanti lusa, kamu ikut nggak?" Tanya mama Ully.

"Ish nggak mau, kayak anak kecil ke kondangan. Yaudah nanti Illy mampir kesana ya."

TIN...TIN....TIN...
Suara klakson motor Ali terdengar dari dalam rumah Prilly.

"Itu pasti Ali mah, Prilly berangkat dulu ya. Dadah mama." Pamit Prilly.

Prilly pun menghampiri Ali. Prilly merasa risih karena Ali yang menatap intens dari bawah sampai atas.

"Cantik." Gumam Ali.

"Gue denger, yaudah yuk jalan."

Prilly menaiki motor Ali dan Alipun langsung menancap gas mengelilingi daerah Leles kembali.

"Li gue disuruh nyokap ke mall beli baju."

"Yaterus?"

"Anterin gue lah."

"Ogah!"

"Ish Ali ngeselin."

*****

"Yakin pilih yang itu?" Tanyanya dan dibalas anggukan oleh pria tersebut.

"Yaudah yuk bayar."

"Em... tapi rin, gue boleh kan minjem uang lo. Tenang aja, gue bayar kok minggu depan." Kata Randy. Ya Pria itu adalah Randy.

"Haha... tenang aja kali Ran."

Mereka pun membayar baju yang telah Randy pilih dikasir. Dan pergi ke tempat makan karena Randy merengek lapar.

"Eh rin, ingetin gue ya kalau gue lupa bayar hutang gue ke lo." Kata Randy lembut.

"Santai aja kali, lagian nggak usah dibayar. Nggak apa-apa kok ." Jelas Erina sambil tersenyum.

"Tapi ini kebanyakan rin, gue udah beli sepatu, sendal, celana, topi, jaket bahkan baju sampe 2 setel." Jelas Randy pura-pura.

"Ngalem aja kali Ran."

"Beneran? Aaa thanks Erin lo emang wanita yang gue idam-idamkan." Randy pun memeluk Erina dari samping.

Tiba-tiba mereka merasakan sesuatu yang basah dari atas kepala mereka.

"Bagus, ternyata ini yang kalian lakuin dibelakang gue." Mereka menoleh ke sumber suara itu.

"PRILLY?!" Pekik Erina tak percaya.

"Sahabat macam apa lo?! Bangsat lo! Penghianat." Sentak Prilly.

"Tapi ini salah paham, dengerin gue dulu." Pinta Erina.

"Udahlah sayang biarin dia tau, jadi kita nggak capek sembunyi-sembunyi lagi." Randy pun merangkul pinggang Erina. Prilly yang tak kuasa melihat sahabat dan mantan pacarnya bermesraan itu langsung pergi meninggalkan mereka.

"Apaan sih lo, sana pergi. Ini urusan gue sama Prilly." Sentak Erina.

"Gue cinta sama lo rin."

Jangan lupa vote dan coment :*

GalumpitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang