Prolog

37 5 5
                                    


Hancurnya Sebuah Kastil



Di sebuah bukit tampak seorang kesatria. Berdiri tegap dengan zirah perak dan jubah putih yang kontras dengan pedang hitam yang tergantung di pinggangnya. Helmnya menutupi hampir seluruh wajahnya, hanya menampilkan rahang bawah dan mata cokelat di dua celah mata. Ia mengarahkan pandangannya ke bawah bukit, ke arena pertempuran di selatan. Di sana berdiri sebuah kastil dengan tembok berwarna cokelat kemerahan setinggi 5 meter, membentang selebar 100 meter seolah menantang sang kesatria. Sang kesatria tetap tidak bergeming. Ia tetap mengamati dan mengawasi proses penyerbuan kastil merah milik kerajaan Arcadia. Seribu prajurit menjaga kastil itu, dan seribu prajurit menyerangnya. Iya, dari jumlah memang setara, tapi kesatria putih ini tahu dengan sangat bahwa pasukan penyerang setidaknya harus berjumlah dua kali lipat dalam penyerbuan benteng atau kastil.

Mungkin ini tampak seperti sebuah tindakan yang gegabah. Namun itu bukan masalah baginya. Sang kesatria telah paham akan formasi pertahanan musuh. Sebuah senyum tipis muncul di wajahnya. Setelah sukses merebut bukit kecil di utara Kastil Arcadia, semuanya berjalan degan sangat mudah. Bukit yang lebih tinggi dari kastil memberikan keuntungan observasi atas lawan. Dengan kemampuan sihir komunikasi jarak jauh, semua komando dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.

"Skuadron C! Tembus pertahanan di kiri kastil, lalu tahan pasukan musuh di sana! Skuadron A tetap siaga sampai pasukan elit mereka muncul. Skuadron E berhati-hati dalam penyusupan, dan bila sudah menemukannya, rebut pasokan amunisi mereka. Skuadron D dan F! Jangan terlalu jauh dari Skuadron E!"

Komando demi komando disampaikan berurutan, disambut konfirmasi penuh semangat dari prajurit-prajuritnya. Tiga jam sejak penyerbuan dimulai, dan sepertiga kastil sudah dikuasai. Korban jatuh tidak bisa dihindari, tapi itu dari pihak Arcadia. Dengan kemampuannya, kesatria putih kita berhasil menguasai medan pertempuran.. Lalu ia berkata.

"Sebentar lagi..." dan memberikan komando "Untuk skuadron B sampai J! Saat 40% kastil sudah direbut, pastikan kalian sudah di posisi yang kutentukan sebelumnya! Skuadron A sekarang segera menuju point Alpha! Dan saat target, Omega, telah muncul, beri tahu aku!"

Ya, target utama, dan poin penting untuk merebut kastil Arcadia adalah sang target dengan kode nama "Omega". Seorang kesatria lainnya dengan kemampuan yang cukup dikenal, dan satu-satunya alasan mengapa kesatria putih kita memiliki sebuah senyum lebar di wajahnya. Dia sangat menantikan pertarungan ini. Lalu, sesaat kemudian...

"Komandan! Target telah muncul di poin Beta dan mengarah ke poin Alpha!" sebuah laporan datang melalui telekomunikasi magis.

"Posisi Skuadron A?" Tanya sang kesatria putih.

"Masih di poin Gamma, tuan." Balas prajurit dengan suara resah.

"Heh... Jangan khawatir, tidak ada rencana yang sempurna. Tetap bergerak sesuai rencana." Lalu ia memutus sihir komunikasi. Mengumpulkan energi magis, lalu ia melesat ke udara, membentuk trayek parabola menuju lokasi yang ia sebut poin Alpha. Sebuah sosok putih yang melayang bebas di udara bukanlah sesuatu yang dapat dilewatkan. Pasukan pemanah yang menyadari kedatangannya segera menyiapkan anak panah mereka dan meluncurkannya ke arah sang kesatria, dan tak lama kemudian disusul pasukan pemanah lainnya yang menyadari apa benda putih yang sedang jatuh dari udara itu. Ribuan panah melesat dengan cepat ke arah sang kesatria. Ia hanya menarik pedang beserta sarungnya, menghunuskannya ke depan, dan merapalkan sebuah mantra untuk membuat sebuah gelembung bening untuk melindunginya dari serbuan panah.

Moon HillsWhere stories live. Discover now