Cerita 1

18 4 1
                                    



Sorot Mata Mematikan Sang Penasihat



Kerajaan Moon Hill, sebuah kerajaan kecil yang berada tepat di antara kutub utara dan ekuator. Negara- err kerajaan yang memiliki empat musim,  terletak dekat dengan teluk Mutiara di sisi baratnya yang kaya akan biota laut, dan sebuah gunung yang berbatasan dengan negara tetangganya di timur. Tapi dari mana kerajaan ini mendapatkan namanya, Moon Hill? Itu tidak lain karena sebuah bukit yang berada empat kilometer di selatan istana kerajaan. Bukit setinggi 200 mdpl yang nampak kehijauan di siang hari. Tapi jangan salah. Di balik kesan "biasa"-nya, bukit ini memiliki satu daya tarik. Di saat bulan purnama, bukit ini seolah bercahaya. Berpendar keperakan seakan menikmati terpaan cahaya yang jatuh padanya.

Ada satu lagi hal menarik dari bukit ini, yaitu sebuah legenda. Legenda tentang warna berbeda yang dipancarkan dari bukit itu jika sang bulan berpendar dengan warna yang beda dari biasanya. Biru, merah, dan hitam. Masing-masing warna memberikan peringatan tentang suatu kejadian yang mungkin terjadi. Bersamaan dengan perubahan warnanya, sang roh penjaga bukit akan turun dan memberikan tawaran bantuan. Bukan dengan cuma-cuma, karena sebuah tumbal diperlukan agar sang roh dapat berpartisipasi untuk menghadapi apa pun kejadian yang mungkin datang. Sang Roh Rub-

"Dan sayangnya aku harus pergi sekarang." Seorang pria muda berdiri dari posisi duduknya, membuat seorang pria tua berkacamata tebal hampir tersedak karena penjelasannya dipotong secara tiba-tiba. Pemuda berambut cokelat, dengan kantung mata yang cukup terlihat, mengenakan kemeja kebiruan dengan celana denim gelap. Sang Raja, Arthur Nimblefinger.

"Ta- tapi tuanku! Sejarah kerajaan kita ini-"

"Pak Alexander." Arthur menyela pria tua malang ini lagi. "Aku sudah mendengarkan ceri- legenda tentang kerajaan kita ini sejak aku belum bisa bicara. Percayalah, aku bisa membuat resume 4 halaman mengenainya bahkan sembari mengalahkan Black Dragon's Soul Dungeon di permainan Emerald Savannah Online, solo." Lalu ia berbalik meninggalkan sang pria tua kebingungan dengan istilah-istilah asing yang baru saja ia dengar.

Beberapa langkah dari meja "belajar"-nya yang berada di tengah-tengah perpustakaan, ia berhenti dan berbalik sebentar.

"Juga, kita ada di abad 25. Sihir dan legenda hanyalah sebuah cerita hiburan. Bukan berarti aku tidak menghargai sejarah kerajaan kita, tapi aku harus segera memimpin invasi ke Negara Zebeljah." Lalu kembali melanjutkan perjalanannya keluar perpustakaan, dan kembali menengok ke belakang saat ia sampai di pintu.

"Satu tambahan lagi. Gaya narasimu itu membuat seolah cerita kita ini ada di semacam negeri fantasi. Aku tidak suka itu."

Lalu ia menghilang di balik pintu, meninggalkan seorang pria tua berkacamata dengan rambutnya yang menipis- EH?! Alexander menangis?

Arthur, raja kita kini sedang berjalan di lorong timur, sedikit menggumam tentang kerajaan Yang berani menyerang wilayahnya. Melewati pilar-pilar besar dari marmer yang memotong cahaya matahari siang yang menerpa. Sebuah ruangan dengan pintu kecokelatan dan jendela oval di kanan kirinya tampak sekitar sepuluh meter di depan sang raja. Ruang kerja sang raja, di mana ia mengurusi dokumen-dokumen kerajaan tentang pertanian, pembangunan, ekspor-impor, dan lainnya. Arthur mempercepat langkahnya, pandangannya serius, dalam sekejap ia sampai di depan pintu itu... dan melewatinya.

"Zebeljah, heh... Akan kuberi kau pelajaran untuk tidak sembarangan menyerang wilayah yang kupimpin, wilayah kekuasaan RektEmperor!"

Sambil bersungut-sungut ia menuju tangga yang terletak di sebelah ruangan itu, tangga spiral yang menuju ke ruang bawah tanah. Berlawanan dengan tangga naik yang menuju ke ruang tidurnya, tangga ini menuju ke sebuah ruangan berpintu krem, berkenop perak bundar dengan dekorasi bulan purnama. Tidak ada lubang kunci di di kenop pintu itu, melainkan sebuah kristal berwarna biru muda yang menonjol keluar. Pada jari manis di tangan kanan Arthur, terpasang sebuah cincin dengan kristal yang sama. Didekatkannya cincin itu ke kristal di kenop pintu. Beberapa kelipan cahaya redup dan sebuah dentingan, lalu pintu terbuka diiringi suara:

Moon HillsWhere stories live. Discover now