Vanilla Membuatnya Annnh~
Di ruang istirahat istana terlihat seorang gadis dan pria, satu orang mengomel dan satunya menunduk mendengarkan omelan. Ruangan seukuran empat ruang kelas standar disusun memanjang dari utara ke selatan ini adalah tempat para pekerja istana melepaskan penat mereka dan bersantai. Sebuah meja persegi panjang yang panjangnya hampir setengah panjang ruangan dengan 20 kursi yang melingkarinya berada di bagian tengah ke selatan dari ruangan, berdekatan dengan pintu dapur. Di sebelah utara, seperempat ruangan terpasang sebuah mini bar tempat minuman beralkohol ringan disajikan, dekat dengan pintu menuju taman belakang istana.
Kembali meja. Satu bersandar di pinggir meja menyilangkan tangannya di dada sambil menunduk dan alis berkerut, Jack. Satu duduk di kursi yang tepat membelakangi pintu dapur, menunduk menatap ke meja dengan pipi yang mengembung dan mata yang sembab, Lilliane.
"Apa maksudmu dengan seenaknya masuk ke ruang raja?" Tanya Jack dengan mata yang masih tertutup
"A-aku hanya..." Lillianne berkata tergagap, menarik nafas, dan...
"Aku sudah muak dan tidak tahan dengan orang itu! Mengapa ia masih berada di atas tahta dengan tingkahnya yang semena-mena! Enam bulan aku sudah menunggu dan mempersiapkan pertarungan ini tapi dengan seenaknya ia memutus koneksi server!"
Mengeluarkan unek-uneknya. Jack menoleh ke arah gadis itu dengan wajah datar, mengangkat alis kirinya seolah bertanya "Lalu kenapa?"
"Setelah aku berhasil menghancurkan egonya dalam permainannya sendiri akan mudah bagiku untuk menggulingkannya! Aku akan melakukan kudeta!"
Mendengar kata kudeta membuat pipi Jack menjadi keram. 'Gadis ini berbahaya!' pikirnya untuk beberapa saat sebelum diganti dengan 'Tapi diaLillianne' sambil menggeleng pelan dan tersenyum kecil. Ia beranjak dari tempatnya bersandar, mendekat ke arah kiri Lillanne, dan menyandarkan tangan kirinya di meja.
"Apa kau serius?" Jack bertanya sambil melepas topengnya yang sampai sekarang belum mendapat lensa pengganti. Ia meletakkannya di atas meja, menarik perhatian Lillianne. Lillianne kemudian menoleh ke kiri, menengadah sedikit dan ia melihat wajah tamvan Jack dengan senyum sinis dan tatapan mengolok. "Tentu saja!" Ia menyerukan suaranya ketus...
Dan pertarungan pun dimulai.
10 detik, kedua orang saling menatap tanpa berkedip.
30 detik, belum ada tanda-tanda jika salah satu dari mereka akan menyerah.
45 detik, mata mereka mulai memerah.
1 menit 25 detik, sesekali mata mereka berkedut, namun menolak untuk berkedip.
2 menit, otot-otot kelopak mata mereka mulai terasa keram.
2 menit 10 detik, mata mereka serasa terbakar.
2 menit 45 detik, fokus Lillianne terlihat bergetar, pupilnya sedikit membesar. Jack tersenyum dalam hati, tapi pipi Lillanne yang kini perlahan memerah membuatnya sedikit khawatir.
2 menit 50 detik, nafas Lillianne mulai tidak beraturan. Jack mulai merasa ini bukan keputusan yang tepat.
2 menit 59 detik, Lillianne memalingkan wajahnya dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya sambil bergumam "Astaga astaga astaga astaga astaga..."
'Ternyata memang tidak ada yang kebal terhadap tatapanku, kecuali Nona Yue.' Pikir Jack sambil menghembuskan nafas panjang. Mencegah atmosfer kikuk ini berlanjut, Jack bertanya pada Lillianne.

YOU ARE READING
Moon Hills
RandomKisah mengenai raja pecinta game, kerajaannya, penasihatnya, dan wanitanya (?).... hidupnya hanya didedikasikan untuk tiga hal yaitu game, Game, dan GAME. Kau bilang satu? Arthur bilang TIGA! game, Game, dan GAME!!!!