4 tahun kemudian.
Francis menyisir rambutnya yang panjang sambil bersenandung di depan kaca. Sebentar lagi, dia akan pergi 'kencan' dengan Madeline, gadis Kanada cantik berkacamata dan dikuncir dua. Memikirkan Madeline saja sudah bisa Francis langsung luluh, apalagi bertemu dengannya. Dia sangat terpesona dengan Madeline.
Setelah semuanya siap, Francis pergi kerumah Madeline dengan membawa seikat bunga mawar merah untuknya. Francis tahu kalau Madeline suka dengan daun maple, tapi yang benar saja memberi hadiah daun maple kepada 'teman kencan'? Maple sangat lengket dengan orang Kanada.
Francis mengetuk pintu rumah Madeline. Beberapa detik kemudian, pintu terbuka, tapi bukan Madeline yang membukanya.
"Yo Francis! Tumben datang!" Alfred, sepupu Madeline berbicara-teriak menahan pintu. Telinga Francis berdenging mendengar Alfred. Francis hanya menarik nafas dan mencoba tenang. Alfred baru berumur 19 tahun, 7 tahun lebih muda darinya, jadi dia harus sabar dengan anak itu.
Alfred mempersilahkan Francis masuk, tapi menutup pintunya sebelum Francis masuk ke rumah. Itu anak maunya apa lagi..?
"Huh, dimana mon petit amour?" Francis bertanya setelah duduk di sofa ruang tamu. Alfred hanya mengangkat bahu lalu kembali bermain video game.
"Kamu tidak sopan ya, kakak kan hanya mau mengajak sepupumu pergi jalan-jalan." Francis mengibaskan rambut sepanjang bahunya, bertingkah dramatis."Sumpah gak nanya." jawab Alfred selagi memakan double-cheese hamburger ketiga miliknya. Dia memang sangat menyukai junk food. Tidak ada yang bisa melarangnya, dia terlalu keras kepala.
"Kasar banget. Kamu harus lebih sopan, nak."
"Lebih sopan?" Alfred berbalik kearah Francis, "Lalu aku harus apa? Mencium kakimu ketika kamu masuk kesini? Membuat pesta perayaan setiap hari untukmu? Berlutut dihadapanmu? Mati untukmu?" Alfred kembali memainkan video gamenya.
"Pfft, terserahlah. Btw, nih buat kamu. Pergi dulu gan." Francis melemparkan bunganya lalu pergi dari rumah Madeline.
"Jieh si elah! Main lempar aja. Emang gue tempat sampah?" Alfred kembali bermain game, melihat dilayar terdapat tulisan 'You're Dead'.
"Aaah! Dasar Franny Jenggotan!!"
Francis pulang dengan kesal. Madeline tidak dirumahnya, melainkan Alfred yang berisik. Buat apa tetap dirumah Madeline jika dia sendiri tidak diperlakukan seperti tamu oleh Alfred. Alfred juga hanya peduli pada video game dan hamburgernya. Sepupunya sendiri dia tidak tahu dimana!
Tetapi Francis tidak pernah marah kalau Alfred tidak sopan kepadanya. Orang tua sepertinya memang harus lebih sabar dengan anak remaja aneh itu. Alfred dari dulu tidak berubah, ya.
Alfred sangat berbeda diluar dan didalam. Diluar dia sangat baik dan ramah, tersenyum dan membuat orang-orang tertawa. Didalam, ia pemarah, banyak menyimpan dendam, salah satunya dendam pada Francis. Francis tahu kalau sifat Alfred itu buruk, tapi tidak tahu kalau menyimpan dendam untuknya. Ia hanya mengartikan sifat Alfred sebagai 'kenakalan remaja' atau 'pengaruh pubertas'.
Dijalan, perhatian Francis teralihkan oleh sebuah tempat ramal. Iseng, ia memasukinya dan duduk didepan meja ramal. Ada bola kaca diatasnya. Tempat tersebut dikelilingi oleh serba-serbi berwarna ungu tua dan sihir. Tiba-tiba, muncullah seorang wanita didepannya.
"Halo, selamat datang di tempat ramalan." sapanya sambil melebarkan lengannya, senyum lebar terlihat dari bibirnya yang sangat merah dan tebal. Francis hanya menaikkan sebelah alis melihat penampilan wanita itu. Tampilan yang sangat berwarna-warni, beda dengan warna disekelilingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bubble Zones
FanfictionWalaupun sudah 4 tahun lamanya sejak penculikan itu, Francis masih terbayang-bayang. Seseorang dari dalam cermin datang padanya mencari seorang anak yang dulu diculiknya. Dia menyebut dirinya 'Arthur'. Sama seperti dulu, Francis tidak punya pilihan...